JANGAN OM (PART48)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART48
…
..
.
Siska berdiri di lobby hotel,
wajahnya tampak tegang. Sudah
hampir 15 menit ia menunggu
kabar, dan akhirnya telepon itu
datang. Ia segera
mengangkatnya dengan cepat.
Bagaimana? Apakah kamu
sudah menemukan keberadaan
suamiku? tanyanya
terburu-buru, suaranya nyaris
bergetar.
Sudah, Nyonya. Saya
sudah mnendapatkan lokasi Tuan
Aryo sekarang. Beliau ada di
sebuah hotel tidak jauh dari
tempat Nyonya berada, jawab
anak buahnya dengan nada
tegas.
Siska menarik napas dalam,
lalu berkata cepat, Baiklah,
kirimkan lokasinya sekarang.
Aku akan segera ke sana.
Setelah menutup telepon,
Siska memanggil sopir
pribadinya, meminta agar ia
segera datang ke lobi. Tak lama,
ia sudah berada dalam mobil,
duduk di kursi belakang dengan
pandangan penuh kecemasan.
Kita ke hotel Mawar,
katanya sambil menyerahkan
ponsel berisi alamat yang baru
saja diterima.
Di sepanjang perjalanan,
pikirannya kalut. Bagaimana
bisa Mas Aryo sampai ke hotel
itu? Dan siapa wanita yang
membawanya pergi tadi?
gumamnya pelan, seolah
berbicara kepada dirinya
sendiri.
…
Sementara itu, di rumah
sakit, Mbok Sumi dan Joni
bergegas menemui dokter yang
baru keluar dari ruang
pemeriksaan. Wajah keduanya
dipenuhi kecemasan.
Bagaimana keadaan
majikan saya, Dok? tanya Mbok
Sumi, matanya berkaca-kaca.
Dokter itu menghela napas
sebelum menjawab,’
Alhamdulillah, pasien dan bayi
dalam kandungannya selamat.
Tapi kondisinya masih sangat
lemah. Ia harus banyak
beristirahat dan badrest total.
Mendengar itu, Joni dan
Mbok Sumi saling
berpandangan, rasa lega mulai
menyelimuti mereka.
Alhamdulillah, bisik Joni
sambil mengangguk pelan.
Namun rasa ingin tahunya
belum sepenuhnya terjawab. la
bertanya lagi, Tapi, Dok,
kenapa majikan kami bisa
sampai pendarahan seperti itu?
tanya Joni, karena nanti Aryo
pasti akan menanyakan hal ini
padanya.
Dokter lalu menjelaskan,
Sepertinya pasien meminum
atau makan sesuatu yang
memicu kontraksi. Untung saja
dosisnya kecil, jadi efeknya
tidak terlalu parah. Namun,
karena sebelumnya pasien
pernah mengalami pendarahan,
kondisinya menjadi rawan,
makanya pendarahan terjadi
lagi. Beruntung, ia cepat dibawa
ke rumah sakit, sehingga
nyawanya dan bayinya masih
bisa diselamatkan.
Dokter itu berhenti sejenak,
lalu menambahkan, Saya sudah
memberikan obat penguat
kandungan untuk memastikan
kondisinya stabil. Tapi setelah
ini, pasien harus benar-benar
beristirahat dan menghindari
aktivitas berat agar tidak terjadi
hal serupa.
…
Joni dan Mbok Sumi
mengangguk, berterima kasih
kepada dokter sebelum Kinan
dipindahkan ke ruang VIP.
Dalam hati, mereka bersyukur
kondisi majikannya perlahan
mulai membaik, meski
kondisinya masih lemah.
Sementara itu, Anak buah
Joni bergerak cepat begitu
mendapatkan informasi tentang
keberadaan Aryo melalui GPS
nya yang aktif. Mereka tiba di
hotel yang dimaksud dan
langsung menuju kamar sesuai
keterangan dari petugas
reseps10nis. Salah satu dari
mereka mengetuk pintu dengan
tegas. Tak lama, pintu terbuka,
dan Rosa berdiridi baliknya.
Wajahnya tampak pucat, dan
suaranya bergetar saat bertanya,
Kalian siapa?
Salah satu pengawal
menjawab dengan nada dingin,
Kami ke sini untuk menjemput
Tuan Aryo.
Rosa tampak ragu sejenak,
namun akhirnya
mempersilakan mereka masuk.
Di dalam, Aryo terlihat
terbaring di tempat, kondisinya
masih pingsan. Para pengawal
segera memapahnya untuk
dibawa keluar. Sebelum pergi,
salah satu dari mereka
mendekati Rosa, mengeluarkan
sejumlah uang dari sakunya,
dan menyerahkannya
kepadanya.
Terimalah ini sebagai
ucapan terima kasih dari
majikan kami, ucap pengawal
itu, menatap Rosa tajam.
Tolong pastikan kejadian ini
tidak menyebar, dan jangan
sampai ada orang lain yang
mengetahuinya.
Rosa hanya mengangguk
pelan, mnenerima uang itu tanpa
berkata banyak. Terima kasih,
ucapnya singkat, suaranya
nyaris berbisik.
Tanpa banyak basa-basi,
para pengawal segera membawa
Aryo keluar dan masuk ke dalam
mobil yang sudah menunggu di
depan hotel.
Beberapa saat setelah mobil
yang membawa Aryo pergi,
sebuah mobil lain berhenti di
depan lobi hotel. Dari dalamnya,
Siska keluar dengan langkah
cepat, wajahnya penuh
kegelisahan.
la langsung menuju meja
resepsionis. Apakah beberapa
saat yang lalu ada tamu yang
datang ke sini dalam kondisi
mabuk atau tidak sadarkan diri?
tanyanya tegas.
…
Resepsionis, seorang pria
muda dengan seragam rapi,
tampak sedikit bingung. Tidak
ada, Nyonya. Hari ini tidak ada
tamu yang datang pada malam
hari. Tamu terakhir kami
check-in siang tadi, jawabnya
sopan.
Siska menatapnya tajam,
tidak percaya pada ucapannya.
Apa kamu yakin? Coba periksa
sekali lagi, desaknya. Aku
mendapat laporan kalau
suamiku menginap di sini
bersama perempuan lain.
Resepsionis itu
berpura-pura mengecek daftar
tamu di komputernya. Beberapa
detik kemudian, ia menggeleng.
Maaf, Nyonya, tapi memang
tidak ada tamu yang check-in
malam ini, jawabnya, mencoba
meyakinkan Siska.
Siska menarik napas
panjang, menenangkan
emosinya sejenak, lalu
mengangguk. Baiklah.
gumamnya. Ia berbalik dan
berjalan menuju mobilnya
dengan wajah penuh
kekecewaan.
Begitu duduk di dalam
mobil, ia segera
menghubungi
anak buahnya melalui telepon.
Sialan…. kalian
membohongiku? Aku sudah
mengecek ke Hotel itu, tapi
suamiku tidak ada disini.
Mencari posisi orang saja kalian
tidak pecus? tanyanya dengan
nada tajam, mencengkeram
ponselnya erat-erat.
Maafnyonya, lokasi tuan
Aryo sekarang sudah berpindah.
Sepertinya sudah ada yang
membawanya pergi, dan
sekarangmereka sudah lumayan
jauh dari hotel itu, ucap anak
buah Siska.
Kegelisahan terus
menguasainya, siapa yang
membawa suaminya?
Pertanyaan itu terus berputar
dikepalanya.
…
Di dalam mobil yang melaju
di tengah malam, salah satu
pengawal mengangkat telepon
untuk mnenghubungi Joni.
Suaranya terdengar serius
ketika berbicara.
Halo, Bos. Kami sudah
bersama Tuan Aryo sekarang.
Mau dibawa ke mana, Bos?
Kondisinya masih pingsan.
Sepertinya terkena obat bius
atau obat tidur, lapornya.
Joni yang berada di rumah
sakit, segera merespons dengan
tegas, Bawa saja Tuan Aryo ke
Rumah Sakit Harapan Indah.
Kebetulan Nona Kinan juga
sedang dirawat di sini. Biarkan
dokter memeriksa, obat apa
yang diberikan kepada Tuan
Aryo.
Baik, Bos, jawab pengawal
itu tanpa ragu sebelum menutup
telepon. Ja kemudian menoleh
ke arah sopir. Kita ke Rumah
Sakit Harapan Indah sekarang,
perintahnya.
Mobil melaju dengan
kecepatan konstan, suasana di
dalamnya sunyi kecuali suara
mesin dan hembusan napas
Aryo yang masih dalam kondisi
tidak sadar. Pengawal itu
melirik Aryo sesekali,
99
memastikan keadaannya tetap
stabil.
Di sisi lain, Joni
mempersiapkan kedatangan
mereka. la sudah berbicara
dengan dokter agar segera
menangani Aryo begitu tiba.
Dalam pikirannya, Joni
bertanya-tanya siapa yang
berani melakukan hal ini kepada
Aryo, dan apa motif di baliknya.
Tak lama setelah tiba di
Rumah Sakit Harapan Indah,
mobil yang membawa Aryo
berhenti tepat di depan Unit
Gawat Darurat UGD. Para
pengawal dengan cekatan
memapah tubuh Aryo yang
masih tidak sadar ke dalam.
Joni, yang sudah menunggu di
depan pintu, segera
menghampiri mereka.
…
Wajahnya serius saat menatap
salah satu pengawal yang
bertugas.
Bagaimana? Apakah semua
berjalan sesuai perintah? tanya
Joni tanpa basa-basi.
Sudah, Bos, jawab
pengawal itu. Saya sudah
memberikan uang kepada
wanita yang menolong Tuan
Aryo, dan menyuruhnya untuk
tutup mulut.
Joni mengangguk, rasa lega
sedikit tampak di wajahnya.
Bagus. Kalau begitu, sebagian
dari kalian bisa pulang.
Sebagian lagi berjaga di sekitarrumahrumah sakit, terutama di
ruangan tempat Nona Kinan
dirawat. Aku tidak mau ada
orang yang berniat
mencelakakan Nona Kinan atau
Tuan Aryo.
Siap, Bos, balas pengawal
itu, sebelum mereka segera
mengatur posisi masing-masing.
Tak lama kemudian, salah
satu pengawal menerima
telepon. Di layar ponselnya
tertera nomor resepsionis hotel
tempat Aryo ditemukan tadi. Ia
segera mengangkat panggilan
itu.
Halo, Tuan, suara
resepsionis terdengar di
seberang. Saya ingin
melaporkan bahwa setelah
Tuan pergi tadi, ada seorang
wanita cantik datang ke hotel
dan mencari tamu bernama
Tuan Aryo.
Pengawal itu terdiam sesaat,
matanya menyipit. Sebelumnya,
ia sudah memberikan sejumlah
uang kepada resepsionis itu
untuk merahasiakan
keberadaan Aryo. Baiklah
Terima kasih atas informasinya.
…
Tolong kirimkan rekaman
CCTV di lobi saat tamu itu
datang. Saya ingin memastikan
siapa wanita yang Anda maksud
Baik, Tuan. Saya akan
segera mengirimkan video
rekaman CCTVkepada Anda,
jawab resepsionis itu, sebelum
memutuskan panggilan telepon.
Beberapa menit kemudian,
sebuah notifikasi masuk ke
ponsel pengawal tersebut.
Rekaman CCTV dari hotel sudah
diterima. Ia segera membuka
video itu dan melihat seorang
wanita berpenampilan anggun
memasuki lobi hotel dengan
langkah cepat. Wajahnya jelas
terekam kamera. Pengawal itu
segera menunjukkan video
tersebut kepada Joni.
Joni memutar video itu
dengan penuh perhatian.
Ekspresinya berubah tajam saat
mengenali sosok dalam
rekaman. Ini Nyonya Siska,
ucap Joni dengan nada rendah
namun penuh ketegasan. Istri
pertama Tuan Aryo.
Pikiran Joni langsung
bekerja cepat. Apa yang
sebenarnya direncanakan
Nyonya Siska? Bagaimana dia
tahu, kalau tuan Aryo disana?
gumamnya, lebih kepada
dirinya sendiri. Ia tahu ini
bukan kebetulan, namun dia
tidak berani bertindak tanpa
perintah dari Aryo.
Keesokan Paginya, Aryo
membuka matanya perlahan.
Pandangannya masih buram,
dan rasa pening di kepalanya
membuat ia mengusap wajah
dan memijat pelipis. Ia mencoba
menyesuaikan diri dengan
cahaya yang masuk dari balik
jendela kamar.
..
Di mana aku sekarang?
gumam Aryo pelan, suaranya
serak.
la melirik ke kesamping dan
melihat Joni berdiri tidak jauh
darinya, mengenakan ekspresi
serius namun lega.
Selamat pagi, Tuan.
Akhirnya Anda sadar juga,
ucap Joni sambil mendekat.
Aryo mengerutkan kening.
Di mana aku sekarang?
tanyanya lagi, kali ini dengan
nada sedikit lebih tegas.
Anda sedang di rumah
sakit, Tuan, jawab Joni. Tadi
malam Anda pingsan. Anak
buah saya membawa Anda ke
sini untuk diperiksa.
Aryo mengangguk pelan,
mencoba mencerna apa yang
baru saja didengarnya.
Kepalanya masih terasa berat. Ia
memejamkan mata, mencoba
meredakan pening.
4Tuan, ada sesuatu yang
perlu saya sampaikan, ucap
Joni ragu-ragu.
Aryo tetap memejamkan
matanya, lalu berkata, Apa lagi
sekarang?
Joni melirik ke arah Mbok
Sumi yang duduk di sudut
ruangan, sebelumn melanjutkan.
Nona Kinan… beliau tadi
malam mengalami pendarahan
dan sekarang dirawat di rumah
sakit ini.
Mendengar itu, Aryo
langsung membuka matanya. Ia
menoleh tajam ke arah Joni,
tubuhnya tiba-tiba terasa siaga.
Apa? Bagaimana bisa? Apa yang
terjadi padanya? tanyanya
cemas, suaranya naik satu oktaf.
Joni menenangkan
suaranya, menatap ke sisi kiri
tempat tidur Aryo. Kondisinya
sudah lebih baik sekarang, Tuan.
Tapi nona Kinan masih belum
sadar
Aryo mengikuti arah
pandangan Joni dan melihat
Kinan sedang tertidur di ranjang
sebelahnya. Wajahnya tampak
pucat, namun napasnya teratur.
Tanpa pikir panjang, Aryo
turun dari ranjang, meski
tubuhnya masih terasa lemah.
Ia menghampiri Kinan, duduk
di tepi ranjangnya, dan
menggenggam tangannya erat.
Kinan… bisik Aryo,
suaranya dipenuhi rasa cemas.
la mengelus tangan Kinan
lembut, seolah berharap
sentuhannya bisa menyadarkan
wanita itu. Apa yang terjadi
padamu? Kenapa kamu bisa
sampai dirawat di sini?
gumamnya dengan nada penuh
kekhawatiran.
Aryo lalu memandang ke
arah Mbok Sumi yang duduk di
dekat Kinan, menunggu
jawaban darinya. Mbok, apa
yang sebenarnya terjadi?
Ceritakan padaku, pinta Aryo
dengan nada mendesak.
…
Mbok Sumi menarik napas
panjang sebelum menjawab.
Tuan, tadi malam Nona Kinan
mengalami pendarahan.
Untungnya, Joni dan saya
segera membawanya ke rumah
sakit. Kata dokter,
kandungannya sempat
terancam karena sebelumnya
sudah pernah mengalami
masalah serupa.
Aryo merasa dadanya sesak
mendengar penjelasan itu.
Kenapa sampai terjadi seperti
ini? tanyanya, matanya
berkabut dengan rasa bersalah
dan khawatir. Ia kembali
memandang Kinan yang masih
belum sadar, menglus
rambtnya dengan lembut.
Kenapa tiba-tiba Kinan bisa
sampai pendarhan lagi?
gumam Aryo pelan. Sedangkan
Joni dan mbok Sumi hanya bisa
saling lirik.
NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts