Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART62)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART62)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART62

…

..

.

Setelah sampai di vila, Aryo

langsung menuju kamarnya.

Namun, Kinan tidak ada di

dalam kamar, mungkin sedang

berada di taman belakang, pikir

Aryo. Aryo memutuskan untuk

mandi terlebih dahulu karena

tbuhnya kotor setelah dari

pemakaman.

Selesai mndi, Aryo turun

ke lantai bawah. Di tangga, ia

berpapasan dengan Mbok Sumi.

Mbok, Kinan di mana?

tanya Aryo.

Di taman bunga, Tuan,

jawab Mbok Sumi sambil

tersenyum.

Aryo mengangguk,

kemudian melangkah menuju

taman bunga yang berada di

samping vila. Sejak tahu Kinan

sangat menyukai bunga, Aryo

sengaja membuatkan taman

bunga di vila untuknya.

Di taman itu, Kinan tampak

sibuk menanam bunga bersama

Tyas. Mereka terlihat

berbincang santai.

…

Tyas, apa kamu suka

bunga? tanya Kinan, sembari

mengusap tangan yang kotor

karena tanah.

Tyas menggeleng pelan.

Kurang begitu suka, Kinan. Aku

jarang menanamn bunga.

Lalu, apa yang kamu suka?

Kinan menghentikan

aktivitasnya, memandang Tyas

dengan rasa ingin tahu.

Aku suka bela diri,

khususnya taekwondo. Sudah

dari kecil aku belajar itu, jawab

Tyas dengan nada bangga.

Kenapa begitu? Apa kamu

sering berantem dulu? tanya

Kinan, makin penasaran.

Tyas mengangguk kecil.

Iya, Kinan. Aku memang sering

berantem dari kecil. Hidupku

dulu keras, aku besar di jalanan,

jawabnya tanpa ragu.

Pernyataan Tyas membuat

Kinan terdiam sejenak. Rasa

penasaran tentang masa kecil

Tyas mulai menggelitik

pikirannya, tetapi sebelum ia

sempat bertanya lebih jauh,

Aryo muncul mendekati mereka.

Kinan segera mengalihkan

fokusnya pada Aryo. Mas Aryo,

kapan pulang? Udah lama?

tanyanya dengan senyum

hangat.

Aryo balas tersenyum dan

menghampiri mereka. Iya,

lumayan. Kamu sedang apa di

sini?

Menanam bunga, Mas,

jawab Kinan sambil

memamerkan tangannya yang

penuh tanah. Mas Aryo mau

bantu?

Aryo terkekeh pelan. Aku

lebih suka melihatmu menanam.

Kamu tahu kan aku nggak

terlalu ahli soal bunga?

Kinan tertawa kecil,

Baiklah, tapi jangan hanya

melihat saja. Sesekali bantu

siram bunga, ya.

Aryo mengangguk,

menikmati suasana tenang di

taman yang ia buat khusus

untuk Kinan. Di sudut taman,

Tyas hanya tersenyum tipis, dia

memilih pergi dari taman

karena tidak enak mengganggu

kedua majikannya.

…

Bukannya membantu, Aryo

justru memluk Kinan dari

belakang dan mengcup

tengkuknya dengan lembut.

Mas, aku masih kotor.

Jangan cum-cum dulu, ucap

Kinan sambil mencoba menoleh

ke arah Aryo.

Biarkan saja, Kinan. Aku

butuh pelkan. Pikiran Mas

sedang kacau sekarang, balas

Aryo, suaranya terdengar berat.

Kinan terdiam sejenak,

kemudian bertanya pelan, Mas

Aryo..kenapa Mas melakukan

ini? Aku sempat syok saat tahu

Nenek Lasmi meninggal, tapi

Mas malah melarangku hadir di

pemakamannya. Awalnya, aku

berpikir Mas Aryo malu kalau

orang tahu Mas punya istri

muda,

…

Aryo tersentak mendengar

pengakuan itu. Kinan

melanjutkan dengan suara

bergetar, Tapi setelah Joni

menghubungiku dan

menjelaskan semuanya, aku

akhirnya paham kenapa Mas

Aryo melarangku pergi ke sana.

Aryo terdiam sesaat, lalu

memutar tubuh Kinan hingga

mereka saling berhadapan. la

menatap mata istrinya

dalam-dalam, sebelum akhirnya

tersenyum tipis.

Aku tidak pernah malu

dengan keberadaanmu, Kinan.

Justru aku bersyukur.

Kehadiranmu di hidupku

membuatku bahagia, ujar Aryo

dengan suara yang lembut

namun tegas. Tangannya

perlahan turun, menglus perut

Kinan yang mulai membuncit.

Apalagi dengan kehadiran calon

anak kita. Kalian adalah

anugerah untukku.

….

Kinan hanya mampu

memandang Aryo dengan mata

berkaca-kaca. Sebelum ia

sempat merespons, Aryo

membungkuk, mencium

bibirnya dengan lembut namun

penuh rasa. Kecupan itu

berlanjut, semakin dalam,

seakan Aryo ingin menyalurkan

seluruh kegundahan dan

kerisauan yang nembebani

hatinya melalui sentuhan itu.

Kinan membalas pelukan

dan ciumannya, memberikan

dukungan yang dibutuhkan

suaminya. Dalam momen itu,

mereka membiarkan semua

perasaan yang terpendam

tersampaikan, tanpa perlu

banyak kata.

Aryo melepaskan

cumannya perlahan, matanya

memandang Kinan dengan

penuh girah yang tertahan.

Oh, Ya Tuhan… rasanya

aku ingin memasukimu di sini

sekarang, Kinan, bisiknya

serak, nadanya terdengar serius

namun penuh kelembutan.

..

Kinan terkekeh kecil,

wajahnya memerah mendengar

ucapan itu. Mas, jangan gila.

Bagaimana kalau ada yang

melihat kita? jawabnya sambil

menyembunyikan

kegugupannya di balik

senyumnya.

Aryo tidak menjawab,

hanya tersenyum penuh arti

sebelum membungkuk dan

mengangkat Kinan ke dalam

pelukannya. Kinan memekik

kecil, tangannya refleks

melingkar di leher Aryo.

Mas! Aku masih bau

keringat, belum mandi,

protesnya pelan, meski tak

benar-benar menolak.

Aryo menatapnya dengan

tatapan menggoda. Tenang

saja, aku akan bantu kamu

mandi, jawabnya singkat lalu

membavwa Kinan masuk

kedalam rumah.

…

Saat tiba di kamar, Aryo

membawa Kinan ke kamar

mandi. Ila menurunkan istrinya

dengan hati-hati di bawah

pancuran shower, lalu

menyalakan air hangat. Uap

perlahan memenuhi ruangan,

menciptakan suasana yang

tenang dan intim.

Tanpa berkata apa-apa,

Aryo lalu mulai membuka

seluruh pakaian yang mereka

pakai. Ia lalu mengambil sabun,

lalu mulai menggsok perlahan

tbuh Kinan. Gerakannya

lembut, penuh perhatian,

seperti ingin memastikan

istrinya merasa nyaman.

Mas, aku bisa sendiri.

Nggak perlu repot-repot,

gumam Kinan, meski suaranya

terdengar lemah, seakan ia tak

benar-benar keberatan.

Aryo tersenyum, tidak

menghentikan tangannya yang

kini mulai menggosok bahu

Kinan. Diam saja Kinan,

biarkan aku melakukannya,

kamu hanya tinggal

menikmtinya.

…

Kinan terdiam. la menatap

wajah Aryo yang serius, dan

perlahan ia mulai menikmti

sentuhan lembut itu. Ada

sesuatu yang berbeda sejak

kehmilannya, gira4hnya lebih

besar, setiap kali Aryo

menyentuhnya.

Mas, panggil Kinan pelan,

hampir tenggelam oleh

gemericik air.

Aryo menoleh, alisnya

terangkat. Hmmm…?

Kinan tersenyum kecil,

matanya berkaca-kaca. Aku

bahagia kita bersama. Terima

kasih sudah jadi suami yang baik

untukku.

…

Aryo berhenti sejenak, lalu

memblai ppi Kinan dengan

lembut. Aku yang seharusnya

berterima kasih, Kinan. Kamu

dan calon anak kita adalah

alasan aku terus kuat

menghadapi semua masalah.

Air hangat terus mengalir,

membasahi tubuh mereka.

Dalam keheningan yang penuh

makna, mereka saling menatap,

membiarkan cinta dan gairah

mengalir diantara mereka.

Uap hangat membngkus

tbuh Kinan saat Aryo

menggendongnya ke kamar.

Senthan kulit mereka yang

polos menyatu, menciptakan

senssi yang tak asing namun

selalu membangkitkan girah.

Di atas ranjang, Aryo mulai

menjelajahi setiap inci kulit

Kinan dengan lembut.

….

Cumannya yang dalam

perlahan merambat ke leher,

Membuat blu kduk merinding

Kamu membuatku gila,

Kinan, bisik Aryo, suaranya

serak.

Kinan hanya bisa mendesah

pelan, matanya terpejam

menikmati setiap sentuhan.

Tangannya merih rmbut

Aryo, menariknya lebih dekat.

Kaki Kinan terbuka lebar,

mengundang Aryo untuk

menjeljahi lembah panasnya.

…

Cuman lembutnya terasa

membara, membangkitkan

gelora di dalam diri Kinan.

Dsahannya memecah

keheningan, memanggil nama

Aryo dengan penuh hsrat.

Kuku Kinan menncap di kult

kepala Aryo saat puncak

kenikmtan menyapa. Ciran

bening membnjiri milik Kinan,

manisnya membuat Aryo tak

kuasa menhan ldahnya.

Dengan lembut, ia menjlati

setiap tetesnya.

..

Aryo merangkak naik,

tatapannya tak lepas dari wajah

Kinan yang memerah.

Gndukan kenyal itu

menyambutnya dengan hangat

lalu mulai diggitnya pelan.

Dengan gerakan pelan dan

mantap, milik Aryo melncur

masuk.

…

Ah… Mas,xxxxxxxxxxxxxxxxxx rintih Kinan,

suaranya teredam dalam bantal.

Aryo terus bergerak, mengikuti

irama tbuh Kinan yang

bergetar. Suara desah4n

menggema diseluruh ruang

kamar. Hingga penyatuan

mereka benar-benar berakhir,

beberapa jam setelahnya.

…

Aryo bersndar dikepla

ranjang, tbuhnya masih terasa

lelah setelah aktivitas yang

menguras tenaga beberapa saat

tadi. Suara ketukan pelan di

pintu membuyarkan

lamunannya. Ia melirik jam

dinding yang menunjukkan

pukul tujuh malam.

Masuk, ujar Aryo dengan

suara berat.

Pintu terbuka perlahan, dan

Mbok Sumi, pembantu setianya,

berdiri di ambang pintu. Tuan

Aryo, ada Den Juan di bawah.

Katanya Tuan yang

menyuruhnya ke sini, lapornya.

Aryo mengangguk,

mengusap wajahnya untuk

menghilangkan sisa kantuk.

Baiklah, Mbok. Bilang padanya

aku akan segera turun,

jawabnya singkat.

Mbok Sumi mengangguk

dan bergegas menyampaikan

pesan Aryo pada Juan, yang

sedang menunggu di ruang

tengah. Sementara itu, Aryo

mengenakan pakaian yang lebih

rapi sebelum turun menemui

sepupunya.

….

Saat Aryo tiba, Juan sedang

mengamati rak koleksi

minuman kerasnya. Mendengar

langkah kaki Aryo, Juan

menoleh dan tersenyum kecil.

Koleksi minumanmu ini

lumayan juga. Tapi, buat apa

kamu mengoleksi minuman

seperti ini? Bukankah kamu

jarang minum? tanyanya

dengan nada santai.

Aryo tersenyum tipis dan

mengambil tempat di sofa.

Hanya ingin saja. Sesekali aku

meminumnya kalau sedang

suntuk, jawabnya singkat.

Juan pun ikut duduk di sofa

seberang dan menatap

sepupunya lekat. Jadi.

bagaimana? Semua aman?

tanya Aryo serius.

Sudah aman. Aku sudah

menghubungi temanku, seorang

dokter terbaik di Singapura,

untuk merawat nenekmu.

Nenek tiba dengan selamat, dan

sekarang kondisinya mulai

stabil, jelas Juan sambil

menyesap teh hangat yang baru

saja diantarkan pembantu.

Aryo mengangguk, tapi raut

wajahnya masih tegang. la

menghela napas berat sebelum

akhirnya berbicara. Juan, aku

butuh bantuanmu lagi untuk

menyelidiki sesuatu.’

Juan menatap Aryo dengan

alis terangkat. Menyelidiki apa

?

Aryo menatap lurus ke

depan, seolah mencari kata-kata

yang tepat. Tentang kecelakaan

nenek. Aku curiga ini bukan

kecelakaan biasa, ujarnya

dengan nada rendah.

Juan diam, memberi Aryo

waktu untuk melanjutkan.

Aku mendapat laporan dari

perawat nenek. Beberapa hari

lalu, David-sepupu Bapakku-

datang menemui nenek. Setelah

pertemuan itu, nenek terlihat

tertekan. Aku curiga dia ada

hubungannya dengan apa yang

terjadi, Aryo melanjutkan,

nada suaranya mulai dipenuhi

emosi.

Juan mengangguk pelan.

Hanya David yang kamu curigai

?

Aryo terdiam sejenak, lalu

menjawab, Selidiki juga ibu

tiriku.

Juan menatapnya dengan

kening berkerut. Ada apa

dengan ibumu? Bukankah

katamu dia baik selama ini?

tanyanya heran.

….

Aryo mengusap wajahnya

lagi, jelas terlihat bahwa ia

berusaha menenangkan diri.

Entahlah… aku merasa ada yang

aneh dengannya. Sikapnya, dan

semua kesedihan yang

ditunjukannya saat nenek

meninggal, seperti palsu. Aku

melihat sekilas, dia tersenyum

tipis saat mendengar nenekku

meninggal, ungkapnya dengan

nada getir.

Juan menyandarkan

tbuhnya, mencoba mencerna

penjelasan Aryo. Apa kau

yakin? Bagaimanapun, dia yang

merawatmu dan nenekmu

selama ini. Apa kamu yakin dia

tega melakukannya? Mungkin

kau hanya terlalu sensitif.

Aryo menganggukpelan.

Aku juga berharap ini hanya

firasat. Aku menyayangi dia

seperti ibu kndungku sendiri.

Tapi… aku tak bisa

mengabaikan apa yang

kurasakan.

Juan menghela napas

panjang. Baiklah. Aku alkan

mengirim anak buahku untuk

mengawasi gerak-geriknya,

katanya akhirnya.

Aku benar-benar butuh

bantuanmu, Juan. Terlalu

banyak masalah yang harus aku

hadapi belakangan ini, ujar

Aryo dengan suara lemah.

Juan hanya mengangguk,

memastikan Aryo tahu bahwa ia

akan selalu mendukung

sepupunya, apa pun yang

terjadi.

Aryo menatap Juan dengan

serius setelah mendengar

kesanggupannya. Terima

kasih. Aku tahu, aku bisa

mengandalkanmu, ucap Aryo

dengan nada penuh

kepercayaan.

….

Juan lalu menyeruput

minuman yang disediakan

pembantu tadi. Tapi Aryo, kau

harus berhati-hati. Jika benar

ada yang berniat buruk

terhadap keluargamu, itu

artinya kau juga bisa menjadi

target berikutnya.

Aryo terdiam sejenak.

Wajahnya tampak menegang,

tetapi ia berusaha tetap tenang.

Aku sudah memikirkan itu.

Justru karena itu aku tidak akan

diam saja. Jika ada yang berniat

mencelakai keluargaku, aku

akan memastikan mereka tidak

lolos begitu saja.

Juan memperhatikan Aryo

dengan tatapan penuh

perhatian. Bagus kalau kau

tetap waspada. Tapi jangan

terlalu ceroboh. Kita perlu bukti

kuat sebelum melangkah lebih

jauh.

Aryo mengangguk setuju.

Aku tahu, itu juga alasanku

memintamu membantu, Aku

tidak ingin menuduh

sembarangan tanpa bukti. Aku

hanya ingin tahu siapa

sebenarnya yang menjadi

dalang di balik semua ini.

Juan menyandarkan

punggungnya ke sofa dan

memutar gelas di tangannya.

Kalau begitu, kita mulai dari

David. Aku akan mencari tahu

apa yang dia lakukan saat

bertemu dengan nenekmu. Lalu

soal ibumu, aku akan pastikan

penyelidikan ini dilakukan

dengan hati-hati. Kau tidak mau

dia tahu kau sedang

mencurigainya, kan?

….

Aryo menarik napas

panjang sebelum menjawab.

Benar, aku tidak ingin dia tahu.

Seandainya dia memang tidak

bersalah, aku tidak ingin

menghancurkan hubungan

kami.

Juan tersenyum kecil.

Baiklah. Serahkan semuanya

padaku. Tapi Aryo, kau juga

perlu menjaga enmosimu. Jangan

sampai amarahmu

menguasaimu.

Aryo memejamkan matanya

sejenak, mencoba menenangkan

pikirannya. Aku tahu, Juan.

Aku hanya ingin keadilan bagi

nenekku dan keluargaku.

Pembicaraan mereka

berakhir dengan tekad yang

sama–mengungkap siapa yang

berada di balik semua tragedi ini.

Namun, di balik ketenangan

malam itu, Aryo tahu bahwa

perjalanan mereka untuk

mencari kebenaran tidak akan

mudah.

…

Di kamarnya, Kinan

terbangun dengan rasa bingung.

la mendapati kamar sepi, dan

Aryo tidak ada di sampingnya.

Akhirnya dia bangun dan

memkai dres dibawah lutut lalu

merapikan penampilannya dan

la segera turun kebawah.

Diruang tengah, Kinan

menemukan Aryo yang tengah

duduk santai di sofa. Dengan

senyum yang mengembang

diwajah cantiknya, Kinan

langsung menghampiri Aryo

dan duduk di pangkuannya. la

merengek manja, Kenapa mas

Aryo ninggalin aku sendiri di

kamar? Aku pikir mas Aryo

pergi, ujarnya sambil

menyndarkan keplanya ke

dda Aryo.

Aryo tersenyum, lembut

membelai punggung Kinan.

Kamu masih tdur tadi. Aku

nggak tega bangunkanmu,

kamu kelihatan kecapekan,’

jawabnya.

Kinan mengggit bbirnya,

tak menyadari keberadaan Juan

yang sedang duduk di dekat

mereka, mencoba menahan

tawanya. Aku capek juga ulah

mas Aryo yang ganas tadi sore,

ucap Kinan tanpa sadar,

membuat Juan hampir tertawa

terbahak-bahak.

…

Aryo menatap Juan yang

berusaha menahan tawa, lalu

berkata sambil tersenyum,

Kinan, bisa nggak kamu turun

sebentar? Kasihan sepupuku

yang jomblo, harus melihat

kemesraan kita.

Kinan langsung

menegakkan punggungnya,

merasa kaget dan menatap Aryo

dengan bingung. Sepupu mas

Aryo? Emang dia dimana?

tanyanya polos.

Aryo mengisyaratkan

dengan mata ke arah Juan.

Kinan lalu mengikuti arah

pandang Aryo, wajahnya lalu

merah merona menahan malu,

karena ternyata ada orang lain

yang berada didepannya, dan

melihat tingkah manjanya tadi.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART63)
Next Post: JANGAN OM (PART61)

Related Posts

JANGAN OM (PART6) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART71) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART54) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (PART15) Kisah Menarik
Tetangga menggoda ( part 2 ) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART49) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme