JANGAN OM (PART20)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART20
…Ceritadewasa…
.
.
.
Semenjak pulang dari
kampus, Kinan tampak lebih
banyak melamun. Pikirannya
penuh dengan bayangan
tentang kondisi ibunya. Meski
ada keinginan untuk
mengetahui kabar sang ibu,
masih tersisa keraguan yang
berat di hatinya untuk
memberikan maaf.
Kira-kira, gimana ya
kondisi Ibu sekarang? gumam
Kinan pelan sambil melamun di
kamarnya.
Saat pintu kamar Kinan
yang sedikit terbuka, Aryo
masuk pelan-pelan. Namun, ada
yang terasa berbeda kali ini.
Biasanya, Kinan selalu
menyambutnyaentah dengan
wajah cemberut atau senyuman
manis. Tetapi kali ini, Kinan
bahkan tak bereaksi sedikit pun.
…
Kamu kenapa? tanya
Aryo, suaranya lembut namun
penuh rasa ingin tahu.
Kinan tersentak kecil, lalu
menoleh ke arah Aryo. Mas
Aryo, kapan datang? tanyanya
dengan sedikit bingung.
Baru aja. Kamu melamun?
Ada apa? balas Aryo sambil
menatap Kinan dengan penuh
perhatian.
Kinan berusaha tersenyum.
Nggak ada apa-apa kok, Mas.
Aryo masih mematapnya,
merasa belum puas dengan
jawaban itu. Kalau ada
masalah, cerita aja. Mungkin
aku bisa bantu, sahut Aryo
menawarkan dirinya.
Kinan menggeleng pelan.
Nggak, Mas. Aku nggak apa-apa
kok. Tadi cuma… lihat-lihat
pemandangan aja diluar.
Aryo mengangguk, meski
asih ragu. la pun berjalan
menuju kamar mandi untuk
mandi. Sementara itu, Kinan
mulai menyiapkan pakaian
ganti untuk Aryo, mencoba
mengalihkan pikirannya yang
masih dipenuhi bayangan
tentang ibunya.
…
Selesai mndi, Aryo sedang
asyik dengan laptopnya, sibuk
mengoreksi tugas-tugas
mahasiswa dari kampus. Di
tengah kesibukannya, Kinan
mendekat dengan raut wajah
yang tampak bimbang.
Perlahan, ia membuka suara.
Mas, boleh nggak kalau
aku menemui ibuku? tanyanya
pelan.
Aryo yang mendengar itu
segera menghentikan
pekerjaannya, menoleh dengan
penuh perhatian. Kamu ingin
pulang? tanyanya lembut.
Kinan menghela napas,
tampak ragu. Entahlah, aku
masih bimbang, Mas. Kata Sally,
ibuku sekarang sedang sakit.
Tapi… alku masih sakit hati
dengan kelakuan Ibu dulu. Aku
belum bisa memaafkannya,
ucapnya sambil menundukkan
kepala, wajahnya muram dan
penuh kesedihan.
Sejenak Aryo terdiam,
mencoba memahami perasaan
Kinan. Emangnya… apa yang
udah Ibumu lakukan? Apa
selama ini dia tidak
memperlakukanmnu dengan
baik? tanyanya hati-hati.
Lalu Kinan menggeleng
pelan. Bukan gitu, Mas.
Sebenarnya Ibu itu baik. Tapi…
sejak diamenikah dengan bapak
tiriku, perlakuannya berubah.
Dia jadi… agak berbeda ke aku.
Kinan berhenti sejenak,
seolah sedang mengumpulkan
kekuatan untuk melanjutkan
ceritanya. Bahkan waktu
kemarin, saat bapak tiriku
menjualku ke rentenir, Ibu
nggak nolong aku, Mas. Dia
cuma diam… melihatku diseret
paksa oleh ayah tiriku ke rumah
rentenir itu.
….
Mendengar penuturan
Kinan, Aryo hanya diam
tertegun. Tampakjelas betapa
dalam luka yang Kinan rasakan.
la hanya bisa menatap Kinan
dengan penuh simpati, mencoba
memahami beban berat yang
selama ini dipendamnya.
Kemudian, Aryo
memandang Kinan dengan
penuh ketegasan. Kinan, aku
nggak akan melarangmu. Kalau
kau memang ingin pulang untuk
menemui ibumu, pergilah. Tapi
kau harus hati-hati. Kau akan
diantar oleh Pak Danang dan
dua orang bodyguard. Aku
nggak mau terjadi apa-apa
denganmu, atau bisa saja kamu
kabur lagi seperti waktu itu,
ucap Aryo dengan nada serius.
Kinan menunduk, berpikir
sejenak, lalu menjawab dengan
suara pelan, Tapi, Mas… kalau
aku pulang bersama sopir dan
bodyguard, Ibu dan ayah tiriku
pasti tahu kalau aku sekarang…
jadi istri mudamu.
Biarkan saja, aku nggak
peduli, jawab Aryo tegas. Aku
lebih khawatir pada
berdering. la melirik layar dan
melihat nama istrinya, Siska,
terpampang di sana. Aryo
menghela napas, berpikir
sejenak, lalu memutuskan
untuk keluar dari kamar Kinan
sebelum menjawab panggilan
itu.
…
Kinan yang memperhatikan
gerak-gerik Aryo, mengernyit.
Hatinya diliputi rasa penasaran.
Mas Aryo dapat telepon dari
siapa ya? Tumben dia keluar
kamar saat menerima telepon,
pikirnya, tetapi ia memilih
untuk tetap diam.
Aryo masuk keruang
kerjanya, sebelum menjawab
panggilan dari Siska, dengan
nada datar, Halo?
Mas? Kamu di mana?
tanya Siska, suaranya terdengar
mendesak.
Bukan urusanmu aku di
mana, balas Aryo dingin.
Mas, segera pulang
sekarang. Aku mohon, ucap
Siska, nadanya berubah tegas
namun tetap dingin. Ada yang
ingin aku sampaikan. Penting.
Aryo menghela napas,
merasa kesal. Apa yang ingin
kau bicarakan? Kau bisa
mengatakannya sekarang,
jawabnya dengan nada tak sabar.
Enggak, Mas. Aku ingin
bicara langsung. Pulanglah
sekarang. Aku menunggumu di
rumah, ujar Siska, tetap pada
pendiriannya.
….
Aryo terdiam sesaat,
mempertimbangkan. Setelah
berpikir matang, ia akhirnya
mengalah. Baiklah, aku akan
pulang sebentar lagi, jawabnya
singkat sebelum memutuskan
panggilan.
la memasukkan ponselnya
ke saku, wajahnya tampak
serius. Aryo tahu, obrolan
dengan Siska ini mungkin akan
membawa komplikasi baru,
tetapi ia memilih untuk
menyelesaikannya.
Aryo pun lalu kembali ke
kamar Kinan dan berkata,
Kinan aku malam ini harus
pulang ke rumah dulu. Siska..
dia sudah pulang dan dia
mencariku, ucap Aryo pela.
Ada perasaan aneh dalam
hati Kinan, saat mendengar
kalau Arya akan pulang ke
rumahnya untuk bertemu
istrinyapu’lya Mas, hati-hati di
jalan. Jawab Kinan.
Setelah beberapa menit
perjalanan, Aryo akhirnya
sampai di rumahnya. Saat ia
membuka pintu, Siska sudah
menunggunya di ruang tamu
dengan ekspresi gelisah.
Ada apa? tanya Aryo
dingin tanpa basa-basi.
Mas, aku mau minta
bantuanmu, jawab Siska,
Suaranya terdengar mendesak.
Bantuan? Bantuan seperti
apa? Aryo tetap pada nadanya
yang dingin, memandang Siska
dengan tatapan tajam.
Siska menggigit bibirnya,
terlihatgugup. Aku.. aku
sedang mendapatkan masalah,
ucapnya lirih.Aryo menghela napas berat,
mencoba menahan kesal.
Baiklah, katakan. Apa
masalahmu?
Siska tak langsung
menjawab, melainkan berdiri
dan memberi isyarat pada Aryo
untuk mengikutinya. Mas, ayo
kita bicara di kamar.
….
Dengan enggan, Aryo
mengikuti langkah Siska
menuju kamar. Begitu masuk,
Siska langsung duduk di kasur
dan mulai menangis. Aryo
berdiri di dekat pintu,
menatapnya dengan raut datar.
Mas, tolong aku. Aku kena
kasus, ucap Siska terisak.
Aryo melipat tangan di
dadanya, lalu duduk di ujung
kasur. Ceritakan. Kasus apa
yang menimpamu? tanyanya,
mencoba menahan kesabaran.
Siska mengusap air
matanya, lalu berkata dengan
suara bergetar, Tapi kamu
jangan marah ya, mas. Siska
terdiam sebentar, dia tampak
ragu untuk mengatakannya
kepada Aryo. Aku ketahuan
selingkuh dengan pemilik
agency tempatku bernaung
sekarang. Istrinya nggak terima,
Mas. Dia bilang akan
memviralkan kasus
perselingkuhan kami. Kalau
sampai berita ini viral, karirku
sebagai model akan hancur, Mas.
Tolong aku, supaya berita ini
nggak sampai keluar ke publik.
Siska pun lalu mnenangis tersedu
-sedu.
Aryo terdiam, rahangnya
mengeras. Lalu, apa yang harus
aku lakukan? tanyanya, meski
jelas terdengar kejengkelan di
nadanya. Selama ini,
sebenarnya Aryo sudah
mengetahui tentang
perselingkuhan istrinya.
Namun dia memilih diam,
karena sudah malas
melarangnya. Ini bukan
pertama kalinya Siska
melakukan perselingkuhan,
sejak menikah dengan Aryo.
Jadi Aryo sudah tidak terlalu
kaget, saat mendengar Siska
kepergok selingkuh dengan
orang lain.
….
Kamu bisa lakukan apapun
pada istrinya, Mas. Kau bisa
membungkamnya, bahkan…
kalau perlu, melenyapkannya,
ujar Siska penuh emosi.
Aryo langsung berdiri,
tatapannya berubah tajam.
Kau gila, Siska. Aku bukan
seorang kriminal! ucapnya,
suaranya meninggi.
Aku nggak mau tahu, Mas!
Pokoknya kamu harus bantu
aku. Kalau sampai berita ini
viral, bukan cuma aku yang
kena. Namamu juga akan
tercoreng, karena aku adalah
istrimu! balas Siska dengan
nada memaksa.
Aryo mengusap wajahnya
kasar, mencoba menenangkan
diri. Setelah berpikir sejenak, ia
akhirnya menjawab, Baiklah,
aku akan memikirkan cara
untuk menyelesaikan masalah
ini. Tapi untuk sekarang, kau
lebih baik diam di rumah.
Jangan pergi ke mana-mana.
Jangan menarik perhatian
wartawan atau orang-orang
yang bisa memanfaatkan situasi
ini.
Siska hanya mengangguk,
tampak lega, meski wajahnya
masih dipenuhi kecemasan.
Sementara itu, Aryo merasa
amarah dan frustasi bercampur
dalam dirinya, memikirkan cara
menghadapi masalah ini tanpa
melibatkan dirinya lebih dalam.
Siska perlahan mendekati
Aryo, matanya berkaca-kaca. Ia
berdiri didepan suaminya,
menatapnya dengan ekspresi
penuh penyesalan. Maafkan
aku, Mas, ucapnya lembut.
Aku tidak bermaksud selingkuh
darimu.
Tangannya bergerak,
menyentuh wajah Aryo dengan
lembut. Aku hilang arah, Mas.
Aku melakukan ini karena aku
kesepian. Kamu sering
mengabaikanku, lanjutnya,
suaranya bergetar, mencoba
membenarkan tindakannya.
Aryo menatapnya tajam,
menghela napas panjang. Siska,
bukankah kamu yang sering
mengabaikanku? Kamu tidak
pernah benar-benar
memperhatikanku sebagai
suamimu, balas Aryo, nada
suaranya mencerminkan rasa
sakit yang ia rasakan.
Siska menunduk sejenak,
lalu membalas dengan suara
penuh pembelaan. Ya, itu
karena kamu terlalu sibuk, Mas.
Kamu selalu sibuk dengan
pekerjaanmu. Makanya aku
mencari kesibukan lain di luar
sana.
Aryo menghela napas,
merasa frustrasi dengan alasan
Siska. Namun, sebelum ia
sempat menjawab, Siska
mendekatkan wajahnya dan
mencim Aryo. Kejutan dari
sentuhan itu membuat Aryo
membeku sejenak, tetapi rasa
rindunya pada istri yang sudah
lama terasa jauh mulai
menguasai dirinya. Walau
selama ini mereka menikah atas
dasar Perjodohan, tidak bisa
dipungkiri bahwa Aryo sempat
menaruh hati pada Siska.
Namun, ego dari keduanya tidak
bisa mempersatukan hati
mereka sepenuhnya.
…
la pun akhirnya larut dalam
gairah, menerima sentuhan dan
kehangatan Siska yang sudah
lama hilang dari hubungan
mereka. Malam itu menjadi
pertemuan yang penuh emosi,
meski banyak hal belum
benar-benar terselesaikan di
antara mereka.
NoteL..i..k..e mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts