Tetangga idaman (PART52)
Isi Postingan:
Tetangga idaman PART52
…Ceritadewasa…
.
.
.
Cerikan saya, pernikahan ini sudah tidak sehat lagi. Hiks… hiks.
Tidak, sampai kapan pun saya tidak akan mencerikanmu. Saya sangat mencintaimu, Yang. Tak bisa membayangkan hidup tanpamu.
Sinar matahari mulai merambat lewat celah-celah tirai, perlahan aku turun dari brankas setelah susah payah mencopot selang infus yang terpasang pada lenganku dengan
pksa. Mas Nata masih tertdur di kursi dengan tbuh condong ke brankar. Kedua lengannya ia
tangkupkan di atas brankar untuk menyangga kepalanya sendiri.
.
.
.
Pria yang biasanya terlihat segar dan mempesona itu, kini tampak kusam dan sembab. Semalam, kami sama-sama tertdur setelah kelelahan menangis. Bahkan dia belum sempat mengganti kemeja yang dipakainya
semalam, masih kemeja terbuka yang
kehilangan kancingnya. Melihatnya seperti ini, sebenarnya aku tidak tega. Apalagi cinta untuknya masih tertanam dalam hatiku. Namun,
aku tidak bisa lagi hidup bersama seorang pria yang sudah mengizinkan tbuhnya dijmah oleh orang lain.
.
.
Lebih parahnya lagi, yang menyentuh
tbuh itu adalah makhluk yang memiliki jenis alat pembuangan urine yang sama.
Sebisa mungkin aku meminimalis suara agar tak membangunkan Mas Nata, saat memunguti
barang-barangku. Mengganti pakaian rumah sakit dengan pakaianku sendiri.
Bersiap-siap meninggalkan tempat ini.
Aku memegang handle pintu dan hendak membukanya. Namun, tiba-tiba tanganku ditahan oleh tangan yang lain. Aku menoleh, ah sial … sejak kapan Mas Nata bangun? Batinku.
.
.
.
Mau ke mana, Yang?
Mau pulang, jawabku datar tanpa memandang wajahnya.
Kok nggak mbangunin saya?
Memangnya, Sayang udah baikan?
Udah kuat?
Hmm. Entah mengapa aku merasa Mas Nata menjadi orang asing bagiku. Jadi enggan untuk
menanggapinya. Namun, kalaupun. aku menolak untuk pulang bersamanya, percuma. Dia akan bersikeras untuk pulang
bersama-sama.
Bentar ya, Sayang. Tunggu saya siap-siap. Kita bayar administrasi dulu, trus baru pulang. Mas Nata berucap lembut seperti biasanya, seolah lupa jika sebelumnya kita berdebat hingga
berderai-derai.
.
.
.
Di sepanjang perjalanan, aku lebih memilih diam. Tenagaku sudah. terkuras habis untuk menangis kemarin.
Gawai Mas Nata yang dia taruh di dashboard berkedip-kedip dan mulai mengeluarkan suara. Pemilik handphone tersebut melongok,
melihat layarnya sekilas, kemudian kembali fokus pada jalanan. Kembali, handphone tersebut berbunyi beberapa kali, tapi empunya
membiarkannya begitu saja. Kira-kira siapa yang menghubungi Mas Nata
pagi-pagi begini?
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
LANJUT GA SYG
Related: Explore more posts