JANGAN OM (PART41)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART41
…
..
.
Ketika mengetahui bahwa
ibu mertuanya menerima
kedatangan Kinan dengan
senang hati, amarah Bu Kartika
memuncak. Begitu suaminya,
Pak Bambang, pulang dari
kantor, ia langsung
melontarkan keluh kesahnya.
Pak, aku tidak terima kalau
ibumu menerima pelakor itu di
sini. Ibu malu, kalau sampai
orang-orang tahu Aryo punya
dua istri. Pokoknya menantu
kita hanya Siska! kata Bu
Kartika dengan nada tajam.
…
Pak Bambang, yang
sebenarnya sudah mendengar
kabar pernikahan kedua Aryo
dari istrinya sebelumnya,
mencoba meredakan suasana. Ia
menarik napas panjang sebelum
menjawab, Sudahlah, Bu.
Biarkan saja. Laki-laki kan
memang diperbolehkan untuk
memiliki istri lebih dari satu.
Toh, Aryo juga mampu. Lalu
salahnya di mana? Kenapa Ibu
harus malu? Justru Ibu
seharusnya malu kalau Aryo itu
suka selingkuh dan
berganti-ganti wanita di luar
sana. Tapi, kan, ini tidak. Aryo
memilih menikahi wanita lain,
pasti ada alasannya.
…
Penjelasan Pak Bambang
rupanya tidak membuat Bu
Kartika puas. Ia melipat
tangannya di dada,
pandangannya tajam menusuk
suaminya. Tapi, Pak, di
keluarga kita tidak ada laki-laki
yang punya istri lebih dari satu.
Lagi pula, apa Bapak tahu
bagaimana latar belakang istri
barunya Aryo? Dia itu seorang
pelacur, Pak! Aryo membelinya
dari seorang mucikari! Apa
Bapak terima punya menantu
seperti itu? tuduh Bu Kartika
dengan emosi yang meluap.
Pak Bambang seketika
terdiam. Pertanyaan istrinya
kali ini benar-benar sulit
dijawab. Dalam hatinya, ia
merasa bingung dan cemas.
Melihat suaminya terdiam,
Bu Kartika melanjutkan,
Pokoknya aku nggak mau tahu,
Pak. Kamu harus bilang sama
Ibu kalau kita tidak setuju Aryo
menikah lagi dengan Kinan!
ujar Bu Kartika tegas,
meninggalkan suaminya yang
masih terpaku di tempat.
Malam itu, seluruh anggota
keluarga berkumpul di rumah
karena permintaan nenek Lasmi
untuk makan malam bersama.
Setelah selesai makan malam,
mereka pindah ke ruang tengah.
Nenek Lasmi, yang duduk di
kursi utama, memulai
pembicaraan dengan tenang.
Malam ini, aku
mengumpulkan kalian semua
untuk memberitahukan sesuatu.
Aku sudah diberitahu oleh Aryo
mengenai Kinan, ucap Nenek
Lasmi tenang, namun tegas. Ia
melirik ke arah semua orang
yang hadir, terutama ke arah
Aryo, Siska, dan Kinan. Dan
aku setuju menerima Kinan
sebagai cucu menantuku. Kamu,
Siska, ia melanjutkan sambil
memandang istri pertama Aryo,
Nenek harap kamu juga bisa
menerima kehadiran Kinan.
Nenek ingin kalian berdua bisa
hidup rukun.
Siska tidak merespons. la
hanya menatap Kinan dengan
pandangan dingin dan penuh
ketegangan. Kata-kata nenek
Lasmi tak sedikit pun
membuatnya melunak. Kinan,
di sisi lain, terlihat gugup,
namun tetap berusaha
menampilkan wajah tenang.
Di sisi lain ruangan, Bu
Kartika, yang duduk di samping
Pak Bambang, merasa darahnya
mendidih. Ia melirik suaminya,
kemudian diam-diam mencubit
pinggangnya agar segera
berbicara. Pak Bambang
menghela napas berat, lalu
akhirnya membuka suara.
Maaf, Bu, ujar Pak
Bambang pelan, namun jelas.
Tapi saya dan Kartika tidak
setuju kalau Aryo menikah lagi.
Bagaimana kalau sampai
keluarga besar kita dan
orang-orang di luar sana tahu
kalau Aryo memiliki dua istri?
Apakah itu tidak akan menjadi
aib bagi keluarga kita? Karena di
keluarga besar kita, tidak ada
laki-laki y.ang berpoligami.
Pak Bambang kemudian
menatap Aryo dengan serius.
….
Bapak harap kamu
mempertimbangkan lagi
keputusanmu ini, Aryo. Bapak
tidak ingin kamu dicap buruk di
luar sana. Ingat, kamu adalah
seorang dosen dan juga seorang
pebisnis. Nama baikmu bisa saja
tercoreng.
Aryo mendengarkan
ayahnya dengan wajah datar,
tidak menunjukkan emosi apa
pun. Namun suasana di ruang
tengah itu semakin panas.
Semua mata tertuju kepada
Aryo, menunggu jawabannya,
sementara Kinan hanya bisa
menunduk, merasa terasing di
antara keluarga besar itu. Nenek
Lasmi tetap tenang, tetapi sorot
matanya jelas memperlihatkan
ketegasan, tak sedikit pun
berubah meskipun Pak
Bambang menyatakan
ketidaksetujuannya.
Aryo, yang sejak tadi diam,
akhirnya angkat bicara.
Suaranya tegas dan penuh
emosi. Pak, aku tidak akan
pernah melepaskan Kinan.
Kami tidak berselingkuh, dia
adalah istriku sah secara agama,
ucapnya, menatap ayahnya
langsung. Lagi pula, kampus itu
adalah milik keluarga kita.
Kalau pun para dekan dan
pemegang saham lain tidak
berkenan dengan keputusanku,
maka aku siap untuk
melepaskan profesiku sebagai
dosen di sana.
Pernyataan Aryo itu sontak
membuat semua orang di
ruangan itu terkejut. Mereka
tahu betapa Aryo mencintai
profesinya sebagai dosen. Sejak
kecil, cita-citanya adalah
mengabdikan hidupnya untuk
dunia pendidikan. Bahkan
ketika ayahnya, Pak Bambang,
memintanya untuk meneruskan
usaha keluarga, Aryo tetap
kukuh memilih menjadi dosen.
Nak, cita-citamu sejak kecil
adalah menjadi seorang dosen.
…
Apa kamu rela melepaskannya
hanya demi pelcur ini? ujar Bu
Kartika, matanya menatap
tajam ke arah Kinan.
Wanita yang Ibu bilang
pelacur ini adalah istriku, Bu,
tegas Aryo, menahan
amarahnya.
Suasarna semakin memanas.
Bu Kartika terlihat tersentak
oleh balasan Aryo, sementara
Kinan menundukkan kepala,
merasa tersudut oleh
pandangan dan kata-kata tajam
yang dilontarkan keluarga Aryo.
Pak Bambang hanya bisa
menghela napas panjang, tak
tahu harus berkata apa.
Aryo melanjutkan,
suaranya semakin tegas. Kalau
kalian semua tidak menyetujui
pernikahanku, tidak masalah.
Maka aku akan pergi membawa
Kinan jauh dari kota ini!
ancamnya, memecah
keheningan di ruangan itu.
Ancaman itu membuat semua
orang terdiam. Bahkan Bu
Kartika yang biasanya tak
pernah kehabisan kata-kata
tampak tak mampu berkata
apa-apa.
Nenek Lasmi memandang
Bu Kartika dengan tajam setelah
mendengar ketegangan yang
terus memuncak. Ia
memutuskan untuk bertanya
langsung, Kenapa kamu tidak
mau menerima Kinan sebagai
menantumu? Dan kenapa kamu
tega menyebutnya seorang
pelacur?
Bu Kartika segera menjawab
dengan nada penuh emosi,
Apakah Ibu tahu dari mana Aryo
mengenal wanita itu? Ia
melirik Kinan yang duduk
menunduk di sudut ruangan.
Wanita ini, Aryo beli dari
sebuah klub malam. Dia bekerja
untuk seorang mucikari. Lalu
Aryo membelinya untuk
dijadikan istri dan memintanya
mengandung anaknya! Apakah
Ibu rela keluarga kita
mempunyai keturunan dari
seorang wanita seperti dia?
ucap Bu Kartika, suaranya
tajam, menusuk keheningan.
Nenek Lasmi terkejut
mendengar penjelasan itu. Ia
segera menatap Aryo, meminta
kejelasan. Namun sebelum Aryo
sempat membuka mulut, Kinan
memberanikan diri berbicara.
Suaranya pelan, tapi penuh
keberanian. Boleh kah aku
menjelaskan semuanya, Nek?
tanyanya sambil menatap
Nenek Lasmi.
…..
Nenek Lasmi mengangguk
pelan. Silakan bicara, katanya.
Semua mata kini tertuju pada
Kinan.
Maafkan aku sebelumnya,
karena kedatangaku
menimbulkan kegaduhan.
Terima kasih, Nek, karena
sudah menerima dengan baik
kedatanganku, ujar Kinan
sambil menatap nenek Lasmi
dengan mata berkaca-kaca. Lalu
ia melanjutkan, Memang benar
apa yang dikatakan oleh ibunya
Mas Aryo, bahwa Mas Aryo
membeliku dari seorang
mucikari. Tapi aku bukan
seperti yang Ibu Kartika
tuduhkan. Aku tidak pernah
memilih jalan itu. Aku dijual
oleh ayah tiriku, untuk
membayar hutangnya kepada
seorang rentenir, lalu dibawa ke
kota ini. Di kota ini, aku dilelang
dalam sebuah acara oleh
seorang mucikari. Saat itulah
Mas Aryo membeliku. Tapi, Ibu
,ucapnya, menatap langsung
ke arah Bu Kartika, aku masih
perawan ketika Mas Aryo
membeliku. Aku bukan seorang
pelacur seperti yang Ibu
tuduhkan.
Kinan menegaskan
kalimatnya dengan penuh
keberanian, meski hatinya
terasa berat. Ia tahu bahwa
dirinya harus meluruskan
kebenaran meskipun penuh
risiko.
….
Aryo yang duduk di
sampingnya langsung
menggenggam tangannya
erat-erat, memberikan
dukungan. Sudah cukup, Bu,
Aryo akhirnya bersuara. Dari
kemarin, Ibu terus menghina
Kinan. Tidak ada satu pun dari
tuduhan Ibu yang benar. Kinan
adalah istriku. Dan aku tidak
akan membiarkan siapa pun,
termasuk Ibu, terus
memperlakukannya seperti ini.
Ruangan menjadi hening.
Bahkan Bu Kartika yang
biasanya terus berbicara kini
tidak mampu membalas.
Sementara itu, Nenek Lasmi
hanya bisa menghela napas
panjang, terlihat sedang
mencerna semua yang baru saja
diungkapkan. Pandangannya
melembut saat menatap Kinan.
Di dalam hati, ia mulai melihat
sosok cucu menantunya ini
dengan cara yang berbeda.
Siska, yang sejak tadi hanya
diam memperhatikan
pertengkaran itu dari tempat
duduknya, akhirnya membuka
suara. Suaranya tajam, penuh
emosi yang selama ini ia tahan.
Tapi aku tetap tidak setuju kalau
Mas Aryo menikah lagi,
ucapnya, menatap Aryo dengan
tatapan kecewa. Aku malu
kalau sampai orang-orang di
luar sana, terutama
teman-temanku, tahu kalau
suamiku punya istri lagi. Aku
lebih baik menjadi janda. Kalau
Mas Aryo masih bersikeras
mempertahankan wanita ini,
maka ceraikan aku, Mas,
ancamnya dengan suara lantang.
Ancaman itu membuat
ruangan kembali sunyi. Semua
orang tahu, hubungan keluarga
Aryo dan keluarga Siska sangat
erat. Orang tua mereka adalah
sahabat dekat dan bekerja sama
dalam banyak urusan bisnis.
Aryo menceraikan Siska adalah
hal yang hampir mustahil, dan
Siska tahu itu.
….
Mendengar pernyataan
Siska, Bu Kartika langsung
memberikan pembelaannya.
Ibu tidak setuju, Siska, kalau
kamu sampai berpisah dengan
Aryo. Kamu menantu
satu-satunya Ibu dan tidak akan
tergantikan oleh wanita mana
pun, termasuk oleh Kinan.
katanya tajam, pandangannya
beralih ke Kinan seolah
menegaskan bahwa ia tidak
akan pernah menerima
kehadirannya.
Siska tersenyum puas
mendengar dukungan dari ibu
mertuanya. Namun reaksi Aryo
sangat berbeda. la justru
tersenyum dingin, senyuman
yang membuat Siska merasa
tidak nyaman. Aryo
menatapnya dengan mata tajam
sebelum berkata, Kamu yakin
ingin bercerai dariku, Siska?
Siska menegang mendengar
pertanyaan itu, tetapi Aryo
melanjutkan dengan nada
dingin. Bukankah selama ini
kamu takut kehilanganku?
Karena kalau sampai kita
bercerai, karirmu akan redup.
Dan ingat, Siska, semua
kartumu ada padaku. Aku tahu
semua keburukanmu dan
keluargamu. Aku bisa saja
menghancurkanmu dan
keluargamu kalau aku mau.
Ancaman Aryo membuat
Siska terdiam. Wajahnya yang
tadinya penuh percaya diri
berubah menjadi pucat. Ia tahu
ancaman Aryo bukan sekadar
omong kosong. Selama ini,
rahasia kelam dirinya dan
keluarganya memang berada di
tangan Aryo, yang selama ini
masih memilih diam demi
menghargai hubungan
keluarganya dengan orang tua
Siska.
….
Aryo kemudian menatap
Siska dengan tatapan semakin
dingin. Suaranya datar, tetapi
tegas, memecah keheningan
yang mencekam. Tapi kalau
kamu tetap tidak mau menerima
Kinan, tidak apa-apa. Aku
mengerti, karena egomu terlalu
tinggi, Siska. Kita menikahjuga
bukan atas dasar cinta, tapi
karena perjodohan yang diatur
oleh orang tua kita.
la berhenti sejenak,
menatap Siska yang terlihat
mulai gelisah. Lagipula, tidak
ada lagi yang perlu
dipertahankan. Kalau kamu
ingin cerai dariku, maka akan
aku kabulkan, lanjutnya tanpa
ragu.
Ucapan Aryo membuat
semua orang di ruangan itu
terbelalak kaget. Bu Kartika
memandang Aryo dengan mata
membesar, tidak percaya
anaknya bisa mengatakan hal
seperti itu. Siska sendiri tampak
terpukul, wajahnya memucat,
sementara Nenek Lasmi hanya
menghela napas panjang,
terlihat semakin lelah dengan
situasi yang tidak kunjung
mereda.
Aryo, apa yang kamu
katakan?! seru Bu Kartika
akhirnya, suaranya meninggi.
Kamu tidak boleh menceraikan
Siska! Dia satu-satunya
menantu yang pantas untuk
keluarga kita!
Sementara Siska yang tadi
terlihat berapi-api meminta
cerai, kini terlihat bimbang.
Ucapan Aryo benar-benar
menghantamnya. Ia tahu bahwa
Aryo tidak sedang bercanda.
Terlebih lagi, hubungan
keluarga mereka yang selama ini
menjadi sandaran Siska justru
terasa rapuh di hadapan
ancaman Aryo. Ia hanya bisa
menunduk, tanpa mampu
memberikan jawaban.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts