TETANGGA IDAMAN (PART38)
Isi Postingan:
TETANGGA IDAMAN PART38
… TRUE STORY…
.
.
.
Sekali-kali fitnesnya libur dulu, kenapa sih, Mas?
Mas Nata menyipitkan mata dan melirikku, entah apa yang dipikirkannya, karena selama ini aku selalu mengizinkannya pergi tanpa rewel.
.
.
Ya nggak bisa dong, Yang. Nanti kalau saya nggak rajin olahraga. Bentuk badan nggak akan bagus lagi. Kamu mau, suamimu ini menjadi
jelek?
Kalau gitu, saya ikut.
Mana bisa seperti itu? Di sana banyak cowoknya loh, saya nggak mau kamu dilirik-lirik cowok lain.
Ini adalah bentuk dari perhatian, obsesi kepemilikan, atau hanya alasan saja Mas? tanyaku yang hanya bisa kubatin, tanpa bisa
mengungkapkannya.
.
.
Saya pamit dulu, ya. Bentar lagi, pasti Angga sudah pulang. Kamu hati-hati di rumah. Jangan keluar malam-malam. Kalau membutuhkan
sesuatu, beli besok pagi saja. Mas Nata mencim puncak kepalaku sebelum masuk mobil. Pada akhirnya, suamiku benar-benar pergi tanpa aku.
Semakin ke sini, aku semakin merasa tak kau butuhkan lagi, Mas. Waktumu kau habiskan di luar rumah. Saat berada di rumah pun, kau enggan menyentuhku. Apa nafkah batin yang
kau berikan padaku seminggu yang lalu, adalah hadiah terakhirmu?
.
.
Karena setelahnya, kau selalu menghindariku. Aku menangis dalam hati.
Seberangkatnya Mas Nata, aku langsung menyalakan laptop dan membuka whatsapp web. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menyimak obrolan suamiku di aplikasi hijau
tersebut.
.
.
Posisi? Pesan dari Pak Alex, atasan dari suamiku.
Ini sedang di perjalanan, sebentar lagi sampai
Ok sip
Tidak ada keanehan yang kutemui di sana, semua terlihat wajar.
Sepertinya Mas Nata janjian sama bosnya untuk ke tempat fitness yang sama.
Kugulir-gulir layar naik turun, tapi tidak ada chat dari cewek ataupun nomor cewek yang mencurigakan.
Apa selama ini, aku hanya terlalu kebanyakan menaruh curiga ya?
Negative thinking membuatku merasa
was was ….
Kututup kembali laptop di hadapanku, sebelum bersiap-siap tdur. Pintu kamar sengaja tidak aku kunci, jadi jika Mas Nata pulang sewaktu-waktu, dia bisa langsung
masuk kamar tanpa membangunkanku.
.
.
Aku sudah membuat keputusan dalam hati, jika dalam satu minggu ke depan aku tidak menemukan keanehan pada handphone Mas Nata, aku akan menghentikan kegilaan dengan menyadap whastappnya. Aku akan belajar memercayainya lagi seperti dulu dan menghapus sangkaan-sangkaan buruk padanya.
Cahaya matahari membelaiku lewat sorotnya yang berdesak-desakan masuk lewat pori-pori tirai jendela kamar.
Aku menggeliat. Tangan merentang ke kanan dan ke kiri. Rasanya ada yang aneh dan kurang.
Kurba-rba ranjang sisi kiri, kosong.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
LANJUTIN GAK PAK BUN
Related: Explore more posts