JANGAN OM (PART63)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART63
…
..
.
Setelah seminggu libur
untuk masa berkabung atas
meninggalnya nenek Lasmi,
Aryo dan Kinan akhirnya
kembali berangkat ke kampus.
Saat mobil mereka berhenti di
parkiran, Aryo menoleh ke
Kinan dengan wajah serius.
Kinan, kamu harus terus
bersama Tyas. Kalau ada
apa-apa, segera hubungi aku,
ucap Aryo tegas, menatap
istrinya dengan penuh
perhatian, saat mereka sudah
keluar dari mobil.
…
Kinan tersenyumn tipis dan
menjawab, Iya, Mas. Aku bakal
hati-hati kok.
Aryo lalu mengalihkan
pandangannya pada Tyas yang
berdiri di sisi lain mobil. Tyas,
aku titip istriku. Jaga dia
baik-baik, katanya dengan nada
tegas, hampir seperti perintah.
Baik, Tuan, jawab Tyas
tanpa ragu, suaranya lugas dan
penuh keyakinan.
Setelah itu, mereka
berpisah menuju ruangan
masing-masing. Aryo pun
berjalan cepat ke ruang
kerjanya. Setibanya di sana, dia
segera menghubungi bagian
administrasi untuk meminta
laporan keuangan kampus
selama sepuluh tahun terakhir,
tepat sejak omnya, David, mulai
bekerja di sana.
Tak butuh waktu lama, file
laporan itu dikirimkan ke
komputernya. Aryo membuka
file tersebut dengan penuh
konsentrasi. Dia memindai
dokumen-dokumen itu satu per
satu, mencari bukti
penyelewengan dana yang
selama ini dia curigai dilakukan
oleh David. Sebetulnya, Aryo
sudah lama mengetahui
kelakuan omnya tersebut, tetapi
karena hubungan keluarga, dia
memilih diam. Namun, setelah
menyadari keterlibatan David
dalam kecelakaan yang
menewaskan neneknya, Aryo
memutuskan untuk tidak lagi
tinggal diam.
….
Selama beberapa jam, Aryo
berkutat dengan komputer,
memeriksa angka-angka dan
mencocokkannya dengan
catatan lain yang dia miliki.
Hingga akhirnya, senyumnya
mengembang. Akhirnya dapat,
gumamnya, puas.
Dia segera menyimpan file
tersebut ke dalam flashdisk, lalu
mengirimkan salinannya ke
sebuah email rahasia. Selesai
dengan tugasnya, Aryo
menyandarkan tubuhnya ke
kursi, mengambil napas
panjang, bersiap untuk langkah
selanjutnya. Ini baru
permulaan, pikirnya.
Ditempat lain, di ruangan
kerjanya, David tengah
bersantai dengan secangkir kopi.
Suasana tenang itu tiba-tiba
pecah oleh suara ketukan di
pintu. Dengan nada malas, ia
berkata, Masuk.
Seorang pegawai
administrasi kampus masuk
dengan wajah tegang. Pak, ini
gawat, katanya terbata-bata.
Pak Aryo tadi meminta seluruh
catatan administrasi kampus
dari sepuluh tahun terakhir.
Sepertinya beliau sedang
menyelidiki sesuatu.
….
David, yang awalnya
tampak santai, tiba-tiba duduk
tegak di kursinya. Apa?
tanyanya terkejut, matanya
menyipit tajam. Sialan anak itu!
Apa saja yang dia minta?
Pegawai itu tampak semakin
gugup.Seluruh laporan
keuangan dan administrasi
kampus, Pak. Bahkan catatan
biaya renovasi kampus lima
tahun lalu juga diminta.
Sepertinya Pak Aryo mencurigai
Anda.
David mengusap wajahnya
dengan kasar, amarahnya jelas
terlihat. Brengsek! Aryo
benar-benar berniat
menjatuhkanku. Tapi aku tidak
akan tinggal diam, geramnya.
Aku yang akan lebih dulu
menyingkirkannya.
la melambaikan tangan,
memberi isyarat agar pegawai
itu keluar. Setelah pintu
tertutup, David meraih
ponselnya dan segera
menelepon seseorang.
…
Halo, Mbak. Ini gawat.
Aryo sudah mulai menyelidiki
aku, katanya dengan nada
mendesak. Aku tidak mau
kejahatanku terbongkar. Kita
harus segera menyingkirkan
Aryo juga.
Setelah mengatakan itu,
David memutus panggilan dan
menyandarkan tubuhnya ke
kursi. Matanya menyala penuh
kemarahan, pikirannya sudah
merencanakan langkah keji
yang akan dijalankan
berikutnya.
Di kampus, Kinan mencoba
menjalani hari-harinya seperti
biasa meski masih ada beberapa
mahasiswi yang
membicarakannya. Dengan
kehadiran Tyas dan
teman-temannya, Kinan merasa
lebih percaya diri dan memilih
mengabaikan gosip-gosip itu.
Siang itu, usai mata kuliah
selesai, Kinan berniat menuju
kantin. Namun, langkahnya
terhenti ketika Rossa
memanggilnya.
Kinan, kamu mau ke mana
? tanya Rossa dengan senyum
tipis.
Kayak biasa, aku mau ke
kantin. Kamu mau ikut? jawab
Kinan santai sambil
melanjutkan langkahnya.
….
Rossa mengangguk dan
berjalan di sampingnya,
sementara Tyas mengikuti di
belakang mereka. Setelah
beberapa langkah, Rossa
mendekatkan diri ke Kinan dan
berbisik, Kinan, kamu kenapa
mau-mau saja dekat sama
mahasiswi baru itu? Kamu
nggak takut kalau dia orang
jahat? Kamu baru kenal berapa
hari sama dia, tapi kok dia selalu
nempel terus?
Kinan tersenyum kecil
mendengar pertanyaan itu.
Tyas anaknya baik kok. Aku
udah kenal dia lama, jawab
Kinan, meski dalam hati ia tahu
itu kebohongan kecil yang ia
buat agar Rossa tidak bertanya
lebih jauh.
Rossa memandangnya
dengan alis terangkat, lalu
tersenyum tipis. Oh, begitu.
Aku kira kalian baru kenal
beberapa hari. Soalnya dia
kelihatan sedikit aneh. Terlalu
pendiam dan misterius.
Tyas, yang mendengar
pembicaraan itu, memilih diam
tanpa menanggapi. la hanya
mengikuti majikannya dengan
tenang.
Tapi aku peringatkan
kamu, Kinan, Rossa
melanjutkan dengan nada
serius. Jangan terlalu delkat
sama Runa. Aku takut dia akan
menyakiti kamu. Kamu tahu
sendiri kan, dari dulu Runa
nggak pernah dekat sama kamu.
Tapi kenapa semenjak kasus ini,
dia tiba-tiba mendekatimu? Aku
curiga dia ada niat jahat padamu
Kinan terdiam sesaat.
…
Memang benar, ia baru
beberapa hari dekat dengan
Runa, tapi ia merasa Runa
adalah teman yang baik. Ceria
dan sering menghiburnya di
tengah situasi sulit belakangan
ini.
Aku cuma nggak mau dia
memanfaatkan situasi ini dan
menyakiti kamu, lanjut Rossa.
Sebagai teman yang sudah lama
mengenalmu, aku hanya ingin
kamu hati-hati sama teman
yang baru.
Kinan tersenyum kecil dan
menepuk pundak Rossa.
Makasih ya, Ros, sudah peduli
sama aku.
Mereka akhirnya tiba di
kantin, lalu Kinan memilih
duduk didekat jendela yang
mengarah ke parkiran. Dia
memesan makan dan minum
sembari menunggu kedatangan
Fuji dan Sally. Tak berselang
lama teman-temannya itu pun
datang. Seperti biasa, mereka
mulai mengobrol, membahas
pelajaran, dan tak lupa
membicarakan gosip terbaru
tentang artis-artis yang sedang
ramai diperbincangkan.
Suasana pun kembali cair,
meskipun di benak Kinan,
ucapan Rossa tentang Runa
terus terngiang-ngiang.
….
Saat sedang asyik
mengobrol di kantin bersama
Fuji, Sally, dan teman-teman
lainnya, perhatian Kinan
tiba-tiba teralihkan ke arah
parkiran. Dari jendela kantin, ia
melihat Aryo berjalan
tergesa-gesa menuju mobilnya.
Tidak seperti biasanya, Aryo
tampak terburu-buru. Beberapa
detik kemudian, mobilnya
meninggalkan area kampus
dengan cepat.
Rasa penasaran
menyelimuti Kinan. Ia segera
meraih ponselnya dan mengetik
pesan untuk Aryo. Mas Aryo
mau ke mana? Kenapa
buru-buru? tulisnya. Namun,
hingga beberapa menit berlalu,
tidak ada balasan dari Aryo.
Kinan menduga Aryo mungkin
sedang sibuk menyetir dan
belum sempat membaca
pesannya.
.
….
Menghela napas pelan,
Kinan memutuskan untuk tidak
terlalu memikirkannya. Ia
kembali berusaha fokus pada
obrolan teman-temannya,
mencoba melupakan rasa ingin
tahunya soal Aryo.
Sementara itu, Aryo
melajukan mobilnya dengan
cepat. Siang itu, ia menerima
telepon penting dari Juan.
Dalam percakapan singkat tadi,
Juan mengatakan bahwa ia
telah menemukan bukti penting,
terkait penyelidikan yang
dilakukan kepada bu Kartika,
dan meminta Aryo datang ke
rumahnya segera.
Begitu tiba di rumah Juan,
Aryo langsung dipersilakan
masuk. Juan, yang sudah
menunggunya di ruang kerja,
menyambutnya dengan
anggukan singkat dan raut
wajah serius.
Masuk, Yo. Kita perlu
bicara, kata Juan sambil
menunjuk kursi di depan
mejanya. Aryo, yang sudah
merasakan intensitas dari
pembicaraan ini, segera duduk
tanpa basa-basi.
….
Apa yang kamu temukan,
Juan? tanya Aryo, nadanya
penuh ketegangan.
Juan mnembuka salah satu
laci di mejanya dan
menyodorkan sebuah flashdisk
kepada Aryo. Ini dia. Aku yakin
ini bisa menguatkan dugaan
kita. Tapi kamu harus lihat
sendiri untuk memastikannya.
Aryo mengambil flashdisk
itu, matanya langsung terpaku
pada Juan. Kemudian Aryo
meminta juan untuk memutar
isi flashdisk tersebut.
Aryo mengamati dengan
seksama video yang
ditunjukkan oleh Juan. Dalam
rekaman CCTV dari sebuah
restoran, terlihat jelas ibunya,
Kartika, bertemu dengan
omnya, David, beberapa hari
sebelum kecelakaan yang
menimpa nenek Lasmi.
Restoran itu, kebetulan, adalah
milik teman Juan, sehingga
rekaman CCTV tersebut mudah
didapatkan.
Jadi, ibuku dan David
sempat bertemu sebelum nenek
kecelakaan? gumam Aryo,
matanya masih terpaku pada
layar.
Juan mengangguk. Iya,
Aryo. Sepertinya ibumu dan
ommu bekerja sama untuk
mencelakakan nenekmu.
Aryo menggelengkan
kepala, menolak
mentah-mentah kemungkinan
itu. Tidak mungkin, Juan.
Untuk apa ibu ingin
menyingkirkan nenek? Selamainiini, ibulah yang merawat nenek.
Dia selalu perhatian dan peduli
pada kesehatan nenek.
Juan menghela napas berat.
Menurutku, motifnya adalah
warisan.
Aryo tertegun. Kata
warisan itu seakan menusuk
telinganya. Warisan?
Maksudmu apa? tanyanya,
bingung sekaligus terkejut.
Juan menatap Aryo serius.
Warisan nenekmu. Seluruhnya
akan jatuh ke tanganmu bukan?
Tapi, ada kemungkinan mereka
tidak akan membiarkan warisan
itu sampai ke kamu dengan cara
apa pun. Atau setidaknya,
memastikan ibumu
mendapatkan bagian yang lebih
besar.
..
Aryo menggeleng lagi,
mencoba mencerna
kemungkinan itu. Tidak masuk
akal, Juan. Semua warisan
nenek memang akan jatuh ke
tanganku. Lagipula, ibu tidak
akan mendapatkan apa-apa.
Bapakku hanya menikmatinya
sebagai kepala keluarga, tapi dia
tidak punya hak waris dari
nenek. Karena memang seluruh
kekayaan yang dimiliki keluarga
Hermawan, akan diturunkan
padaku, ucap Aryo, mencoba
meyakinkan dirinya sendiri.
Lalu, apa kamu tahu alasan
neneknu mewariskan seluruh
kekayaannya padamu, bukan ke
Bapakmu? Pasti dia punya
alasan bukan?tanya Juan.
Aryo hanya terdiam, dia
memang selama ini merasa
heran akan keputusan neneknya
itu. Namun dia hanya berfikir,
mungkin neneknya terlalu
menyayangi dirinya. Padahal,
hal yang sebenarnya terjadi,
tidak sesederhana itu.
Juan menatapnya dengan
prihatin. Aryo, itu semua
masih dugaan. Tapi jika
perkiraanku benar, setelah
nenekmu, kemungkinan besar
kamu adalah target berikutnya.
Ucapan itu membuat Aryo
terdiam. Wajahnya berubah
pucat, pikirannya kacau. Tapi,
ibu dari dulu selalu
menyayangiku. Dia
memperlakukanku seperti anak
kandungnya sendiri. Aku tidak
yakin dia tega
menyingkirkanku, katanya
dengan suara pelan, lebih
kepada dirinya sendiri.
Juan talk langsung
menjawab. Dia mengambil
laptopnya dan memutar video
lain. Dalam rekaman itu,
terlihat jelas Kartika masuk ke
sebuah vila bersama Pak Heri,
mertua Aryo.
…
Aryo melotot, matanya
nyaris tak berkedip. Apa lagi
ini, Juan?! serunya tak percaya.
Juan menatapnya tajam.
Anak buahku menemukan
informasi bahwa vila ini dibeli
oleh Pak Heri sepuluh tahun
lalu.Bu Kartika dan Pak Heri
sering terlihat datang bersama
ke tempat ini. Dari yang aku
lihat, hubungan mereka sudah
lama terjadi, bahkan sebelum
kamu menikah dengan Siska.
Aryo terduduk lemas,
pikirannya bercampur aduk
antara amarah, pengkhianatan,
dan ketidakpercayaan. Tidak
mungkin… Ini tidak
mungkin,’
bisiknya, suaranya hampir
Hilang
Juan meletakkan tangannya
di pundak Aryo. Aryo, aku tahu
ini sulit diterima. Tapi semakin
dalam kita menyelidiki,
semakin banyak hal yang
mencurigakan. Kamu harus
tetap waspada. Kalau mereka
benar-benar berniat buruk,
kamu tidak boleh lengah.
Masuk
Aryo hanya diam. Dunia
yang ia kenal seakan runtuh di
hadapannya. Setelah
menenangkan pikirannya, Aryo
menatap Juan dengan tegas
Simpan semua bukti ini, Juan.
Ini belum cukup untuk
mengungkap kejahatan mereka,
ucapnya sambil
mengembalikan flashdisk dan
laptop kepada Juan.
Juan mengerutkan dahi.
Lalu, apa rencanamu sekarang,
Aryo? tanyanya, penasaran
sekaligus khawatir.
…
Aryo menarik napas dalam,
matanya memancarkan tekad
yang kuat. Kalau target mereka
selanjutnya adalah aku, maka
biarkan rencana mereka
berhasil. Aku ingin tahu, apa
langkah mereka selanjutnya.
Juan langsung menatapnya
dengan serius, hampir tak
percaya dengan apa yang baru
saja ia dengar. Tapi, Aryo, itu
akan sangat berbahaya!
Bagaimana kalau nyawamnu
menjadi taruhannya? Juan
bertanya dengan nada tajam,
mencoba memperingatkan.
Aryo tersenyum tipis, tetapi
sorot matanya tetap penuh
keyakinan. Kalau itu terjadi,
maka kamu yang harus
melanjutkan. Ungkap semua
kejahatan mereka dan pastikan
mereka semua masuk ke penjara
. Suaranya penuh ketegasan.
Juan menatap Aryo dengan
cemas. Jangan gila Aryo, apa
kamu nggak mikirin bagaimana
nasib Kinan dan anakmu kelak?
Lindungi mereka, jawab
Aryo tanpa ragu. Apapun yang
terjadi, pastikan mereka tidak
terlibat dan tetap aman. Setelah
aku pergi, maka otomatis
seluruh hartaku akan jatuh ke
anak yang dikandung Kinan.
….
Juan hanya bisa terdiam. Ia
tahu sepupunya ini keras kepala
dan sering bertindak di luar
nalar. Tetapi, di sisi lain, ia juga
mengenal Aryo sebagai
seseorang yang tidak pernah
bertindak tanpa rencana. Juan
mengangguk perlahan,
meskipun hatinya masih berat
menerima keputusan itu.
Baiklah, Aryo, katanya
akhirnya. Tapi ingat, kalau
rencanamu ini mulai tidak
terkendali, aku tidak akan diam
saja.
Aryo tersenyum kecil, lalu
berdiri dari kursinya. Itu
sebabnya aku mempercayakan
semuanya padamu, Juan.
Pastikan mereka mendapatkan
balasannya.
Juan menatap Aryo yang
berjalan pergi, merasa bimbang
antara salut pada keberanian
Aryo dan kecemasan akan
konsekuensi yang mungkin
harus ia hadapi.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts