Tetangga idaman (PART56)
Isi Postingan:
Tetangga idaman PART56
…Ceritadewasa…
.
.
.
Aneh, perasaan tadi ada orang yang mengikutiku, tapi kok nggak ada ya…. Gumamku sebelum menutup pintu.
Di dalam kamar mndi, aku kembali memuntahkan isi perut pada tempat pembuangan. Aku merasa lemas dan tak berdaya.
.
.
.
Mas, saya nggak kuat. Saya mau pulang saja, ujarku ketika sampai di samping Mas Nata. Makanan di atas meja itu hanya berkurang sedikit. Suamiku pun juga tidak menyenthnya. Apa dia tidak lapar? Pikirku.
Lah, ini makanannya gimana?
Dibungkus aja, biar nanti dimakan, Angga, ujarku seraya meninggalkan Mas Nata.
Aku menunggu di depan mobil, hingga suamiku datang dan menenteng kotak makanan.
Disodorkannya kotak tersebut kepadaku.
.
.
.
Maaf, Mas, bolehkah kotak makanan itu ditaruh di jok belakang saja? Saya nggak kuat mencium
aromanya, pintaku memelas.
Hah? Oh, iya… iya. Mas Nata seperti kelihatan bingung, tapi
kemudian mengerti.
Maaf jadi merepotkanmu, mungkin asam lambung saya sedang naik. Jadi mual mulu. Kembali aku bersandar pada sandaran jok dan
menempelkan hoodie berwarna mocca. Entah kenapa aroma dari kain ini membuatku merasa rilex. Nanti jika sudah sampai rumah, aku bakal tanya ke Arif lah, dia memakai parfum merk apa? Iya, gapapa, Sayang. Apapun yang terjadi padamu, saya akan tetap menyayangi dan mencintaimu.
.
.
.
Suamiku sudah berada di belakang kemudi, tangannya dengan lembut mengucek rambutku.
Mas, kumohon jangan membuatku dilema. Jika perlakuanmu selembut ini padaku, bisa-bisa aku
luluh dan melupakan keinginan untuk minta cerai. Namun, saat ingatan tentang kejadian di hotel kemarin kembali terlintas dalam pikiran, rasa sakit itu seolah merenggut seluruh
kebahagiaanku.
.
.
Mas Nata mempercepat laju mobil begitu jalanan lengang. Tepat pukul dua belas, kami tiba di hunian yang dijanjikan Mas Nata tidak akan pernah ada air mata kesedihan yang akan keluar dari rumah ini. Namun, sekarang nyatanya? Ah….
Setelah mengantar ke kamar dan
membaringkan tbuhku di ranjang, pria itu keluar dari ruangan ini untuk beberapa saat sebelum datang kembali dan pamit mau membeli buah-buahan. Katanya, isi lemari es
kosong, lya, pergi saja, Mas. Saya nggak papa, kok, sendirian di rumah.
.
.
.
Setelah Mas Nata pergi, aku memilih tdur. Rasanya badanku pegal semua.
Bunyi keroncongan yang berasal dari perut membangunkanku. Lapar, tapi kok malas makan yaa, hmm. Aku pergi ke dapur membuka lemari es, barangkali ada makanan yang masih bisa dinikmati. Benar kata Mas Nata, buah-buahannya habis. Kututup kembali pintunya dengan raut kecewa.
Tiba-tiba aku teringat bakwan..
.
.
NoteL..i.k.e..mu penyemangat Mimin
LANJUT
Related: Explore more posts