Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART49)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART49)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART49

…

..

.

Aryo memandang Mbok

Sumi dengan tatapan serius,

meski rasa khawatir masih

terpancar dari wajahnya. Apa

dokter mengatakan penyebab

Nona Kinan sampai pendarahan

mbok? tanyanya, suaranya

pelan tapi penuh tekanan.

Mbok Sumi menatap Aryo

sejenak sebelum menjawab.

Kata dokter, kemungkinan

Nona Kinan meminum atau

memakan sesuatu yang dapat

memicu kontraksi hingga

menyebabkan pendarahan. Tapi

untungnya dosisnya kecil, jadi

tidak terlalu berpengaruh pada

kandungannya. Namun, karena

sebelumnya kandungan Nona

Kinan sudah lemah, hal ini jadi

memperburuk keadaan.

Mata Aryo menyipit.

…

Pikirannya langsung berputar

dengan dugaan-dugaan yang

membuat dadanya terasa panas.

Jadi, ini karena disengaja,

gumam Aryo pelan, namun jelas

terdengar oleh Mbok Sumi.

Lalu Joni pun menyahut,

Tadi malam, Dokter sudah

melakukan tes darah pada Nona

Kinan tuan. Hasilnya ternyata

memang benar, ada kandungan

Zat yang masuk kedalam tubuh

non Kinan yang memicu

kontraksi.

la menghela napas panjang

dan memanggil Joni yang

berdiri tak jauh darinya. Joni.

Joni segera mendekat,

menatap Aryo dengan hormat.

Ada apa, Tuan?

Tolong cari tahu di rumah

keluargaku, apa yang dimakan

dan diminum Kinan kemarin,

perintah Aryo dengan nada

dingin namun terkendali. Dan

lakukan penyelidikan ini secara

diam-diam. Jangan sampai

Ayah, Ibu, atau Nenekku

mencurigai apa pun. Aku tidak

ingin mereka mengetahui hal ini

sebelum semuanya jelas.

Joni mengangguk tegas.

Baik, Tuan. Akan saya

laksanakan. Saya akan pastikan

tidak ada yang mencurigai

gerak-gerik saya.

Aryo memandangnya tajam,

lalu melanjutkan, Aku tidak

ingin ada kesalahan. Periksa

semua yang disajikan untuk

Kinan, dan pastikan apakah ada

pegawai di rumah itu yang

mungkin terlibat.

Siap, Tuan, jawab Joni

singkat sebelum berpamitan

untuk pergi.

Joni segera keluar dari

kamar rawat Kinan dan mnenuju

mobilnya. Sebagai seseorang

yang pernah bekerja lama di

rumah keluarga Aryo sebelum

Aryo menikah, Joni sudah

mengenal semua pegawai lama

yang bekerja di sana. Dengan

pengalaman dan koneksi yang

dimilikinya, Joni yakin bisa

menggali informasi tanpa

menimbulkan kecurigaar

Sementara itu, Aryo tetap

setia duduk di samping Kinan,

menggenggam tangannya

dengan lembut. Wajahnya

tampak lelah, tetapi sorot

matanya penuh perhatian dan

rasa cenmas. Mbok Sumi, yang

duduk tak jauh dari mereka,

memandang Aryo dengan hati

yang iba. Sejak kecil, Aryo sudah

seperti anak sendiri baginya.

…

Tuan Aryo, panggil Mbok

Sumi lenmbut. Apa tidak

sebaiknya Tuan sarapan

terlebih dahulu? Tuan juga

harus memikirkan kesehatan

Tuan sendiri. Tuan baru saja

bangun dari pingsan. Mbok

tidak mnau Tuan ikut sakit

seperti Nona Kinan.

Aryo menatap Mbok Sumi

sejenak, lalu menggeleng pelan.

Tidak, Mbok. Aku tidak lapar,

jawabnya singkat, meski

wajahnya masih menunjukkan

kelelahan.

Tapi, Tuan… Mbok Sumi

mencoba melanjutkan, namun

Aryo memotong ucapannya.

Nggak apa-apa, Mbok. Aku

baik-baik saja, tegas Aryo,

kembali memusatkan

perhatiannya pada Kinan.

Mbok Sumi menghela napas

panjang, tahu betul bahwa Aryo

bisa sangat keras kepala.

Baiklah, kalau begitu, Mbok ke

kantin sebentar ya, Tuan. Nanti

sekalian Mbok belikan kopi dan

cemilan buat Tuan, ujarnya

dengan nada mengalah.

Aryo hanya mengangguk,

memberi isyarat setuju. Setelah

itu, Mbok Sumi pun beranjak

keluar dari kamar, berjalan

menuju kantin rumah sakit.

 

Tak lama setelah kepergian

Mbok Sumi, Aryo merasa

genggaman tangan Kinan di

tangannya perlahan menguat.

la segera menoleh dan melihat

Kinan mnulai menggerakkan

jemarinya, lalu perlahan

membuka matanya.

Kinan! seru Aryo dengan

nada penuh rasa lega. Ia

mendekatkan wajahnya ke arah

Kinan, senyuman kecil mulai

menghiasi wajahnya. Kamu

nggak apa-apa, kan?

Kinan menatap Aryo

dengan pandangan lemah. Aku

… di mana, Mas? tanyanya

dengan suara pelan.

…

Kamu di rumah sakit,

Kinan, jawab Aryo sambil

menatapnya dengan penuh

perhatian. Tadi malam kamu

mengalami pendarah.

Mendengar ucapan Aryo

seketika Kinan membelalakkan

matanya lalu mengelus

perutnya, anak kita bagaimana

Mas? tanya Kinan ketakutan.

Alhamdulillah, dia

baik-baik saja. Anak kita kuat,

Kinan. Dokter berhasil

menyelamatkannya,jawab

Aryo.

Mendengar hal itu, Kinan

tidak bisa menahan air matanya.

Syukurlah… Alhamdulillah..

isaknya pelan. Air matanya

jatuh, membasahi pipinya.

Campuran rasa takut, lega, dan

bahagia memenuhi hatinya.

Aryo mendekat, mengusap

lembut air mata yang

membasahi wajah Kinan.

Jangan menangis, Kinan. Yang

penting sekarang kamu dan

anak kita selamat. Kamu harus

istirahat, biar cepat pulih,

ujarnya dengan suara lembut

namun penuh tekad.

Kinan menggenggam

tangan Aryo lebih erat,

merasakan kehangatan dan

dukungan darinya. Dalam

hatinya, ia merasa bersyukur

memiliki Aryo di sisinya,

terutama dalam keadaan seperti

ini.

Setelah Kinan sedikit

tenang, Aryo menatapnya

dengan penuh keseriusan. Ia

tahu, ada sesuatu yang tidak

beres dengan kejadian yang

menimpa istrinya. Dengan

suara pelan namun tegas, ia

bertanya, Kinan, ceritakan

padaku. Bagaimana kamu bisa

sampai mengalami pendarahan

seperti tadi malam?

Kinan menatap Aryo

sejenak, lalu menarik napas

dalam-dalam sebelum

menjawab. Aku nggak tahu,

Mas. Tapi waktu itu, setelah

selesai kepergian mas Aryo, ada

pembantu yang mengantar

jamu untukku. Katanya, itu dari

Nenek, ujar Kinan pelan,

suaranya terdengar lemah.

Aryo mengerutkan kening.

Jamu? ulangnya, seolah ingin

memastikan.

….

Kinan mengangguk lemah.

Iya, Mas. Aku lalu

meminumnya karena nggak

enak kalau menolak pemberian

Nenek. Tapi rasanya memang

aneh… agak pahit, lanjutnya,

menunduk mengingat kejadian

itu. Baru beberapa menit

setelah meminumnya, aku

langsung muntah. Setelah itu,

perutku mulai terasa nggak

enak. Aku pikir cuma masuk

angin, jadi aku berbaring dan

mencoba tidur.

la berhenti sejenalk,

menggigit bibirnya untuk

menahan rasa takut yang

kembali muncul di hatinya.

Tapi semakin lama, rasa sakit di

perutku makin parah. Aku udah

nggak ingat lagi apa yang terjadi

setelah itu. Yang aku ingat

terakhir, Mbok Sumi datang,

dan setelah itu semuanya gelap.

Aryo mengepalkan

tangannya, mencoba menahan

gejolak emosi yang mulai

membuncah di dadanya. la

berusaha tetap tenang agar tidak

membuat Kinan semakin

tertekan. Kinan, siapa

pembantu yang mengantarkan

jamu itu? Apa kamu

mengenalnya? tanyanya,

suaranya lebih dalam dan serius.

Kinan menggeleng pelan.

Aku nggak tahu namanya Mas,

99

wajahnya asing. Aku belum

pernah nmelihat dia sebelumnya

66

Aryo mengangguk,

berusaha mencerna informasi

yang baru saja didengarnya.

Hatinya dipenuhi berbagai

pertanyaan dan kecurigaan.

Baiklah, Kinan. Kamu nggak

usah pikirkan ini dulu. Fokus

saja untuk istirahat dan

pulihkan kesehatanmu,

ucapnya, berusaha

menenangkan istrinya.

Namun dalam hati, Aryo

sudah mengambil keputusan. Ia

harus memastikan siapa orang

yang memberikan jamu itu

kepada Kinan dan apa malksud

di baliknya. Dengan tenang, ia

menggenggam tangan Kinan

lebih erat.

…

Begitu melihat Kinan sudah

siuman, ia langsung

menghampiri dan memeluknya

erat. Alhamdulillah, Nduk.

Akhirnya kamu sadar juga.

Mbok benar-benar takut sekali

saat melihat kamu pingsan dan

mengalami pendarahan

semalam, ucap Mbok Sumi

sambil terisak.

Kinan tersenyum lemah

sambil membalas pelukan Mbok

Sumi. Kinan sekarang udah

nggak apa-apa, Mbok. Terima

kasih ya, Mbok, sudah

nyelamatin Kinan dan anak

Kinan, ujarnya tulus.

Sama-sama, Nduk, jawab

Mbok Sumi sambil mengusap

lembut kepala Kinan. Mbok

justru sangat bersyukur kalian

berdua selamat. Kalau sampai

terjadi apa-apa sama kalian,

Mbok nggak tahu harus

bagaimana, ucapnya tulus, air

matanya kembali menetes.

Aryo yang menyaksikan

momen itu hanya tersenyum

tipis. Ia merasa sedikit lega

melihat hubungan hangat

antara Kinan dan Mbok Sumi.

Setelah beberapa saat, Aryo

berdiri dan berkata kepada

Kinan, Kinan, aku ke kantin

sebentar ya, untuk beli makan.

Kamu di sini dulu sama Mbok

Sumi.

Kinan mengangguk pelan.

Iya Mas. Janan lama-lama ya.

Aryo menoleh kepada Mbok

Sumi. Mbok, tolong jaga Kinan.

Kalau ada apa-apa, langsung

hubungi saya, pesannya

sebelum melangkah keluar

kamar.

…

Sampai di luar kamar, Aryo

mengeluarkan ponselnya dan

segera menghubungi Joni. Tak

butuh waktu lama, panggilan itu

diangkat.

Halo, ada apa, Tuan?

tanya Joni di seberang telepon.

Joni, tadi Kinan bilang

kalau semalam ada seorang

pembantu yang memberinya

jamu. Katanya, itu atas suruhan

Nenek, Aryo berhenti sejenak,

suaranya terdengar tegas. Tapi

aku tidak percaya. Nenek tidak

suka jamu sejak dulu, jadi tidak

mungkin dia menyuruh

memberikan jamu ke Kinan.

Baik tuan, saya akan

mengecek CCTV di sekitar

kamar tuan Aryo. Saya akan

mencari tahu siapa pembantu

yang membavwa jamu itu ke

nona Kinan, lalu menangkap

dan menginterogasinya, jawab

Joni mantap.

Lakukan secara hati-hati

dan diam-diam Joni, jangan

sampai menimbulkan

kecurigaan dan kegaduhan

dirumah, perintah Aryo tegas.

Setelah memastikan Joni

mengerti perintahnya, Aryo

memutuskan panggilan telepon.

la menggenggam ponselnya erat,

matanya menyiratkan tekad

kuat untuk mengungkap siapa

yang telah mencoba mencelakai

istri dan anaknya. Siapapun

yang terlibat dalam ini, aku

tidak akan tinggal diam, pikir

Aryo dengan penuh amarah

yang ia tahan.

Joni yang mendapatkan

perintah dari Aryo langsung

menuju ke ruang kontrol CCTV

di rumah keluarga Aryo. Begitu

sampai, ia mendapati Pak Suryo,

kepala keamanan rumah

keluarga itu, sedang memeriksa

laporan pagi.

Pagi, Pak, sapa Joni

sambil mengetuk pintu ruangan

tersebut.

…

Oh, Mas Joni. Kok

pagi-pagi sudah sampai sini?

Bukannya sekarang Mas Joni

bekerja dengan Tuan Aryo?

tanya Palk Suryo dengan nada

ramah sekaligus penasaran.

Joni tersenyum kecil lalu

mengangguk. Iya, Pak.

Sekarang saya jadi pengawal

pribadi istri mudanya Tuan

Aryo. Tapi, saya ke sini karena

ada perintah langsung dari

beliau, jelas Joni.

Pak Suryo mengangkat alis,

penasaran. Ada apa ya, Mas?

Kok sampai dapat perintah ke

sini? tanyanya.

Joni mendekat ke meja Pak

Suryo, suaranya menurun

sedikit. Begini, Pak. Tadi

malam, istri muda Tuan Aryo,

Nona Kinan, diberi jamu oleh

seorang pembantu. Jadi, beliau

minta saya memeriksa CCTV

untuk tahu siapa pembantu

yang mengantarkan jamu itu,

jelas Joni singkat.

Pak Suryo mendengarkan

dengan serius, lalu mengangguk.

Oh begitu. Ya sudah, mari kita

cek rekaman CCTV semalam,

ujarnya sambil mengarahkan

Joni ke layar monitor.

Pak Suryo memutar

rekaman CCTV di jam yang

dimaksud, tepat setelah Aryo

meninggalkan rumah. Tidak

butuh waktu lama, layar

monitor menamnpilkan seorang

pembantu berjalan ke arah

kamar Aryo dengan membawa

nampan berisi minuman.

Itu dia, Pak. Bisa

diperbesar gambarnya? pinta

Joni sambil menunjuk layar.

Pak Suryo memperbesar

gambar dan mengamati wajah

pembantu tersebut. Oh, itu

Ana. Pembantu baru. Kalau

nggak salah, dia mulai bekerja di

sini sekitar dua bulan yang lalu,

jelas Pak Suryo.

…

Joni mengangguk,

mencatat informasi terselbut

dalam pikirannya. Baik, Pak.

Kalau begitu, saya perlu salinan

rekaman CCTV ini. Bisa, kan,

Pak? pintanya tegas.

Bisa, Mas Joni. Tunggu

sebentar, jawab Pak Suryo

sambil mulai menyalin rekaman

itu ke flashdisk.

Setelah selesai, ia

menyerahkan salinan tersebut

kepada Joni. Ini, Mas. Semoga

bisa membantu, ucap Pak

Suryo.

Terima kasih, Pak. Saya

izin pergi dulu, tolong

rahasiakan hal ini ya, ujar Joni

sambil menyimpan flashdisk itu

dengan hati-hati.

Setelah berpamitan pada

pak Suryo, Joni segera berjalan

cepat menuju dapur,

langkahnya mantap namun

wajahnya menyiratkan

kegelisahan. Setibanya di dapur,

ia bertemu dengan Mbak Wati,

seorang pembantu senioryang

sudah lama bekerja di rumah itu.

Mbak, sapa Joni sambil

mendekati Mbak Wati.

Mbak Wati yang sedang

membereskan piring di rak

menoleh, sedikit terkejut. Eh,

Mas Joni! Tumben ke sini. Ada

apa, Mas? tanyanya ramah.

Joni berhenti di

hadapannya. Wajahnya serius,

membuat Mbak Wati

menghentikan kegiatannya

sejenak. Mbak Wati, pembantu

yang namanya Ana itu di mana

sekarang? tanyanya langsung

ke inti.

….

Ana? ulang Mbak Wati,

tampak berpikir sejenak. Oh,

dia lagi bersih-bersih di

belakang, Mas. Biasanya dia

bantu-bantu di area luar rumah.

Makanya nggak ada di dapur,

jelasnya sambil menunjuk ke

arah pintu belakang.

Joni mengangguk, lalu

berkata, Ehm, boleh minta

tolong nggak, Mbak? Tolong

panggilin Ana ke sini sebentar.

Mbak Wati tersenyum kecil,

meski terlihat bingung dengan

permintaan Joni. Oh, ya, Mas.

Tunggu sebentar, ya. Saya

panggilkan dia sekarang.

Dengan langkah sigap,

Mbak Wati pun pergi ke arah

belakang rumah untuk

memanggil Ana, meninggalkan

Joni yang berdiri mematung di

dapur, pikirannya berkecamuk

tentang apa yang akan ia

lakukan selanjutnya.

Walau sempat kebingungan,

Mbak Wati tidak berani

bertanva lebih laniut. Tak lama

kemudian, Mbak Wati muncul

dengan seorang pembantu muda

bernama Ana. Wajah Ana

terlihat bingung dan sedikit

tegang. Dengan tenang, namun

penuh maksud, Joni berkata,

Ana, bisa kamu ikut denganku

sebentar?

Ana menatap Mbak Wat,

wajahnya mencerminkan

kebimbangan dan ketakutan.

Melihat itu, Mbak Wati

mencoba menenangkan, Nggak

apa-apa, Ana. Mas Joni ini dulu

pegawai di sini juga. Dia

pengawal kepercayaan Tuan

Aryo,

Mendengar penjelasan itu,

Ana hanya mengangguk kecil

sebelum mengikuti langkah

Joni. Mereka menuju ke ruang

satpam yang terletak di bagian

depan rumah. Joni membuka

pintu dan menyuruh Ana duduk

di kursi di tengabh ruangan,

sementara ia sendiri memilih

duduk di depannya, menatap

Ana dengan tajam.

….

Ana merasa semakin gelisah.

Perasaan takut bercanpur

bingung menghantui

pikirannya. la ingin bertanya,

namun ketajaman tatapan Joni

membuat lidahnya kelu.

Setelah beberapa saat

hening, Joni akhirnya bicara,

suaranya tegas namun dingin,

Ana, siapa yang menyuruhmu

memberikan jamu tadi malam

kepada Non Kinan?

Ana, yang sejak tadi sudah

gemetar, semakin ketakutan. Ia

menunduk dalam-dalam,

suaranya bergetar saat

menjawab, Itu, Mas… saya

diperintahkan oleh Bu Lasmi…

untuk memberikan jamu itu

kepada Non Kinan.

NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART50)
Next Post: JANGAN OM (PART48)

Related Posts

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART54) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART26) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART2) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART17) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART28) Kisah Menarik
Ibu sambung ku ” ( 00 ) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme