JANGAN OM (PART43)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART43
…
..
.
Pagi itu, Siska terbangun
dengan kepala berdenyut hebat.
Rasa pusing menyelimuti
pikirannya, membuatnya
terpaksa memijit kening untuk
sedikit mengurangi rasa tidak
nyaman. Perlahan, ia membuka
mata dan mencoba mengenali
tempat di sekitarnya. Namun,
alih-alih kamar tidur miliknya,
ia mendapati dirinya berada di
ruangan asing dengan
langit-langit yang tampak
berbeda.
…
Hati Siska berdegup lebih
kencang saat ia menyadari
tubuhnya polos tanpa sehelai
kain pun. Dengan segera, ia
menarik selimut untuk
menutupi dirinya, matanya
melirik panik ke arah pintu
kamar mandi yang baru saja
terbuka.
Pagi, Tante, sapa seorang
pria muda dengan santai.
Rambutnya masih basah,
handuk melilit pinggangnya.
Siska membelalak. Niko?
tanyanya dengan suara gemetar.
Apa yang kamu lakukan di sini?
Dan kenapa aku…?
Niko tertawa kecil, namun
ada nada kecewa di dalamnya.
Tante nggak ingat kejadian tadi
malam? Aku kecewa, lho.
Padahal tadi malam Tante
sampai teriak-teriak karena
goyanganku, ucapnya tanpa
rasa bersalah.
Ucapan itu membuat wajah
Siska memerah seketika, bukan
hanya karena malu tetapi juga
karena rasa bingung yang terus
menghantui pikirannya.
…
Apaaa? Kenapa aku nggak
ingat apa-apa…gumamnya.
Tatapannya menajam, mencoba
mengingat detail kejadian
semalam. Kamu yang bawa aku
ke sini?
Niko hanya mengangkat
bahu sambil tersenyum,
sementara Siska mulai merasa
ada sesuatu yang tak beres dari
semua ini. Usia Niko yang
terpaut jauh darinya, serta rasa
cemas yang mulai menggerogoti
dirinya, membuat pagi itu terasa
semakin berat.
Lalu, Niko mendekati Siska
yang masih duduk di ranjang,
membungkus dirinya dengan
selimut. Dengan santai, ia
berkata, Tante mau pulang jam
berapa? Biar aku anterin.
Siska menggeleng cepat.
Tidak perlu. Antarkan saja aku
ke club tadi malam. Mobilku
masih di sana. Lagi pula, kalau
kamu mengantarku ke rumah,
nanti pegawai di rumahku tahu.
Aku takut mereka melaporkan
ini ke suamiku, jawabnya
dengan nada khawatir.
Niko tersenyum kecil,
menatap Siska dengan
pandangan menggoda. Oh,
Tante punya suami? Kirain
janda. Soalnya…, dia berhenti
sebentar sambil mengamati
Siska dari atas ke bawah, masih
kencang banget.
..
Ucapan itu membuat Siska
tertawa kecil, meskipun rona
malu terlihat di wajahnya. Ia
menarik napas panjang, lalu
duduk di samping Niko. Aku
memang punya suami, katanya
pelan, tapi dia jarang
menyentuhku lagi. Sekarang,
dia sudah punya istri muda.
Ekspresi Siska berubah muram,
matanya menatap kosong ke
lantai.
Mata Niko melebar, tak
percaya. Masa sih, Tante?
SuamiTante tuh buta atau
gimana? Punya istri secantik
Tante, body aduhai, kok masih
aja cari istri muda? Kalau aku
punya istri kayak Tante, udah
deh, nggak bakal aku lirik
wanita lain. Yang ada, Tante
aku kurung di kamar biar nggak
dilirik cowok lain, ucapnya
dengan nada menggoda.
Siska tak bisa menahan
tawa mendengar rayuan konyol
itu. Ya, namanya juga cowok.
Kalau dikasih ikan asin, mana
bisa nolak? Apalagi istri
mudanya itu.. Ia terdiam
sejenak, lalu mendesah. Dia
seorang pelacr yang suka
menggoda laki orang.
Niko tertegun mendengar
nada penuh kebencian itu.
Setelah beberapa detik hening,
ia mendekatkan tubuhnya ke
Siska. Kalau gitu, Tante sama
aku aja. Suami Tante jarang
nyentuh, kan? Kalau Tante
butuh belaian, cari aku aja. Aku
pasti puasin Tante. Gimana!
ucapnya sambil tersenyum
nakal.
Siska tertawa kecil, lalu
menatap Niko dengan
pandangan serius. Boleh,
katanya, tapi ada syaratnya.
Kamu harus merahasiakan
hubungan kita dan nurut sama
aku. Aku akan kasih kamu jatah
bulanan.
…
Apapun, Tante, jawab
Niko cepat, dengan senyum
puas di wajahnya. Nggak usah
dibayar Aku juga mau kok, aku
dengan senang hati bakal
nyenengin tante, kapan aja
tante mau.
99
Namun, tawa Siska
perlahan menghilang. la
menatap Niko dengan
pandangan tajam. Aku nggak
cuma minta kamu jadi brondong
simpananku. Aku mau kamu
bantu aku menghancurkan
hidup seseorang.
Niko terdiam, matanya
menyipit. Siapa, Tante?
tanyanya dengan nada serius.
Kinan, jawab Siska
dengan nada penuh kebencian.
Dia mahasiswi di kampus yang
sama denganmu. Dia juga istri
muda suamiku, Mas Aryo.
Ucapan itu membuat Niko
terbelalak. Nama Kinan bukan
nama yang asing baginya. Sudah
beberapa kali ia mencoba
mendekati gadis itu, tetapi
Kinan selalu bersikap dingin
dan menolak semua rayuannya.
Kini, gadis itu menjadi target
dari rencana gelap Siska, dan
Niko tahu ini bukanlah
permintaan yang sederhana.
Kinan!! maksud tante
Kinan Prameswari anak baru itu
ya? dan Aryo, maksud tante Pak
Aryo Hermawan dosen di
kampusku itu? pemnilik kampus
tempat aku kuliah? tanya Niko
sedikit terkejut.
….
Siska pun menganggukan
kepalanya dan menjawab, Ya,
Mas Aryo pemilik kampus
tempat mau kuliah adalah
suamiku. Dan Kinan, dia adalah
istri muda dari Mas Aryo.
Niko menatap Siska dengan
pandangan bingung. Lalu, apa
rencana Tante? Apa yang harus
aku lakukan untuk
menghancurkan Kinan?
tanyanya antusias.
Siska terdiam sejenak,
memutar otak. Ia
menyandarkan tubuhnya ke
ranjang sambil memandang ke
arah Niko. Kamu kan Ketua
BEM di fakultas itu, kan?
tanyanya, memastikan sesuatu.
Niko mengangguk mantap.
Iya, Tante. Memangnya kenapa
?
Siska tersenyum tipis, lalu
melanjutkan, Baiklah. Kalau
begitu, aku minta nomor
ponselmu. Nanti aku akan
hubungi dan beri tahu detail
rencanaku selanjutnya. Untuk
sementara, kamu hanya perlu
mengawasi Kinan di kampus.
Perhatikan semua aktivitasnya.
Siapa saja teman dekatnya,
kebiasaannya, dan apa saja yang
dia lakukan, lanjut Siska
dengan nada penuh
perhitungan.
Siap, Tante, jawab Niko
tanpa ragu.
Siska menghela napas
panjang, lalu berdiri. Aku
mandi dulu. Setelah ini, aku
harus pulang. Siang nanti aku
ada pemotretan, ucapnya
sambil berjalan menuju kamar
mndi.
….
Niko hanya menatap
kepergian Siska dengan senyum
kecil di wajahnya. Pikirannya
mulai dipenuhi dengan berbagai
rencana yang mungkin akan
terjadi, sementara Siska sendiri
mulai merangkai
langkah-langkah untuk
menjalankan skemanya.
Pagi itu, suasana rumah
keluarga Aryo terasa damai.
Kinan, yang tidak memiliki
jadwal kuliah hari ini, memilih
untuk bersantai di taman
belakang. Di sana, Nenek Lasmi
tengah sibuk berkebun, seperti
biasanya.
Kinan, kemarilah. Nenek
mau menanam bunga. Tolong
bantu nenek, panggil Nenek
Lasmi sambil memegang sekop
kecil di tangannya.
Kinan, yang duduk di
bangku taman, tersenyum
lembut dan segera
menghampiri. Nenek mau
menanam bunga apa?
tanyanya sambil duduk di
sebelah nenek.
Melati dan anggrek. Kamu
suka bunga? tanya Nenek
Lasmi sambil mengaduk tanah
di pot.
Kinan mengangguk,
matanya menerawang sejenak.
Iya, Nek. Dulu, di kampung,
Kinan sering menanam bunga.
Kinan suka sekali berkebun.
Tapi, sejak tinggal di vila ini,
Kinan tidak pernah lagi
melakukannya. Di sana
kebunnya lebih banyak
ditumbuhi pohon besar. Tidak
ada taman bunganya.
99
Wajahnya tampak sedikit
murung.
Nenek Lasmi berhenti
sejenak, menatap Kinan dengan
perhatian. Kenapa kamu tidak
meminta Aryo untuk membuat
taman bunga untukmu?
tanyanya lembut.
Kinan menggeleng cepat.
Aku tidak berani, Nek,
jawabnya singkat.
Nenek Lasmi terkekeh kecil.
Kenapa? kamu takut sama
Aryo? tanyanya sambil
tersenyum penuh arti.
Kinan tersenyum malu dan
menjawab, Bukan takut, Nek.
Lebih tepatnya sungkan. Mas
Aryo memang orangnya galak,
tapi aku sungkan saja kalau
harus nmeminta sesuatu.
Nenek Lasmi menggeleng
perlahan sambil tersenyum.
Tidak apa-apa kalau kamu
menginginkan sesuatu. Bilang
saja pada suamimu. Dia pasti
akan memberikannya, selama
dia bisa. Aryo itu anak yang baik.
Dia akan melakukan apa saja
demi orang yang dia cintai.
Namun, jawaban Kinan
berikutnya membuat Nenek
Lasmi menghentikan
pekerjaannya. Tapi, Mas Aryo
kan nggak mencintai Kinan,
Nek, ucapnya lirih.
Nenek Lasmi menatap
Kinan dengan kaget, lalu
meletakkan sekop kecilnya.
Bagaimana kamu bisa bilang
Aryo tidak mencintaimu?
Apakah kamu tidak melihat
bagaimana dia membelamu
kemarin? tanyanya dengan
nada serius.
Kinan terdiam sejenak,
mengingat kejadian itu. Tapi,
Mas Aryo tidak pernah
66
mengatakan kalau dia
mencintaiku, Nek, ucapnya
dengan suara yang hampir
bergetar.
Nenek Lasmi lalu tertawa
kecil, mnenertawakan
kebodohan Kinan. Kinan, Aryo
itu bukan laki-laki yang
romantis. Dia tidak seperti
laki-laki di film, yang suka
mengungkapkan cinta dengan
kata-kata manis, bunga, atau
makan malam romantis. Dia
tipe pria yang cuek dan dingin,
seperti bapaknya. Tapi
percayalah, dia mencintaimu.
Aryo menunjukkan cintanya
lewat tindakan, bukan kata-kata
Kinan menunduk,
merenungi ucapan nenek Lasmi.
Apakah kamu tidak
melihat bagaimana dia
mati-matian
mempertahankanmu kemarin?
Itu bukti cintanya, Nak. Nenek
bisa melihatnya dari cara dia
memandangmu. Ada cinta di
matanya, lanjut Nenek Lasmi
sambil menyentuh bahu Kinan.
Meskipun tersentuh, Kinan
masih merasa ragu dalam
hatinya. Apakah benar Mas
Aryo mencintaiku, atau dia
hanya menginginkanku karena
anak yang kukandung?
pikirnya dalam hati. Ia tidak
bisa memutuskan, tetapi
kata-kata Nenek Lasmi
memberinya harapan kecil.
Setelah selesai berkebun,
Nenek Lasmi dan Kinan
memutuskan untuk bersantai di
ruang tengah. Nenek Lasmi
memanggil seorang pembantu
untuk membuatkan jus
sayur-sayuran dan buah. Kinan,
kamu harus minum ini supaya
sehat. Jus sayur dan buah bagus
untuk ibu hamil, ucap Nenek
Lasmi penuh perhatian.
Kinan hanya tersenyum
kecil, meski ia merasa mual. Ia
memang tidak terlalu menyukai
sayuran dan buah, apalagi
dalam bentuk jus. Namun,
karena tidak ingin
mengecewakan Nenek Lasmi, ia
mencoba meminumnya.
Begitu seteguk jus itu masuk
ke mulutnya, perut Kinan terasa
mual. Ia segera nmenutup mulut
dengan tangan dan berlari ke
toilet di lantai satu. Kinan
memuntahkan semua isi
perutnya. Tubuhnya terasa
lemas setelahnya.
Nenek Lasmi, yang melihat
hal itu merasa khawatir, ia
segera menghampiri Kinan
bersama seorang pembantu.
Kamu tidak apa-apa, Nduk?
tanya Nenek Lasmi dengan
khawatir sambil mengelus
pundak Kinan.
Kinan menggeleng lemah.
Aku tidak apa-apa, Nek. Hanya
tadi, setelah minum jus, perutku
mual.
…..
Nenek Lasmi tersenyum
menenangkan. Ya sudah, tidak
apa-apa. Kalau tidak suka, tidak
usah diminum. Sekarang kamu
istirahat saja di kamar, ujar
Nenek Lasmi lembut.
Kinan mengangguk pelan
dan mematuhi saran neneknya.
la kemudian naik ke lantai dua
dan beristirahat di kamar.
Ketika Kinan terbangun
dari tidurnya, waktu sudah
menunjukkan pukul 3 sore.
Perutnya terasa kosong,
mengingat ia belum makan
siang. Ia memutuskan untuk
turun ke lantai satu.
Di tangga, ia berpapasan
dengan Bu Kartika, yang baru
saja pulang. Pandangan Bu
Kartika dingin, namun Kinan
memilih untuk
mengabaikannya dan langsung
menuju dapur.
Sesampainya di dapur,
Kinan melihat salah satu
pembantu sedang mencuci
piring. Mbak, ada lauk apa ya?
Aku lapar, mau makan, tanya
Kinan dengan nada pelan.
Pembantu itu tersenyumn
ramah. Mbak Kinan mau
makan? Tunggu sebentar ya,
saya siapkan dulu, ucapnya.
Terima kasih ya, Mbak,
jawab Kinan sambil tersenyum.
la lalu duduk di meja makan,
menunggu makanan disiapkan.
Tak lama kemudian, makanan
tersaji di hadapannya.
…
Karena rasa laparnya, Kinan
segera menyantap makanan
tersebut. Namun, baru tiga suap,
perutnya kembali terasa mual.
la langsung berlari ke dapur dan
memuntahkan semuanya di
wastafel.
Pembantu yang tadi
menyiapkan makanan segera
menghampiri Kinan. la memijit
tengkuk Kinan pelan dan
bertanya, Mbak Kinan Nggak
apa-apa?
Kinan menggeleng sambil
mengatur napas. Setelah
mualnya mereda, pembantu itu
memberikan segelas air putih
hangat. Minum dulu, Mbak.
Biar agak lega, katanya lembut.
Terima kasih, Mbak, ucap
Kinan dengan suara lemah.
Duduk saja dulu, Mbak
Kinan. Saya buatkan teh hangat
ya, biar perutnya lebih enak,
kata pembantu itu sambil
tersenyum menenangkan.
Kinan mengangguk dan
duduk di kursi dapur. Ia
menyandarkan kepalanya di
meja, merasa tbuhnya sangat
lemas. Dalam hatinya, ia
bergumam pelan, Kenapa
sekarang aku sering mual setiap
makan ya? Apa ini karena efek
jus tadi pagi? Tapi kok rasanya
aneh…
Perutnya masih lapar,
namun ia tidak bisa menahan
rasa mual yang terus muncul.
Kinan hanya bisa berharap
kondisi tu
Tbuhnya segera
membaik.
NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts
