JANGAN OM (PART19)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART19
…CERITANOVEL…
.
.
.
Saat sedang berendam,
Kinan memainkan jarinya di
dada Aryo, membuat Aryo
memperingatkannya dengan
lembut, Hentikan, Kinan, kalau
kau tidak mau menerima
akibatnya.
Kinan, dengan sedikit nada
menantang, bertanya, Kenapa,
Mas? Kamu mau
menghukumku?
Aryo menatapnya tajam dan
memegang tangannya, berkata
dengan dingin, Stop it’ Namun,
Kinan malah menarik tengkuk
Aryo dan mengcup bbirnya
pelan, Aku sudah siap, Mas,
ucapnya dengan lirih,
malu-malu. Aryo terdiam
sejenak, lalu bertanya,
Kau
yakin? Kinan mengangguk
perlahan.
Tanpa bicara lebih lanjut,
Aryo keluar dari bath tub,
menggendong Kinan, dan
nembawa tbuhnya di bawah
shower untuk segera mndi
bersama, membiarkan air
mengalir seiring suasana yang
semakin hangat antara mereka.
…
Setelah selesai mndi, Aryo
dengan lembut menggndong
tbuh Kinan dan
meletakkannya di atas kasur.
Kinan menjerit kecil saat
tbuhnya terhmpas ringan di
atas kasur yang empuk. Aryo
menatapnya, tersenyum sedikit
jahil. Jangan salahkan aku,
Kinan. Kau yang memulainya
duluan, ucapnya pelan.
Aryo pun lalu mencim
Kinan dengan gnas, girahnya
yang sudah beberapa hari dia
tahan, akhirnya akan
tersalurkan. Tangan Aryo
menngkup gundukan kenyal
milik Kinan,dan mermasnya
pelan. Terdengar lenguhan dan
deshan pelan dari Kinan, saat
bbir Aryo menghsap
gundukan kenyal milik Kinan
itu.
Kinan.
Mas… pelan- pelan, dsah
Lalu Aryo pun berdiri dan
segera melepskan handuk yang
dipakainya. Nampak miliknya
sudah berdiri tegak,dengan
cepat Aryo pun memulai
kegiatan panas mereka.
…
Terdengar jertan kecil dari
Kinan, namun tak lama
terdengar deshan dari bbir
kedua orang yang sedang di
mabuk asmara itu. Mereka larut
dalam pusaran girah yang
tercipta. Kegiatan panas mereka
pun berlangsung selama
beberapa jam. Aryo seakan
tidak pernah puas, dan selalu
mengulanginya lagi, sampai
Kinan kelelahan.
Setelah waktu memasuki
pukul 3 pagi, kehangatan malam
itu baru saja selesai. Kinan
mulai meringis, merasa
badannya lelah dan sedikit sakit.
Aryo hanya tersenyum simpul,
memluk Kinan dengan senyum
puas Tdurlah, bisiknya,
sambil mengcup lembut
puncak kepala Kinan. Dengan
pelukan Aryo yang hangat,
Kinan pun perlahan terlelap
dalam tidurnya, merasa nyaman
di sisinya.
…
Pagi itu, Kinan terbangun
dengan tubuh yang terasa pegal
dan lelah, sisa kegiatan panas
semalam. Ia merasakan sedikit
nyeri di pangkal pahanya,
membuatnya meringis saat
mencoba bangkit dari kasur.
Aishh, kenapa mnasih sakit,
ya? Padahal bukan pertama kali
gumamnya pelan, sedikit
heran namun tetap menahan
rasa tidak nyaman yang tersisa.
Walaupun rasa nyerinya tak
seintens dulu, tbuhnya tetap
terasa remuk karena kelelahan.
Dengan langkah perlahan,
Kinan berjalan menuju kamar
mndi, karena dia sudah kebelet
pengen pipis. Saat keluar dari
kamar mandi, Kinan melihat
Aryo sudah bangun dan sedang
sibuk menatap layar ponselnya
di atas ranjang. Begitu melihat
Kinan keluar, Aryo menatapnya
lembut dan berkata, Hari ini
kamu tidak usah ke kampus
dulu.
Kinan mengerutkan dahi,
penasaran. Emang kenapa,
Mas?
Kamu pasti lelah.
Semalaman tidak tidur. Hari ini
istirahat saja di rumah, jawab
Aryo dengan senyum tipis.
Kinan menghela napas,
mencoba menahan senyum
meski masih merasa pegal. Itu
gara-gara Mas Aryo, sih,
ucapnya dengan nada protes
ringan.
Aryo tertawa kecil. Sudah
aku bilang, Kinan. Kamu akan
menerima akibatnya kalau
berani memancingku, balasnya
sambil mengedipkan mata.
Kinan hanya mendecakkan
lidh, lalu tersenyum geli,
merasa hangat dengan
perhatian Aryo di pagi itu.
Kinan melihat Aryo dan
bertanya, Mas Aryo, hari ini
pergi ke kampus?
Enggak, Mas hariini juga
libur. Aku ingin menghabiskan
waktuku bersamamu, jawab
Aryo sambil tersenyum.
Terdengar decakan pelan
dari Kinan, lalu ia beranjak
menuju kasur dan merebahkan
tubuhnya yang masih terasa
lelah. Melihatnya berbaring,
Aryo ikut berbaring di
sebelahnya dan memeluknya
dari belakang. Aryo kemudian
mendekatkan wajahnya ke leher
Kinan, mencim dan
mengendusnya lembut.
…
Hentikan, Mas. Aku geli,
ujar Kinan dengan nada manja.
Aku ingin lagi, bisik Aryo
dengan suara serak.
Sudah, Mas. Badanku
capek semua, pangkal pahaku
juga masih sakit, rengek Kinan
hampir menangis. Dia benar-
benar merasa kesakitan.
Aryo menghela napas, lalu
berbisik lembut, Kalau begitu
istirahatlah. Namun, Kinan
juastru mengelus perutnya dan
bergumam, Tapi aku lapar…
Kalau begitu,mandilah
dulu. Aku akan menyuruh Mbok
Sumi mengantarkan makanan
ke sini. Perintah Aryo.
Kinan tersenyum lega, lalu
bangkit dari kasur dan bergegas
menuju kamar mndi. Dia
sudah tak sabar untuk
menikmati sarapan paginya,
karena tadi malam,merelka
melewatkan makan malam.
…
Hari itu, Sally pulang
kampung sendirian karena
kebetulan tidak ada jadwal
kuliah, dan ia ingin
memanfaatkan libur dua hari ke
depan untuk bertemu
keluarganya. Temannya, Fuji,
kali ini tidak bisa ikut pulang,
karena masih ada jadwal kuliah
yang harus dihadiri.
…
Saat tiba di kampung, Sally
melihat Ibu Kinan, Bu Yati,
yang tampak lebih kurus dan
wajahnya sedikit pucat. Sally
pun menghentikan motornya
dan langsung mendekatinya.
Pagi Tante! Apa kabar?
sapa Sally ramah.
Bu Yati tersenyum begitu
melihat teman putrinya itu.
Pagijuga, Sally. Dari mana
kamu? tanyanya lembut.
Saya baru aja pulang dari
kota, Tante. Kebetulan dua hari
ini saya libur kuliah, jawab
Sally sambil tersenyum. Tante
sendiri habis dari mana?
Oh, tadi habis dari
PuskesmalbuTante baru aja
periksa, soalnya belakangan ini
kepala tante sering pusing,
jawab Bu Yati dengan nada lelah.
Sally merasa iba melihat
kondisi Bu Yati yang tampak
kurang sehat. Oh, semoga
Tante cepat sembuh, ya. Kalau
ada apa-apa tante bisa kabari
saya, dua hari ini saya di rumah
kok tante.
Bu Yati mengangguk, lalu
bertanya, Oh ya, kamu pernah
ketemu Kinan nggak di kota?
Soalnya kata bapaknya, Kinan
sekarang dipekerjakan di sana.
Sally menggeleng pelan.
Sally belum pernah ketemu
Kinan, Tante. Tapi kalau nanti
saya ketemu, pasti saya kabari
Tante, janjinya sambil
tersenyum pada ibu Kinan.
Sally mendengarkan
permintaan Bu Yati dengan
perasaan campur aduk. Dalam
hatinya, ia merasa berat untuk
menyampaikan di mana
sebenarnya Kinan berada.
…
Kinan pernah menceritakan
kepadanya bahwa ia bisa sampai
di kota, karena dipaksa dan
dijual oleh ayah tirinya. Saat itu,
Kinan merasa sangat terpukul
karena ibunya hanya diam,
seolah tak peduli, ketika ia
dipaksa pergi ke rumah rentenir.
Hal ini, membuat Kinan kecewa
dan merasa ibunya lebih
memilih ayah tirinya daripada
dirinya sendiri.
Ya udah, kalau begitu saya
pulang dulu, ya, Tante, kata
Sally pelan, berusaha
menyembunyikan kesedihan
yang dirasakannya.
Iya, hati-hati, Sally,
jawab Bu Yati dengan nada
penuh harap. Kalau ketemu
Kinan, tolong bilang sama Ibu,
ya. Ibu kangen banget sama
Kinan. Ibu selama ini selalu
mencari informasi tentang
keberadaannya, tapi selalu
gagal.
Sally hanya bisa
mengangguk, tersenyum tipis
sebelum berpamitan. Di
perjalanan pulang, ia merenung,
merasa bingung dan sedih atas
kenyataan yang dihadapi
sahabatnya dan kondisi
keluarganya. Satu sisi, ia
kasihan pada Bu Yati yang
kelihatan sangat merindukan
putrinya. Di sisi lain, ia
mengerti betapa sakit hati yang
dirasakan Kinan.
…
Setelah libur beberapa hari,
Kinan kembali ke kampus, Pagi
itu, seperti biasa, Aryo
mengantarnya dan
menurunkannya di halte depar
kampus. Sebelum Kinan turun,
Aryo menyerahkan kartu ATM
kepadanya.
Ini, peganglah. Kalau kamu
ingin membeli sesuatu, pakai
kartu ini saja. Kamu juga bisa
mengambil uang dari kartu itu
setiap hari, ujar Aryo.
Kinan menolak dengan
lembut, Nggak usah, Mas.
Kasih uang cash aja kayak
biasanya, yang penting cukup
buat jajan selama di kampus.
Pakai ini aja, Kinan. Kalau
sewaktu-waktu kamu butuh
uang dan aku nggak ada, kamu
bisa mengambilnya sendiri,
kata Aryo dengan senyum
meyakinkan.
Akhirnya, Kinan menerima
kartu itu sambil tersenyum.
Makasih ya, Mas.
Nanti PIN-nya akan aku
kirim lewat pesan, ucap Aryo
sebelum pergi, meninggalkan
Kinan yang kemudian
melangkah masuk ke kampus.
Saat pelajaran dimulai,
Aryo yang juga dosen kelasnya,
tampak lebih santai daripada
biasanya. Suasana kelas pun
lebih rileks dan tidak ada
tatapan dingin dari Aryo seperti
biasanya. Setelah Aryo pergi
dari ruang kelas, teman-teman
Kinan berbisik-bisik.
…
Tumben Pak Aryo hari ini
agak santai, biasanya galak
banget, ujar salah satu
temannya.
Betul, biasanya kayak
harimau yang lapar. Hari ini
sepertinya lebih jinak, timpal
yang lain.
Kinan hanya tersenyum
mendengar bisikan-bisikan dari
teman-temannya. Seolah dia
tidak terpengaruh dengan
ucapan mereka.
Saat sedang makan di
kantin, Sally datang
menghampiri Kinan dan
meletakkan sebuah kotak
dibungkus plastik di depannya.
Ini buat kamu, ujar Sally sambil
tersenyum.
Apaan ini? tanya Kinan
penasaran.
Oleh-oleh dari ibuku.
Katanya ini khusus buat kamu
sama Fuji, jawab Sally.
Kinan tersenyum senang,
saat membuka plastik tersebut.
Wah, ini makanan kesukaanku.
Makasih ya, Sal. Aku kangen
banget sama masakan kampung
, ucap Kinan dengan antusias.
Sama-sama, jawab Sally,
lalu ragu sejenak sebelum
melanjutkan, Oh iya, Kin. Aku
boleh ngomong sesuatu nggak?
Ngomong aja, Sal. Sahut
Kinan seraya membuka kotak
makanan yang diberikan Sally.
Aku ketemu sama Bu Yati,
Kin, ujar Sally perlahan.
Kinan terdiam, wajahnya
berubah sedih mendengar nama
ibunya disebut. Tbu ngomong
apa, Sal, sama kamu?
Kemarin ibumu sempat
menanyakan keberadaanmu,
apakah aku pernah ketemu
kamu di sini atau nggak. Ibumu
sedang sakit, Kin. Wajahnya
pucat dan tubuhnya sekarang
kelihatan lebih kurus dari
terakhir kali, jawab Sally
dengan nada prihatin.
Kinan terdiam sejenak, lalu
bertanya, Terus kamu jawab
apa, Sal? Kamu bilang nggak,
kalau kamu ketemu aku di sini?
Tidak, Kin. Aku bilang
kalau aku nggak pernah ketemu
kamu di sini, sahut Sally
lembut. Tapi, kamu nggak mau
kasih kabar ke Ibumu? Kasihan
dia, selalu kepikiran sama kamu
Mendengar itu, Kinan mulai
menangis. Aku masih sakit hati,
Sal. Saat aku dipaksa pergi oleh
Bapak untuk dijual ke rentenir
itu, Ibu hanya diam, tidak
menolongku. Aku merasa Ibu
lebih memilih ayah tiriku. Itu
sebabnya sampai sekarang aku
belum bisa memaafkannya,
sahut Kinan, suaranya bergetar.
Sally mengelus punggung
Kinan pelan, memberikan
dukungan tanpa kata-kata,
memahami perasaan
sahabatnya yang terluka karena
kenangan pahit itu.
…
Sally menatap Kinan
dengan lembut dan berkata,
Aku mengerti kamu masih sakit
hati, Kin. Tapi belajarlah untuk
memaafkan Ibumu. Mungkin
Ibumu punya alasan tertentu,
sampai dia tidak berani
menolongmu saat itu. Aku tahu,
dari dulu Ibumu sangat
menyayangimu, tapi mungkin
dia takut sama Bapak tirimu.
Kinan mnenghela napas,
masih menahan perasaan yang
bercampur aduk. Entahlabh, Sal.
Aku belum siap sekarang. Tapi
nanti, kalau aku sudah siap, aku
pasti akan menghubungi Ibu.
Sally tersenyum dan
menggenggam tangan Kinan.
Nggak apa-apa, Kin. Aku selalu
mendukung keputusanmu.
Yang penting, lakukan yang
terbaik buat dirimu sendiri.
Tapi, kalau bisa, segeralah
hubungi Ibumu. Kasihan, dia
sangat merindukanmu.
Kinan hanya mengangguk
pelan, mencoba menenangkan
hatinya yang masih terasa berat.
Di balik rasa sakit hatinya, ia
mulai mempertimbangkan
kata-kata Sally, menyadari
bahwa mungkin memaafkan
bisa membantunya menemukan
kedamaian.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Ceritadewasa
ceritanovel
mertuamenantu
menantuidaman
selingkuh
foto
fotoai
text
foryou
Related: Explore more posts