BALADA BESAN DAN MENANTU (PART05)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART05
…Ceritadewasa…
.
.
Pak Wiraaa…, suaranya melengking, dibuat-
buat manja, Eh, bapak sehat, kan? Aduh,
besar-besar, menggoda
terong-terongnya
banget nih, katanya dengan nada menggoda,
sambil memandang Pak Wira dari ujung
kepala sampai kaki.
Pak Wira mengangguk, tetap
tetap tenang
Alhamdulillah, Bu. Tapi, seperti saya bilang
ke suami Ibu tadi, terong-terong ini nggak
dijual.
Bu Yayah mengerling dengan mata berbinar,
sambil mendekat lebih dekat ke arah Pak Wira,
Ayolah, Pak Wira… Masa sih nggak bisa nego
sama saya? Saya kasih harga berapa aja yang
Bapak mau. Lagipula, sayang kan kalau nggak
dijual? Saya bisa kasih lebih banyak uang buat
Bapak. Tangannya nyaris menyntuh bahu
Pak Wira.
Pak Wira dengan halus mundur selangkah.
Senyumnya ramah, tapi tak tergoyahkan.
.
.
.
Maaf, Bu. Saya tidak bisa menjual terong-
terong ini. Tapi kalau Ibu atau ibu-ibu lainnya
mau ambil, silakan saja. Ambil gratis,
sesukanya.
Mata Bu Yayah melebar, antara bingung dan
kesal. Gratis? Maksud Bapak, ibu-ibu boleh
ambilterongsebanyak-banyaknyatanpabayar?
Betul, Bu, jawab Pak Wira dengan sabar.
Syaratnya cuma satu, terong ini hanya boleh
diambil, bukan dijual. Silakan ajak ibu-ibu lair
kalau mau.
Bu Yayah terkekeh sinis. Beneran, nih? Kalau
saya ajak semua ibu-ibu kampung, Bapak
nggak nyesel?
Pak Wira mengangguk mantap. Iya, Bu.
Silakan kalau Ibu mau mengajak yang lain.
Tanpa membuang waktu, Bu Yayah langsung
mengeluarkan ponsel di sakunya, menelepon
dengan cepat sambil melengos pergi.
Ibu-ibuuuuu, ayo pada ke rumah Pak Wira!
Gratis terong, bebas ambil sepuasnya!
teriaknya dengan suara yang hampir
membuat jendela rumah Pak Wira bergetar.
Dalam waktu yang tak lama, kehebohan pun
dimulai. Emak-emak kampung berdatangan
dari segala penjuru, bahkan beberapa di
antaranya datang sambil berlari membawa
keranjang, tas belanja, bahkan ada yang
menenteng ember, baskon dan lain sejenisnya!
Suasana yang tadinya sepi berubah menjadi
pasar terong dadakan.
.
.
.
Heeey, ambil yang besar-besar aja, Bu! teriak
seorang ibu sambil mengayunkan tangan
penuh terong ke dalam keranjangnya.
Ya ampun, gratis beneran! Rezeki nomplok
ini! sahut yang lain sambil menyenggol
temannya untuk segera memetik lebih cepat.
Ada yang sampai bertengkar kecil soal siapa
yang duluan melihat terong terbesar, ada juga
yang sibuk menghitung terong di dalam
keranjang, memastikan tak ada satu pun yang
terlewat.
Pak Wira baik banget, ya! Gratis terus kayak
gini, lama-lama bisa ludes kebun terongnya!
teriak seorang ibu gemuk sambil tertawa
cekikikan, wajahnya bersemangat seolah
menang undian besar.
Bu Yayah berdiri di tengah kebun dengan
tangan berkacak pinggang, tersenyum puas
melihat ibu-ibu yang heboh memanen terong
gratis.
.
.
.
Nih lihat, Pak Wira. Emak-emak kampung
sampai rebutan! Beneran nggak rugi, nih?
Pak Wira tetap tenang, mengamati kehebohan
di depannya. Nggak apa-apa, Bu. Kalau ibu-
ibu senang, saya juga senang.
Ibu-ibu terus merubungi kebun terong Pak
Wira, mengambil sebanyak yang mereka bisa
bawa. Suasana benar-benar kacau namun
penuh tawa.
tawa. Terong-terong besar yang
awalnya memenuhi kebun belakang Pak Wira,
satu per satu mulai menghilang dibawa oleh
ibu-ibu yang bersemangat.
Di tengah kehebohan ibu-ibu yang sibuk
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts