Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART 3)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART 3)

Isi Postingan:

ADIK IPAR PELIPUR LARA PART 3

…ceritadewasa…

.

.

.

Hallo! Dimas, kamu lagi

dimana? tanya Bram, kakaknya

di telpon.

Lagi nongkrong nih sama

anak-anak di cafe, emang

kenapa? tanya Dimas.

Dia lalu bangun dari

kursinya, menjauh dari meja

tempat teman-temannya duduk

di cafe itu untuk melanjutkan

obrolan dengan mas nya itu.

Hujan gerimis mulai turun

sore itu.

Bisa mas minta tolong

jemput mbakmu. Dia lagi di

butik. Mas masih ada keperluan

yang gak bisa ditinggal, lagi

meeting di perusahaan

maskapai. Mas masih lama

pulangnya, jelas Bramantio

tentang situasinya saat itu.

…

Emangnya Mbak Celia gak

bawa mobil ya? Kok harus

dijemput segala, kembali Dimas

bertanya.

Tadi pagi dia mau mas

antar ke butik dan jemput dia

sore harinya. Makanya dia gak

bawa mobil, jelasnya.

Oh begitu, sahutnya.

Ya, tadi awalnya mas mau

suruh jemput sama Pak Dodit,

tapi mas baru sadar, Pak Dodit

lagi kurang enak badan, kasian

kan kalau suruh dia bawa mobil

, tutur Bram.

Pak Dodit adalah salah

seorang sopir pribadi keluarga

mereka, yang sudah bekerja

selama 15 tahun.

Sopir lainnya adalah Mang

Asep, yang sudah jadi sopir sejak

9 tahun lalu. Keduanya berasal

dari kampung.

Pak Dodit punya seorang

istri dan dua anak, yang sudah

diboyong ke kota bersamanya.

Tapi karena orang tuanya

masih ada, dia dan keluarganya

empat bulan sekali pulang

kampung selama seminggu.

Iya, tadi pagi Pak Dodit

udah periksa juga ke klinik,

kayaknya dia kelelahan, kan

baru balik dari kampung juga

kemarin, kata Dimas.

Makanya, mas minta

bantuan kamu, jemput Celia.

Gak mungkin juga kan mas

minta Celia naik grab. Jadi mau

ya jemput mbakmu, sebentar

aja, pintanya.

Baik, aku segera ke butik.

Kasian juga ini lagi hujan kalau

Mbak Celia kelamaan nunggu,

kata Dimas.

Dimas gak mungkin

menyia-nyiakan kesempatan

untuk menjemput Celia, paling

tidak, dia bisa berduaan dengan

wanita itu.

…

Makanya dia bersedia

membantu Bram untuk

menjemput istrinya itu.

Setelah mengakhiri

panggilan telpon dengan

masnya itu, Dimas kembali ke

meja teman-temamnya.

Hey bro semua, aku cabut

dulu ya. Ntar besok kita

ngumpul lagi, kata Dimas

pamit pada mereka.

Di luar cafe, hujan

mengguyur kota dengan

derasnya.

Lo mau kemana buru-buru

banget, gak nunggu bentar lagi

para cewek bakal gabung sama

kita-kita. Ada Cindy, Rere dan

Jeni, yang mau kumpul. Rugi

loh gak ketemu mereka, bujuk

temannya, Sandi.

Aku mau jemput cewek,

lebih seksi dan mnenggoda

dibandingkan gadis-gadis yang

kalian sebutkan tadi, katanya

nyengir.

Siapa sih, jadi penasaran?

tanya Dirga.

Ya, siapa cewek itu.

Mngsa baru lagi ya? Kita kenal

gak sama gadis itu, sambung

Sandi lagi.

Gak akan aku kenalin. Ini

rahasia. Kali ini bukan mangsa

baru. Aku serius mau

mendapatkan hati dan cintanya

jawab Dimas, menyeringai.

Wekkkk, lebay banget.

Emang playboy kayak kamu bisa

serius mau dapetin hati dan

cintanya cewek. Bullshit kataku

sih, kata Dirga, meledek Dimas.

Udah ah, aku mau jalan

dulu, nanti kelamaan dia

nunggu, mana hujan semalkin

deras lagi, sebut Dimas.

Mahasiswa teknik semester

lima itu lalu berjalan ke mobil

Jeep Wrangler Rubicon empat

pintu warna sting grey miliknya.

….

Beberapa saat kemudian,

dia melajukan mobilnya di

ngah derasnya hujan menuju

butik milik Celia, tak jauh dari

pusat perbelanjaan.

Butik mewah yang diberi

nama Celia Modista itu buka

dari pagi sampai sore.

Dimas turun dari mobilnya,

lalu masuk ke dalam butik

tersebut.

Celia yang memakai dress

kerja formal sleeveless selutut

midi tanpa lengan itu, duduk

sambil membaca majalah mode

di sofa cream bermotif bunga

merah muda.

Di atas meja, ada secangkir

eh kamomil panas

kesukaannya, yang baru saja

dibuatnya untuk

menghangatkan tubuhnya saat

cuaca yang dingin.

Celia hanya melihat sekilas

kedatangan Dimas saat pemuda

itu masuk melewati pintu.

Ekspresinya tampak tak

begitu senang dan jutek.

Beberapa saat lalu, Celia

baru saja berdebat dengan suami

ditelpon karena urusan

jemputannya.

…

Sayang, aku minta maaf ya,

masih meeting nih. Jadi gak

bisa jemput kamu, kata Bram.

Mas gimana sih, aku

sendirian di butik nih, mana

mulai hujan lagi. Jadi kapan

meetingnya selesai. Biar aku

tunggu, kata Celia.

Sepertinya masih lama,

malam nanti baru selesai. Aku

minta bantuan Dimas aja ya

untuk jemput kamu, kata Bram.

Gak usah, aku pulang baik

grab aja, dari pada harus pulang

sama dia, tolak Celia.

Kamu kenapa sih,

kayaknya gak suka banget sama

Dimas. Apa karena dia suka

ngomong ceplas ceplos,

kata-katanya yang tak

terkontrol saat bicara sama

kamu. Atau karena dia sedikit

agak nakal, tengil dan playboy

ya? tanya Bram.

Mas tau sendiri, sejak awal

kenal dia, aku gak bisa akur kan

sama dia. Karena sikap dan

perilakunya itu menyebalkan.

Jadi, aku gak mau dijemput

sama Dimas, tegas Celia.

Gak ada pilihan lain, aku

akan telpon dia sekarang, kata

Bram, memutuskan sambungan

telpon itu.

Dia lalu menghubungi

Dimas, dan adiknya itu bersedia

membantu menjemput Celia.

Dimas akan jemput kamu.

Tunggu aja dia datang ya, tulis

Bram dalam pesan

WhatsAppnya.

Terserah saja, balasnya,

jengkel.

….

Meski tak senang Dimas

datang menjemputnya, Celia

gak bisa apa-apa saat ini.

Dia masih terus fokus

membaca majalah itu, tanpa

mempedulikan Dimas, yang

berusaha melempar senyum

padanya dari depan pintu

masuk butik.

Dimas lalu perlahan

berjalan ke arahnya, melempar

kunci mobil ke meja, kemudian

menghempaskan tubuhnya ke

sofa di samping Celia, bersender

di sandaran sofa, sembari

menarik nafas panjang.

Matanya menyapu setiap

sudut ruangan butik itu, takjub

dengan rancangan Interiornya.

Interiornya mewah dan

elegan dengan warna putih

dengan sedikit aksen emas yang

elegan untuk etalase.

Penutup dinding dengan

pola sinar matahari, karpet

bermotif floral dan sofa

bermotif bunga merah muda.

Lalu ada lampu gantung

plafon kristal mewah, ada juga

kombinasi lampu sconce, track

dan lampu gambar.

Sehingga selain

mendapatkan kualitas cahaya

yang bagus, juga mampu

memberi tambahan estetika

untuk keseluruhan ruangan.

…

Ada juga cermin besar di

bagian dinding dalam ruangan

butik yang luas itu.

Di butiknya, Celia

memajang di etalase, di

manekin dan menggantung

busana yang berkualitas tinggi,

baik dari segi bahan, teknik

jahit, dan hasil akhir.

Model busana yang dijual di

sana, berkualitas tinggi, tidak

ada di pasaran bebas.

Selain menjual busana,

butik Celia itu juga menjual

perhiasan, sepatu, sandal, ikat

pinggang, selendang,

kerudung, dan hiasan rambut.

Ini pertama kali aku ke sini.

Butiknya mewah, elegan,

modern, keren dan berkelas.

Seperti Mbak puji Dimas.

Celia tak menanggapi pujian

Dimas, matanya masih tertuju

ke artikel di majalah terbaru

terbitan bulan ini.

….

Sementara, di luar hujan

masih membasahi bumi. Waktu

pun sudah menunjukkan pukul 1

8.30 jelang malam.

Mbak Celia sendirian aja

ya? Yang lain pada pulang?

tanya Dimas.

Celia mempekerjakan dua

orang staf, dua karyawan serta

tiga pramuniaga untuk

melayani pembeli secara

personal shopping, penyesuaian

ukuran, dan pesanan khusus.

Mereka mulai bekerja dari

pukul 08.00 pagi dan pulang

pada pukul 18.00 atau pukul 6

Sore.

Jadi, mereka jam segini

tentu saja sudah pulang, saat

hujan baru turun tadi.

Makanya, tinggal Celia

sendirian di dalam butik

tersebut.

Sudah tau aku sendirian di

butik ini, pakai nanya lagi,

ketusnya, sembari membolak

balik halaman majalah tanpa

melihat ke arah Dimas saat

berbicara.

Yah, siapa tau Mbak Celia

lagi nyembunyiin cowok di

dalam sana, atau dibalik pakaian

itu..wk..wk..wk, tawanya,

meledek.

Dimas lalu mengambil

cangkir teh kamomil hangat di

hadapannya, kemudian

meneguknya sampai habis.

Gak sopan banget sih. Itu

teh aku. Kalau kamu mau

minum permisi dulu, minta izin.

Lebih baik lagi kalau memnang

pengen teh bilang aja, biar aku

bikinin, kata Celia sewot.

Ah, cuma secangkir teh

juga, kenapa harus

dipermasalah kan sih. Bisa gak

mbak ngomong lemnbut, ramah

dan bersahabat sama aku.

Jangan ketus, emosian melulu

dan ngegas terus, kata Dimas,

tertawa nyengir.

Gak perlu ngomong

baik-baik dan lembut sama

cowok kayak kamu, sahut Celia,

masih ngedumel.

Ha.ha..ha. santai aja

kenapa sih. Mbak jangan suka

sewot, kesal dan marah-marah

gitu, ntar cepat tua dan keriput

loh, goda Dimas, mencbit

gemas kedua pipi Celia.

…

Eh, jangan sembarangan pe

ang-peang pipi aku. Ingat ya,

aku ini kakak ipar kamu. Jangan

kurang ajar, main peang dan

senuh -senuh aja. Awas kamu,

geramnya, menepis keras

tangan Dimas.

Gimana dong, aku makin

suka dan tergila gila saat

melihat Mbak Celia ngambek,

cemberut, merajuk dan

merengut. Ekspresi wajah mbak

saat cemberut, dengan

mengerucutkan bibir, begitu

menggemaskan. Rasanya

pengen aku luat bibir sesi nan

ranum itu. Apalagi, tubuh Mbak

Celia begitu harum, membuatku

berairah dan makin bernasu,

godanya.

Celia menghempaskan

dengan keras majalah yang

dipegangnya itu ke atas meja.

Dia benar-benar sudah talk

sabar dan tak sanggup menahan

emosinya lagi. Dia sangat

jengkel dengan sikap dan

perkataan Dimas itu.

Cukup kamu bicara kurang

ajar dan gak sopan begitu

padaku. Aku minta kamu keluar

dari sini sekarang. Pergi! usir

Celia, sembari berdiri.

Aku gak akan pergi tanpa

Mbak Celia. Mas Bram minta

tolong aku jemput mbak.

aku menyanggupinya, katanya.

So, ya aku harus jadi adik

yang baik dan bertanggung

jawab dong, mengantar istri

cantik mas ku hingga selamat

sampai rumah, lanjutnya.

Kamu gak perlu antar aku.

Aku gak butuh bantuanmu. Aku

bisa pulang naik grab atau

tunggu Mas Bram jemput.

Sekarang lebih baik kamu pergi

dari sini, kembali Celia

meminta Dimas keluar dari

butik itu.

…

Tapi, Dimas tak bergeming,

dia masih duduk di sofa, seakan

tak peduli dengan kemarahan

Celia yang mengusirnya.

Aku sudah bilang akan

antar pulang Mbak Celia ke

rumah, kapanpun mbak mau

pulang. Aku sih maunya masih

terus di sini, kalau bisa sampai

malam, berduaan dengan mbak,

harapnya.

Jangan harap aku mau

berlama-lama di sini sama kamu.

Aku maupulang selkarang,

teriaknya, dengan sorot mata

penuh amarah.

Jadi mbak mau kita pulang

sekarang, tak ada lagi keperluan

yang harus diselesaikan dulu,

tanya Dimas.

Tidak! Ayo pulang,

ajaknya.

Dimas berjalan

berdampingan dan mencoba

memegang tangan Celia saat

hendak keluar ruangan butik

tersebut.

Tapi, Celia menjauh

darinya, menjaga jarak dengan

Dimas.

Dia tampak sedang

menahan dinginnya cuaca,

dengan menggosok-gosokkan

tangannya agar hangat.

Mereka lalu masuk ke dalam

mobil, duduk di jok depan.

Mbak kedinginan ya? Ini,

pakai jaketku, katanya,

memakaikan jaket itu ke tbuh

Celia.

Meski sempat menolaknya,

Dimas tetap memaksa Celia mau

memakai jaketnya.

Dia akhirnya membiarkan

Dimas memakaikan jaket

baseball miliknya itu untuk

menghangatkannya dari

dinginnya udara.

Dimas juga membantu Celia

dengan menggookkan kedua

tangannya ke tangan wanita itu.

Celia hanya diam saja, tak

bereaksi menolakatau

melarangnya.

Apa perlu aku matiin AC

mobil biar mbak gak kedinginan

tanya Dimas.

Gak usah, jawabnya.

Dimas kemudian menarik

seat belt, mencondongkan

tbuhnya ke arah Celia.

Celia dan Dimas saling

bertatapan, jarak keduanya

begitu dekat, hanya beberapa

centi saja.

Bahkan wajah mereka

hampir menempel satu sama

lain saat Dimas memasangkan

sabuk pengaman itu.

…

Entah mengapa, jantung

Celia berdegup kencang dan tak

karuan saat berau mata dengan

Dimas, saat pria itu menatapnya.

Dia buru-buru menguasai

dirinya agar tak terhanyut.

Ayo cepat jalan, kita pulang

sekarang, perintah Celia.

Iya mbak, sahut Dimas,

melirik Celia yang sedang duduk

disampingnya itu sembari

menyunggingkan senyum.

Sementara, Celia menatap

lurus ke depan.

Dimas mnelajukan mobilnya

di tengah hujan menuju rumah

mereka.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART19)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART2)

Related Posts

Malam di Kampung Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART40) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART5) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART12) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART16) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART56) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme