JANGAN OM (PART72)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART72
…
..
.
Aryo tidak terlalu ambil
pusing tentang siapa yang
mengirimkan makanan
padanya. Dalam pikirannya, itu
mungkin berasal dari salah satu
siswa yang diam-diam
menyukainya. Meski begitu, dia
memutuskan untuk mulai
membuang makanan itu.
Walaupun sejauh ini tidak ada
tanda-tanda mencurigakan,
Aryo tetap harus waspada.
Sore itu, telepon dari Kinan
tiba-tiba menginterupsi
kesibukannya. Saat itu Aryo
sedang berada di kantor,
memimpin rapat dengan para
manager. Di antara peserta
rapat, ada Pak Banmbang yang
kini sudah kembali bekerja
setelah beberapa waktu lalu cuti
karena sakit.
…
Saya rasa pertemuan kali
ini cukup sampai di sini. Jika
ada usulan tambahan, silakan
disampaikan pada rapat
berikutnya, ucap Aryo sambil
menutup rapat. Peserta rapat
segera membubarkan diri,
kecuali Pak Bambang yang
masih tetap duduk di kursinya.
Ada apa, Aryo? Kenapa
rapatnya tiba-tiba ditutup?
tanya Pak Bambang, penasaran.
Kinan menelepon, Pak.
Katanya dia sakit. Nafasnya
agak sesak, jadi saya mau
membawanya ke dokter, jawab
Aryo dengan nada serius.
Oh, begitu. Baiklah,
sebaiknya segera periksakan
Kinan. Jangan sampai ada
apa-apa, sahut Pak Bambang
sambil mnengangguk paham.
Setelah berpamitan, Aryo
langsung bergegas menuju villa.
Setibanya di Villa, ia
melihat Kinan sedang bersantai
di ruang tamu, rebahan di sofa
sambil menonton film. Aryo
pun memutuskan untuk
mendekati Kinan, lalu dengan
lembut mencium kening Kinan.
Gimana kondisimu? Masih
sesak nafas? tanya Aryo sambil
mengamati wajah istrinya yang
terlihat pucat.
Kinan menggeleng kecil.
Nggak terlalu, Mas. Tadi Bi
Sumi udah olesin minyak kayu
putih dibadanku. Lumayan
enakan, tapi dadaku masih agak
sakit, jawab Kinan dengan
suara pelan.
Kalau gitu, kita langsung
ke dokter aja, ya, takutnya
kenapa-napa,ucap Aryo,
suaranya tegas tapi penuh
perhatian.
Kinan hanya mengangguk
tanpa banyak bicara. Aryo pun
segera membantu Kinan bersiap
untuk pergi, memastikan
kondisi istrinya segera
mendapatkan penanganan yang
tepat.
….
Kinan dan Aryo
memutuskan pergi ke dokter
kandungan langganannya
untuk memeriksa kondisi Kinan.
Setelah menunggu beberapa
saat, dokter mempersilakan
mereka masuk dan melakukan
serangkaian pemeriksaan. Aryo
yang tampak cemas segera
bertanya setelah pemeriksaan
selesai.
Bagaimana, Dok? Kenapa
istri saya akhir-akhir ini sering
sesak napas? tanyanya.
Dokter tersenyum ramah
sambil menjelaskan, Begini,
Pak Aryo. Berdasarkan analisa
sementara, sesak napas ini
kemungkinan besar disebabkan
oleh efelk dari kehamilan.
Kandungan yang semakin besar
dapat menekan diafragma,
sehingga ibu merasa lebih cepat
lelah dan sesak napas. Namun,
biasanya hal ini tidak terlalu
mengganggu.
99
Aryo mengangguk,
mendengarkan dengan saksama.
Namun, dokter melanjutkan,
Selain itu, saya juga mendeteksi
adanya kemungkinan alergi. Ini
bisa disebabkan oleh debu,
makanan, tanaman, atau hewan
peliharaan. Apakah Nyonya
memiliki kucing atau anjing di
rumah?
Kinan mengangguk. Iya,
Dok. Saya punya kucing, dan
saya juga hobi berkebun. Tapi
akhir-akhir ini saya jarang
memegang kucing saya kok,
ucap Kinan.
…
Sementara ini, saya
sarankan Nyonya untuk
menghindari hal-hal yang dapat
memicu alergi, seperti bulu
kucing atau serbuk sari dari
bunga. Alergi yang berulang bisa
memperparah gejala sesak
napas, jelas dokter dengan
hati-hati. Selain itu, Nyonya
juga perlu lebih banyak
istirahat, karena detak jantung
bayi Anda sedikit lemah.
Aryo dan Kinan saling
bertukar pandang,
kekhawatiran jelas terlihat di
wajah mereka. Aryo segera
bertanya lagi, Apakah kondisi
bayi kami berbahaya, Dok?
Tidak perlu terlalu
khawatir, asalkan Nyonya
mematuhi saran saya, kondisi
ini masih bisa dikelola dengan
baik, jawab dokter dengan
nada menenangkan. Saya juga
akan memberikan obat untuk
membantu meringankan
gejalanya.
Setelah mengucapkan
terima kasih kepada dokter,
Aryo dan Kinan segera pulang.
Dalam perjalanan, Aryo
menggenggam tangan Kinan
erat-erat, mencoba
menyalurkan kekuatan dan
ketenangan.
Kamu setelah ini kamu
harus benar-benar istirahat, ya.
Kuliahnya cuti aja dulu. Mas
hanya ingin memastikan kamu
dan bayi kita baik-baik saja,
ucap Aryo lembut.
Kinan tersenyumn tipis, dan
mengangguk. Merasa sedikit
lebih tenang meskipun masih
ada kekhawatiran yang tersisa
di hatinya.
Aryo mulai memperhatikan
kondisi Kinan yang kian
memburuk. Sesuai saran dokter,
ia menyuruh istrinya untuk
beristirahat di rumah dan
mengambil cuti kuliah agar
kondisinya membaik. Namun,
berada di rumah terus-menerus
membuat Kinan merasa bosan.
Untuk mengusir rasa jenuh, ia
sering pergi ke taman di
villanya, menikmati keindahan
bunga-bunga yang tumbuh di
sana walau Aryo melarangnya.
Sayangnya, kebiasaannya itu
justru memperburuk
kondisinya. Kinan sering
bersin-bersin, mengalami sesak
napas, dan merasa tbuhnya
semakin lemah.
…
Kinan, kenapa kamu disini?
Bukankah tuan Aryo
melarangmu sementara ke
kebun dan memegang kucing.
Bagaimana kalau ternyata kamu
alergi bunga? ucap mbok Sumi.
Kinan lalu menatap Mbok
Sumi dan tersenyum tipis, Tapi
aku bosen mbok dirumah terus.
Hanya disini aku bisa sedikit
merasa terhibur dan
menghilangkan kebosananku.
Karena merasa kasihan
melihat Kinan yang beberapa
hari ini hanya berada di rumah
dan tidak diizinkan keluar oleh
Aryo, Mbok Sumi pun akhirnya
mengalah lalu berkata, Ya
sudah tapi jangan terlalu lama
ya!! Mbok takut kamu sakit lagi
Disebuah Kafe, Aryo
bertemu dengan Wisnu, teman
lamanya yang juga seorang
ilmuwan, untuk membahas
seminar yang akan diadakan di
kampus minggu depan. Wisnu
akan menjadi bintang tamu
utama dalam acara tersebut.
Mereka pun asyik berbincang
tentang rencana acara, saling
bertukar ide dengan antusias.
Namun, pembicaraan
mereka terhenti ketika Wisnu
tanpa sengaja melihat wallpaper
ponsel Aryo. Aryo, siapa gadis
ini? tanya Wisnu sambil
menunjuk layar ponsel.
…
Aryo menoleh, melihat
layar ponselnya, dan tersenyum
kecil. Oh, itu istriku, jawab
Aryo. Foto yang menjadi
wallpaper adalah gambar Kinan
yang sedang berada di taman
bunga di villanya.
Boleh aku lihat fotonya
lebih jelas? pinta Wisnu
dengan nada penasaran.
Aryo menyerahkan
ponselnya walau merasa sedikit
aneh dengan permintaan
temannya itu. Wisnu
memperhatikan foto itu dengan
seksama, lalu bertanya,
66
Istrimu sedang hamil, ya?
Iya, sekarang usia
kehamilannya sudah enam
bulan, jawab Aryo santai.
Foto ini diambil di mana?
tanya Wisnu, nada suaranya
berubah serius.
Aryo mengernyitkan dahi,
bingung dengan perubahan
sikap Wisnu. Di taman
rumahku, di villa. Memangnya
kenapa? tanyanya.
Wisnu tampak terkejut. Di
taman rumahmu? Aryo, apa
istrimu pernah mengeluh sesak
napas, pusing, atau mual
belakangan ini? tanyanya
dengan nada mendesak.
Aryo mengangguk, mulai
merasa ada yang tidak beres.
Iya, sudah beberapa minggu ini
dia sering mengalami itu. Tapi
dokter bilang itu mungkin
karena alergi atau bawaan
kehamilannya.
Wisnu menggeleng pelan,
terlihat ragu namun tetap serius.
Aryo, alku perlu memastikan
sesuatu. Bolehkah aku ke
rumahmu dan melihat taman
bunga itu?
…
Aryo terdiam sejenak,
pikirannya berkecamuk. Ada
apa, Wisnu? Kamu terlihat
serius sekali, tanyanya.
Aku curiga ada sesuatu di
tamanmu yang bisa memicu
reaksi alergi parah pada istrimu.
Tolong izinkan aku
memeriksanya, ujar Wisnu.
Setelah berpikir sejenak,
Aryo akhirnya setuju. Baiklah,
kita bisa pergi ke villaku
sekarang, katanya. Mereka pun
segera berangkat, dengan Aryo
semakin penasaran apa yang
membuat Wisnu begitu
khawatir.
Aryo mengantar Wisnu
menuju villanya dengan rasa
penasaran yang semakin
memuncak. Sebenarnya ada
apa, Nu? Kenapa kamu terlihat
kaget saat melihat foto istriku?
tanya Aryo saat mereka dalam
perjalanan.
Wisnu nmenghela napas
panjang. Aku belum bisa
memastikannya, Aryo. Foto itu
tidak begitu jelas. Aku takut
salah kalau hanya menebak dari
foto. Itulah sebabnya aku ingin
melihat langsung taman bunga
milik istrimu, jawab Wisnu
serius.
…
Sesampainya di villa, Aryo
segera membawa Wisnu masuk
ke dalam rumah. Kebetulan,
pintu dibuka oleh Mbok Sumi.
Mbok…Kinan di mana
sekarang? tanya Aryo.
Non Kinan baru saja masuk
kekamar Tuan. Mungkin sedang
istirahat, jawab Mbok Sumi.
Aryo mengangguk dan
mengucapkan terima kasih.
Kemudian, dia langsung
membawa Wisnu ke tanman
bunga milik Kinan. Begitu
masuk ke taman, Wisnu
langsung mencum aroma
bunga yang menyengat,
membuat ekspresinya berubah
serius. Dia mulai memeriksa
satu per satu bunga di taman itu
dengan teliti.
Hingga akhirnya, di sudut
taman, Wisnu berhenti dengan
wajah terkejut. Dia menemukan
beberapa bunga sejenis yang
tumbuh di sana, bunga dengan
warna biru yang mencolok.
Wisnu menatap Aryo dengan
Sorot mata serius.
Dari mana istrimu
mendapatkan bunga-bunga ini?
tanya Wisnu dengan nada
mendesak.
Aryo yang kebingungan
menjawab, Istriku biasanya
membeli bunga-bunga itu secara
online. Memangnya bunga apa
ini, Nu? Aryo semakin
penasaran.
…
Wisnu menunjuk bunga
berwarna biru itu. Kamu tahu
bunga ini, Aryo? Ini adalah
bunga langka. Bunga ini sangat
jarang ditemukan di Indonesia
karena berasal dari dataran
Eropa. Namanya Aconisum,
atau dikenal juga sebagai Bunga
pembunuh Ini bukan nama
bunga asli ya. Hanya imajinasi
penulis. Sayangnya, bunga ini
beracun, Serbuk sarinya
mengandung Racun, dan dapat
menguap ke udara, jika dihirup
terus-menerus. Bahkan bisa
menyebabkan berbagai gejala,
termasuk sesak napas, pusing,
mual, dan bahkan kematian jika
dipegang secara langsung dan
masuk kepencernaan.
Aryo tercengang
mendengar penjelasan Wisnu,
untung saja selama ini Kinan
selalu mnenggunakan sarung
tangan dan mencuci tangannya
saat selesai berkebun Apa
maksudmu, Nu? Bunga ini
beracun? Kenapa aku tidak
menyadarinya. Padahal istriku
sering menghabiskan waktu di
taman ini! Bagaimana mungkin
aku tidak tahu?
Wisnu mengangguk tegas.
Wajar saja kamu tidak
mengetahuinya, karena tidak
banyak orang yang mengetahui
tentang bunga ini. Racun dari
bunga ini mungkin menjadi
penyebab istrimu sering sesak
napas dan pusing belakangan
ini. Apalagi, jika dia hmil,
kondisinya akan semakin
rentan. Kamu harus segera
menyingkirkan bunga ini dari
taman sebelum kondisinya
semakin parah.
…
Aryo terdiam, merasa
bersalah sekaligus khawatir. Dia
tidak pernah menyangka bunga
yang begitu disukai oleh Kinan
justru menjadi ancaman bagi
kesehatan istrinya.
Setelah mendengar
penjelasan Wisnu, Aryo segera
meminta pembantu villa untuk
membuang dan memusnahkan
bunga-bunga beracun tersebut
dengan hati-hati sesuai arahan
Wisnu. la tidak ingin ada yang
dirugikan lagi akibat
keberadaan bunga it
Setelah semuanya selesai,
Aryo mengajak Wisnu duduk di
ruang tamu untuk membahas
lebih lanjut mengenai bunga
beracun itu.
Siapa teman istrimu yang
memberikan bunga tersebut?
tanya Wisnu sambil
menyandarkan tubuhnya di
sofa.
Aryo menghela napas
sejenak. Dia salah satu
mahasiswi di kampusku.
Namanya Rosa, jawabnya.
Memangnya kenapa, Nu?
Wisnu menatap Aryo tajam.
Bunga seperti itu dilarang
diperjualbelikan secara bebas,
Aryo. Hanya ilmuwan tertentu
yang bisa mengaksesnya untuk
keperluan penelitian. Apa
mahasiswimu itu seorang
ilmuwan? tanyanya.
Aryo menggeleng pelan.
Aku tidak tahu, Nu. Tapi Rosa
memang mahasiswi yang pintar.
Dia masuk ke kampusku lewat
jalur beasiswa, jelas Aryo.
..
Wisnu mengangguk tipis,
tapi wajahnya masih
menyimpan keheranan. Kalau
begitu, dia mungkin punya
kenalan atau keluarga yang
seorangilmuwan. Tapi satu hal
yang membuatku penasaran,
kenapa dia memberikan bunga
itu kepada istrimu?
Pertanyaan Wisnu
membuat Aryo terdiam.
Pikirannya mendadak dipenuhi
dengan kemungkinan buruk.
Kenapa Rosa memberikan
bunga itu kepada Kinan? Tidak
mungkin Rosa tidak tahu bahwa
bunga itu beracun. Apa
mungkin dia sengaja?
Aryo menggelengkan
kepala, mencoba menepis
pikirannya. Entahlah, Nu. Aku
juga tidak tahu. Tapi yang jelas,
kalau benar dia berniat jahat
pada istriku… Aryo berhenti
sejenak, suaranya menegang.
Selama ini Rosa dikenal sebagai
gadis yang pintar dan pendiam.
Dia tidak pernah terlibat
masalah di kampus, bahkan
setahuku dia adalah teman
dekat istriku.
Wisnu menghela napas
panjang, menatap Aryo dengan
serius. Aryo, zaman sekarang
kita tidak bisa menilai orang
dari luarnya saja. Teman dekat
sekalipun bisa saja memiliki niat
tersembunyi. Ingatkan istrimu
untuk lebih berhati-hati
terhadap temannya itu.
Aryo mengangguk, merasa
terbebani oleh kenyataan ini.
…
Terima kasih, Nu. Aku akan
bicara dengan Kinan nanti,
ucapnya.
Wisnu menepuk bahu Aryo
pelan. Semoga tidak ada hal
buruk yang terjadi, Aryo. Kamu
harus lebih waspada mulai
sekarang, katanya sebelum
pamit.
Setelah Wisnu pergi, Aryo
termenung di ruang tamu,
pikirannya dipenuhi dengan
pertanyaan. Apa sebenarnya
niat Rosa? Aryo bertekad untuk
mencari tahu, demi melindungi
Kinan dan bayi mereka.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts