Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART,40)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART,40)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART,40

…

..

.

Mendengar ucapan Aryo,

Bu Kartika seketika marah.

Dengan nada tinggi, ia berkata,

Kamu gila, Aryo! Kamu mau

bikin nenekmu kena serangan

jantung dan masuk rumah sakit

lagi?

Aryo menatap ibunya

dengan tenang, meskipun

wajahnya tegang. Aku tahu apa

yang aku lakukan, Bu. Aku tidak

mungkin berniat mencelakakan

nenek, balasnya..

Namun, Bu Kartika tak bisa

menahan emosinya. Tidak! Ibu

tidak setuju! Ibu tidak mau

kalau sampai nenekmu sakit lagi

gara-gara mendengar kalau cucu

kesayangannya menikah

dengan… seorang pelacur!

serunya dengan penuh amarah.

Aryo mengusap wajahnya

dengan kasar, mencoba

menahan perasaannya. Aku

yang akan tanggung jawab atas

semua tindakanku. Aku akan

pastikan nenek tidak akan sakit

lagi, katanya tegas.

Namun, sikap keras kepala

Aryo semakin memancing

kemarahan Bu Kartika. Dengan

nada penuh kekecewaan, ia

berkata, Terserah kamu mau

melakukan apa, Aryo! Ibu tidak

peduli lagi. Tapi ingat, kalau

sampai terjadi sesuatu pada

nenekmu, kamu yang akan

disalahkan!

…

Setelah berkata demikian,

Bu Kartika melangkah pergi

meninggalkan villa itu, rasa

marahnya masih terlihat jelas.

Aryo tampak

menyandarkan kepalanya di

sofa. Dengan tangan kanan, ia

memijat keningnya pelan,

seolah tengah memikirkan

sesuatu yang berat. Di

sebelahnya, Kinan duduk

dengan raut wajah penuh

keraguan.

Mas, apa kamu serius mau

mengenalkanku pada nenekmu

? tanya Kinan lirih, suaranya

mengandung kekhawatiran.

Aryo menoleh, menatap

Kinan dengan sorot mata tegas.

Iya, Kinan. Aku akan

mengenalkanmu pada nenekku.

Jadi, siapkan mentalmu, jawab

Aryo mantap.

Kinan tampak ragu,

bibirnya sedikit gemetar saat ia

berkata, Tapi, Mas…

bagaimana kalau yang

dikatakan ibumu tadi benar?

Bagaimana kalau nenekmu

malah kaget dan marah, saat

tahu kamu menikahiku?

Bagaimana kalau nenekmu

sampai sakit lagi dan masuk

rumah sakit? Aku takut… Aku

takut kalau nantinya kamu yang

akan disalahkan oleh

keluargamu.

Aryo mengulurkan

tangannya, menggenggam erat

telapak tangan Kinan.

Tatapannya lembut namun

penuh keyakinan. Jangan

pikirkan itu, Kinan. Itu

urusanku. Yang terpenting,

kamu jaga kesehatanmu dan

siapkan mental untuk bertemu

dengan keluargaku, ujar Aryo

dengan nada menenangkan.

….

Kinan hanya bisa

mengangguk pelan. Meski

hatinya masih diliputi rasa

cemas, ia memilih untuk

percaya pada Aryo. Dalam diam,

ia berharap Aryo benar-benar

bisa menangani semua ini

dengan baik.

Malamnya, Kinan gelisah

dan tidak bisa memejamkan

matanya. Berulang kali ia

membolak-balik tubuhnya di

tempat tidur, pikirannya penuh

dengan kekhawatiran. la

membayangkan bagaimana

pertemuannya dengan keluarga

Aryo esok hari. Bagaimana jika

mereka tidak menyukainya?

Bagaimana jika mereka

menentang pernikahannya

dengan Aryo? Dan bagaimana

nasib anaknya nanti jika

keluarga Aryo menolak untuk

menerima mereka? Semua

ketakutan itu berputar tanpa

henti di benaknya.

Di sisi lain, Aryo yang sudah

lebih dahulu terlelap mulai

terganggu. Merasakan Kinan

yang terus bergerak gelisah, ia

membuka matanya perlahan

dan menoleh. Kenapa belum

tidur, Kinan? tanya Aryo

dengan suara serak karena baru

terbangun.

Kinan menghela napas

pelan. Aku belum bisa tidur,

Mas, jawabnya jujur.

Aryo kemudian merapatkan

pelukannya pada tubuh Kinan,

mencoba memberikan rasa

nyaman. Kamu memikirkan

pertemuan besok dengan

keluargaku? tanyanya lembut,

menebak isi pikiran Kinan.

Kinan mengangguk pelan.

Iya, Mas. Aku takut…

Bagaimana kalau mereka tidak

menerimaku? Bagaimana kalau

mereka juga menolak anak yang

ada dalam kandunganku?

ucapnya lirih, suaranya bergetar

menahan kekhawatiran.

Aryo menarik napas dalam,

lalu menatap Kinan dengan

penuh keyakinan. Jangan

dipikirkan, Kinan. Aku yakin

mereka akan menerimamu.

Tapi, seandainya keluargaku

menolak kehadiranmu, aku

tidak peduli. Aku akan tetap

mempertahankanmu dan anak

kita. Aku tidak akan pernah

melepaskan kalian, apa pun

yang terjadi, kata Aryo tegas,

membuat Kinan merasa sedikit

tenang.

….

Aryo kemudian mengsap

lembut kepla Kinan. Sekarang

tdurlabh. Ini sudah malam, aku

tidak mau kamu sakit hanya

karena memikirkan hal yang

tidak penting, tambahnya

dengan nada penuh kasih.

Kinan mengangguk kecil,

lalu memeluk Aryo lebih erat,

mencari kenyamanan di

ddanya. Ia mencoba

menenangkan pikirannya dan

perlahan memejamkan mata,

berusaha untuk tidur di pelukan

Aryo yang hangat dan

menenangkan.

Sesuai dengan rencananya,

hari ini Aryo membawa Kinan

ke rumah keluarganya untuk

mengenalkannya, terutama

pada neneknya, Nenek Lasmi.

Sesampainya di sana, Aryo

meminta Kinan untuk

menunggu di dalam mobil

terlebih dahulu. Ia ingin

menemui neneknya lebih dulu

untuk memberitahu tentang

kedatangan Kinan, agar

neneknya tidak terlalu terkejut.

Kinan mengangguk setuju

dan tetap berada di dalam mobil

bersama Pak Danang, sopir Aryo.

Sementara itu, Aryo

melangkahkan kakinya dengan

mantap menuju pintu utama

rumah keluarganya.

…

Ketika pintu dibuka oleh

seorang pembantu, Aryo

langsung bertanya, Di mana

nenek?

Pembantu itu menjawab

dengan sopan, Nyonya Lasmi

ada di taman belakang, Tuan.

Aryo mengangguk singkat

sebagai tanda terima kasih, lalu

senangnya.

Aryo tersenyum, lalu duduk

di sebelah neneknya. Ia meraih

tangan neneknya, menciumnya

penuh hormat, kemudian

mencium pipinya. Maafkan

Aryo, Nek. Kerjaanku banyak

sekali. Aku sangat sibuk sampai

belum sempat menjenguk

nenek, ucap Aryo. Bagaimana

kondisi nenek sekarang? Sudah

sehat? tanyanya dengan

perhatian.

Nenek Lasmi tersenyum

lembut dan menepuk tangan

Aryo. Tidak usah khawatir,

Aryo. Nenek baik-baik saja,

jawabnya. Kemudian ia

memiringkan kepala, menatap

Aryo penuh rasa ingin tahu.

Tapi ada apa? Tumben pagi-pagi

begini kamu ke sini, tanyanya.

Aryo terdiam sejenak,

mengatur napas sebelum

berbicara. Nek, ada hal yang

ingin aku sampaikan. Tapi Aryo

mohon, nenek jangan kaget, ya,

ucapnya hati-hati.

Nenek Lasmi mengangkat

alis, sedikit terkejut namun

penasaran. Apa yang ingin

kamu sampaikan, Aryo?

tanyanya, matanya menatap

cucunya dengan penuh

perhatian.

Nek, Aryo menarik napas

panjang. Aryo ingin

mengenalkan seseorang pada

nenek, katanya pelan.

Seseorang? Siapa? tanya

Nenek Lasmi, rasa

penasarannya makin besar.

Namun sebelum menjawab,

Aryo mengajukan pertanyaan

lain. Tapi sebelumnya, Aryo

ingin bertanya pada nenelk. Apa

nenek benar-benar

menginginkan seorang cicit dari

Aryo? tanyanya hati-hati.

Mendengar itu, wajah

Nenek Lasmi langsung cerah.

Tentu saja, Aryo! Dari dulu

nenek selalu ingin seorang cicit

yang cantik atau tampan, yang

mirip kamu, jawabnya penuh

antusias. Nenek ingin sekali

melihat kamu punya anak-anak

yang lucu.

Aryo tersenyum tipis

mendengar jawaban itu, namun

erat. Terima kasih, Aryo. Kamu

berkorban sejauh ini hanya

demi memenuhi keinginan

nenek. Kamu memang cucu

yang paling menyayangi nenek,

ucapnya penuh haru.

….

Aryo melepaskan plukan

neneknya perlahan, menatap

wajahnya dengan rasa tidak

percaya. Nenek tidak mnarah

sama Aryo? tanyanya, masih

ragu.

Nenek Lasmi menggeleng

pelan sambil tersenyum lembut

. Tidak….Kamu sudah

berusaha membahagiakan

nenek. Kenapa nenek harus

marah? jawabnya tulus. Ia lalu

menatap Aryo dengan antusias.

Sekarang, di mana wanita itu?

Nenek ingin bertemu

dengannya.

Aryo tersenyum lega. Ia

berdiri, mencium tangan

neneknya, lalu berkata,

Tunggu sebentar, Nek. Aryo

akan menjemputnya.

Aryo pun berjalan keluar

rumah, menuju mobil tempat

Kinan menunggu, dengan

perasaan lega. Ia tahu, semua

akan baik-baik saja.

 

Sesampainya di mobil, Aryo

segera membuka pintu dan

memanggil Kinan. Kinan, ayo

ikut aku masuk, ucap Aryo

sambil mengulurkan tangannya.

Kinan ragu sejenak, namun

akhirnya menerima uluran

tangan Aryo. Setelah keluar dari

mobil, ia merasakan genggaman

hangat Aryo yang

menuntunnya. Aku takut, Mas.

Apakah nenekmu marah?

tanyanya lirih, suaranya

terdengar gemetar.

Aryo tersenyum kecil,

mencoba menenangkan Kinan.

Tidak, Kinan. Nenek tidak

marah, jawabnya meyakinkan.

Syukurlah, ucap Kinan

lega, meski wajahnya masih

terlihat tegang. Hatinya tetap

berdebar-debar,

membayangkan momen

pertemuan dengan Nenek

Lasmi.

Aryo menggenggam

tangannya lebih erat,

memberikan rasa aman.

Tenang saja, tidak usah takut,

ada aku di sini, katanya lembut,

sebelum melangkah bersama

Kinan menuju taman belakang,

tempat Nenek Lasmi menunggu.

 

…

Sesampainya di taman

belakang, Aryo menggandeng

tangan Kinan mendekati Nenek

Lasmi yang masih duduk di

kursinya. Dengan suara mantap,

Aryo memperkenalkan Kinan.

Nek, perkenalkan, ini Kinan.

Dia istri muda Aryo, ucap Aryo

dengan sopan.

Kinan tersenyum hangat

dan melangkah mendekat. la

menundukkan tubuhnya,

mengulurkan tangan untuk

salim kepada Nenek Lasmi.

Saya Kinan, Nek. Salam kenal,

ucapnya lembut dan penuh

hormat.

Nenek Lasmi tersenyum

ramah, membalas salim Kinan

dengan tulus. Aku Nenek

Lasmi, neneknya Aryo.

Duduklah di sini, Nduk, ujar

Nenek Lasmi sambil menepuk

kursi di sebelahnya.

Dengan sedikit ragu, Kinan

duduk di kursi yang

ditunjukkan. la melirik Aryo,

yang hanya memberikan

anggukan kecil untuk

menenangkan istrinya.

Darimana asalmu, Nduk?

tanya Nenek Lasmi sambil

memandangi Kinan dengan

mata penuh perhatian.

Saya dari kampung, Nek,

agak lumayan jauh dari sini,

jawab Kinan dengan suara pelan

namun jelas.

Mendengar jawaban itu,

Nenek Lasmi tersenyum tipis,

lalu bertanya lagi, Apa benar

kamu sudah hamil?

Kinan mengangguk pelan.

Iya, Nek. Alhamdulillah, sudah 8

minggu, jawab Kinan,

meskipun ada nada gugup dalam

suaranya.

Nenek Lasmi terdiam

sejenak, lalu tiba-tiba

senyumnya melebar. Ia

langsung meraih Kinan ke

dalam pelkannya.

…

Alhamdulillah! Akhirnya

keinginan nenek untuk

mempunyai seorang cicit dari

Aryo akan terwujud! serunya

bahagia. Terima kasih, ya,

Nduk, kamu mau menjadi

istrinya Aryo, tambahnya

penuh rasa syukur.

Kinan yang semula

khawatir langsung terkejut

dengan sambutan hangat itu.

…..

Ia

sempat berpikir bahwa Nenek

Lasmi akan marah padanya,

mungkin mencapnya sebagai

orang ketiga seperti yang

dilakukan oleh Ibu Aryo.

Namun ternyata, Nenek Lasmi

berbeda. Ia dengan senang hati

menerima kehadiran Kinan.

Pelkan hangat itu

membuat hati Kinan lebih

tenang. la merasa diterima, dan

kini ia tahu bahwa setidaknya

ada satu orang dalam keluarga

Aryo yang mendukungnya.

Enak aja asal ngomel

seenak jidat. Om, liat tuh,

gara-gara dahan rambutan

sialan yang rapuh itu, aku yang

barusan maling rambutan baru

dapet setengah kantong kresek

jadi nyebur ke kolam ikan. Apa

salahnya dahannya santai dulu,

ngomong baik-baik jangan asal

patah aja. Mana ikannya

misuh-misuh lagi sama aku,

katanya ganggu mereka yang

lagi party. Ganti gak rambutan

yang ngambang kaya hubungan

! pekik Vira tidak mau kalah.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART41)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART15)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART6) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART75) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART25) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART7) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART2) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART35) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme