JANGAN OM (PART,40)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART,40
…
..
.
Mendengar ucapan Aryo,
Bu Kartika seketika marah.
Dengan nada tinggi, ia berkata,
Kamu gila, Aryo! Kamu mau
bikin nenekmu kena serangan
jantung dan masuk rumah sakit
lagi?
Aryo menatap ibunya
dengan tenang, meskipun
wajahnya tegang. Aku tahu apa
yang aku lakukan, Bu. Aku tidak
mungkin berniat mencelakakan
nenek, balasnya..
Namun, Bu Kartika tak bisa
menahan emosinya. Tidak! Ibu
tidak setuju! Ibu tidak mau
kalau sampai nenekmu sakit lagi
gara-gara mendengar kalau cucu
kesayangannya menikah
dengan… seorang pelacur!
serunya dengan penuh amarah.
Aryo mengusap wajahnya
dengan kasar, mencoba
menahan perasaannya. Aku
yang akan tanggung jawab atas
semua tindakanku. Aku akan
pastikan nenek tidak akan sakit
lagi, katanya tegas.
Namun, sikap keras kepala
Aryo semakin memancing
kemarahan Bu Kartika. Dengan
nada penuh kekecewaan, ia
berkata, Terserah kamu mau
melakukan apa, Aryo! Ibu tidak
peduli lagi. Tapi ingat, kalau
sampai terjadi sesuatu pada
nenekmu, kamu yang akan
disalahkan!
…
Setelah berkata demikian,
Bu Kartika melangkah pergi
meninggalkan villa itu, rasa
marahnya masih terlihat jelas.
Aryo tampak
menyandarkan kepalanya di
sofa. Dengan tangan kanan, ia
memijat keningnya pelan,
seolah tengah memikirkan
sesuatu yang berat. Di
sebelahnya, Kinan duduk
dengan raut wajah penuh
keraguan.
Mas, apa kamu serius mau
mengenalkanku pada nenekmu
? tanya Kinan lirih, suaranya
mengandung kekhawatiran.
Aryo menoleh, menatap
Kinan dengan sorot mata tegas.
Iya, Kinan. Aku akan
mengenalkanmu pada nenekku.
Jadi, siapkan mentalmu, jawab
Aryo mantap.
Kinan tampak ragu,
bibirnya sedikit gemetar saat ia
berkata, Tapi, Mas…
bagaimana kalau yang
dikatakan ibumu tadi benar?
Bagaimana kalau nenekmu
malah kaget dan marah, saat
tahu kamu menikahiku?
Bagaimana kalau nenekmu
sampai sakit lagi dan masuk
rumah sakit? Aku takut… Aku
takut kalau nantinya kamu yang
akan disalahkan oleh
keluargamu.
Aryo mengulurkan
tangannya, menggenggam erat
telapak tangan Kinan.
Tatapannya lembut namun
penuh keyakinan. Jangan
pikirkan itu, Kinan. Itu
urusanku. Yang terpenting,
kamu jaga kesehatanmu dan
siapkan mental untuk bertemu
dengan keluargaku, ujar Aryo
dengan nada menenangkan.
….
Kinan hanya bisa
mengangguk pelan. Meski
hatinya masih diliputi rasa
cemas, ia memilih untuk
percaya pada Aryo. Dalam diam,
ia berharap Aryo benar-benar
bisa menangani semua ini
dengan baik.
Malamnya, Kinan gelisah
dan tidak bisa memejamkan
matanya. Berulang kali ia
membolak-balik tubuhnya di
tempat tidur, pikirannya penuh
dengan kekhawatiran. la
membayangkan bagaimana
pertemuannya dengan keluarga
Aryo esok hari. Bagaimana jika
mereka tidak menyukainya?
Bagaimana jika mereka
menentang pernikahannya
dengan Aryo? Dan bagaimana
nasib anaknya nanti jika
keluarga Aryo menolak untuk
menerima mereka? Semua
ketakutan itu berputar tanpa
henti di benaknya.
Di sisi lain, Aryo yang sudah
lebih dahulu terlelap mulai
terganggu. Merasakan Kinan
yang terus bergerak gelisah, ia
membuka matanya perlahan
dan menoleh. Kenapa belum
tidur, Kinan? tanya Aryo
dengan suara serak karena baru
terbangun.
Kinan menghela napas
pelan. Aku belum bisa tidur,
Mas, jawabnya jujur.
Aryo kemudian merapatkan
pelukannya pada tubuh Kinan,
mencoba memberikan rasa
nyaman. Kamu memikirkan
pertemuan besok dengan
keluargaku? tanyanya lembut,
menebak isi pikiran Kinan.
Kinan mengangguk pelan.
Iya, Mas. Aku takut…
Bagaimana kalau mereka tidak
menerimaku? Bagaimana kalau
mereka juga menolak anak yang
ada dalam kandunganku?
ucapnya lirih, suaranya bergetar
menahan kekhawatiran.
Aryo menarik napas dalam,
lalu menatap Kinan dengan
penuh keyakinan. Jangan
dipikirkan, Kinan. Aku yakin
mereka akan menerimamu.
Tapi, seandainya keluargaku
menolak kehadiranmu, aku
tidak peduli. Aku akan tetap
mempertahankanmu dan anak
kita. Aku tidak akan pernah
melepaskan kalian, apa pun
yang terjadi, kata Aryo tegas,
membuat Kinan merasa sedikit
tenang.
….
Aryo kemudian mengsap
lembut kepla Kinan. Sekarang
tdurlabh. Ini sudah malam, aku
tidak mau kamu sakit hanya
karena memikirkan hal yang
tidak penting, tambahnya
dengan nada penuh kasih.
Kinan mengangguk kecil,
lalu memeluk Aryo lebih erat,
mencari kenyamanan di
ddanya. Ia mencoba
menenangkan pikirannya dan
perlahan memejamkan mata,
berusaha untuk tidur di pelukan
Aryo yang hangat dan
menenangkan.
Sesuai dengan rencananya,
hari ini Aryo membawa Kinan
ke rumah keluarganya untuk
mengenalkannya, terutama
pada neneknya, Nenek Lasmi.
Sesampainya di sana, Aryo
meminta Kinan untuk
menunggu di dalam mobil
terlebih dahulu. Ia ingin
menemui neneknya lebih dulu
untuk memberitahu tentang
kedatangan Kinan, agar
neneknya tidak terlalu terkejut.
Kinan mengangguk setuju
dan tetap berada di dalam mobil
bersama Pak Danang, sopir Aryo.
Sementara itu, Aryo
melangkahkan kakinya dengan
mantap menuju pintu utama
rumah keluarganya.
…
Ketika pintu dibuka oleh
seorang pembantu, Aryo
langsung bertanya, Di mana
nenek?
Pembantu itu menjawab
dengan sopan, Nyonya Lasmi
ada di taman belakang, Tuan.
Aryo mengangguk singkat
sebagai tanda terima kasih, lalu
senangnya.
Aryo tersenyum, lalu duduk
di sebelah neneknya. Ia meraih
tangan neneknya, menciumnya
penuh hormat, kemudian
mencium pipinya. Maafkan
Aryo, Nek. Kerjaanku banyak
sekali. Aku sangat sibuk sampai
belum sempat menjenguk
nenek, ucap Aryo. Bagaimana
kondisi nenek sekarang? Sudah
sehat? tanyanya dengan
perhatian.
Nenek Lasmi tersenyum
lembut dan menepuk tangan
Aryo. Tidak usah khawatir,
Aryo. Nenek baik-baik saja,
jawabnya. Kemudian ia
memiringkan kepala, menatap
Aryo penuh rasa ingin tahu.
Tapi ada apa? Tumben pagi-pagi
begini kamu ke sini, tanyanya.
Aryo terdiam sejenak,
mengatur napas sebelum
berbicara. Nek, ada hal yang
ingin aku sampaikan. Tapi Aryo
mohon, nenek jangan kaget, ya,
ucapnya hati-hati.
Nenek Lasmi mengangkat
alis, sedikit terkejut namun
penasaran. Apa yang ingin
kamu sampaikan, Aryo?
tanyanya, matanya menatap
cucunya dengan penuh
perhatian.
Nek, Aryo menarik napas
panjang. Aryo ingin
mengenalkan seseorang pada
nenek, katanya pelan.
Seseorang? Siapa? tanya
Nenek Lasmi, rasa
penasarannya makin besar.
Namun sebelum menjawab,
Aryo mengajukan pertanyaan
lain. Tapi sebelumnya, Aryo
ingin bertanya pada nenelk. Apa
nenek benar-benar
menginginkan seorang cicit dari
Aryo? tanyanya hati-hati.
Mendengar itu, wajah
Nenek Lasmi langsung cerah.
Tentu saja, Aryo! Dari dulu
nenek selalu ingin seorang cicit
yang cantik atau tampan, yang
mirip kamu, jawabnya penuh
antusias. Nenek ingin sekali
melihat kamu punya anak-anak
yang lucu.
Aryo tersenyum tipis
mendengar jawaban itu, namun
erat. Terima kasih, Aryo. Kamu
berkorban sejauh ini hanya
demi memenuhi keinginan
nenek. Kamu memang cucu
yang paling menyayangi nenek,
ucapnya penuh haru.
….
Aryo melepaskan plukan
neneknya perlahan, menatap
wajahnya dengan rasa tidak
percaya. Nenek tidak mnarah
sama Aryo? tanyanya, masih
ragu.
Nenek Lasmi menggeleng
pelan sambil tersenyum lembut
. Tidak….Kamu sudah
berusaha membahagiakan
nenek. Kenapa nenek harus
marah? jawabnya tulus. Ia lalu
menatap Aryo dengan antusias.
Sekarang, di mana wanita itu?
Nenek ingin bertemu
dengannya.
Aryo tersenyum lega. Ia
berdiri, mencium tangan
neneknya, lalu berkata,
Tunggu sebentar, Nek. Aryo
akan menjemputnya.
Aryo pun berjalan keluar
rumah, menuju mobil tempat
Kinan menunggu, dengan
perasaan lega. Ia tahu, semua
akan baik-baik saja.
Sesampainya di mobil, Aryo
segera membuka pintu dan
memanggil Kinan. Kinan, ayo
ikut aku masuk, ucap Aryo
sambil mengulurkan tangannya.
Kinan ragu sejenak, namun
akhirnya menerima uluran
tangan Aryo. Setelah keluar dari
mobil, ia merasakan genggaman
hangat Aryo yang
menuntunnya. Aku takut, Mas.
Apakah nenekmu marah?
tanyanya lirih, suaranya
terdengar gemetar.
Aryo tersenyum kecil,
mencoba menenangkan Kinan.
Tidak, Kinan. Nenek tidak
marah, jawabnya meyakinkan.
Syukurlah, ucap Kinan
lega, meski wajahnya masih
terlihat tegang. Hatinya tetap
berdebar-debar,
membayangkan momen
pertemuan dengan Nenek
Lasmi.
Aryo menggenggam
tangannya lebih erat,
memberikan rasa aman.
Tenang saja, tidak usah takut,
ada aku di sini, katanya lembut,
sebelum melangkah bersama
Kinan menuju taman belakang,
tempat Nenek Lasmi menunggu.
…
Sesampainya di taman
belakang, Aryo menggandeng
tangan Kinan mendekati Nenek
Lasmi yang masih duduk di
kursinya. Dengan suara mantap,
Aryo memperkenalkan Kinan.
Nek, perkenalkan, ini Kinan.
Dia istri muda Aryo, ucap Aryo
dengan sopan.
Kinan tersenyum hangat
dan melangkah mendekat. la
menundukkan tubuhnya,
mengulurkan tangan untuk
salim kepada Nenek Lasmi.
Saya Kinan, Nek. Salam kenal,
ucapnya lembut dan penuh
hormat.
Nenek Lasmi tersenyum
ramah, membalas salim Kinan
dengan tulus. Aku Nenek
Lasmi, neneknya Aryo.
Duduklah di sini, Nduk, ujar
Nenek Lasmi sambil menepuk
kursi di sebelahnya.
Dengan sedikit ragu, Kinan
duduk di kursi yang
ditunjukkan. la melirik Aryo,
yang hanya memberikan
anggukan kecil untuk
menenangkan istrinya.
Darimana asalmu, Nduk?
tanya Nenek Lasmi sambil
memandangi Kinan dengan
mata penuh perhatian.
Saya dari kampung, Nek,
agak lumayan jauh dari sini,
jawab Kinan dengan suara pelan
namun jelas.
Mendengar jawaban itu,
Nenek Lasmi tersenyum tipis,
lalu bertanya lagi, Apa benar
kamu sudah hamil?
Kinan mengangguk pelan.
Iya, Nek. Alhamdulillah, sudah 8
minggu, jawab Kinan,
meskipun ada nada gugup dalam
suaranya.
Nenek Lasmi terdiam
sejenak, lalu tiba-tiba
senyumnya melebar. Ia
langsung meraih Kinan ke
dalam pelkannya.
…
Alhamdulillah! Akhirnya
keinginan nenek untuk
mempunyai seorang cicit dari
Aryo akan terwujud! serunya
bahagia. Terima kasih, ya,
Nduk, kamu mau menjadi
istrinya Aryo, tambahnya
penuh rasa syukur.
Kinan yang semula
khawatir langsung terkejut
dengan sambutan hangat itu.
…..
Ia
sempat berpikir bahwa Nenek
Lasmi akan marah padanya,
mungkin mencapnya sebagai
orang ketiga seperti yang
dilakukan oleh Ibu Aryo.
Namun ternyata, Nenek Lasmi
berbeda. Ia dengan senang hati
menerima kehadiran Kinan.
Pelkan hangat itu
membuat hati Kinan lebih
tenang. la merasa diterima, dan
kini ia tahu bahwa setidaknya
ada satu orang dalam keluarga
Aryo yang mendukungnya.
Enak aja asal ngomel
seenak jidat. Om, liat tuh,
gara-gara dahan rambutan
sialan yang rapuh itu, aku yang
barusan maling rambutan baru
dapet setengah kantong kresek
jadi nyebur ke kolam ikan. Apa
salahnya dahannya santai dulu,
ngomong baik-baik jangan asal
patah aja. Mana ikannya
misuh-misuh lagi sama aku,
katanya ganggu mereka yang
lagi party. Ganti gak rambutan
yang ngambang kaya hubungan
! pekik Vira tidak mau kalah.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts