JANGAN OM (PART49)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART49
…
..
.
Aryo memandang Mbok
Sumi dengan tatapan serius,
meski rasa khawatir masih
terpancar dari wajahnya. Apa
dokter mengatakan penyebab
Nona Kinan sampai pendarahan
mbok? tanyanya, suaranya
pelan tapi penuh tekanan.
Mbok Sumi menatap Aryo
sejenak sebelum menjawab.
Kata dokter, kemungkinan
Nona Kinan meminum atau
memakan sesuatu yang dapat
memicu kontraksi hingga
menyebabkan pendarahan. Tapi
untungnya dosisnya kecil, jadi
tidak terlalu berpengaruh pada
kandungannya. Namun, karena
sebelumnya kandungan Nona
Kinan sudah lemah, hal ini jadi
memperburuk keadaan.
Mata Aryo menyipit.
…
Pikirannya langsung berputar
dengan dugaan-dugaan yang
membuat dadanya terasa panas.
Jadi, ini karena disengaja,
gumam Aryo pelan, namun jelas
terdengar oleh Mbok Sumi.
Lalu Joni pun menyahut,
Tadi malam, Dokter sudah
melakukan tes darah pada Nona
Kinan tuan. Hasilnya ternyata
memang benar, ada kandungan
Zat yang masuk kedalam tubuh
non Kinan yang memicu
kontraksi.
la menghela napas panjang
dan memanggil Joni yang
berdiri tak jauh darinya. Joni.
Joni segera mendekat,
menatap Aryo dengan hormat.
Ada apa, Tuan?
Tolong cari tahu di rumah
keluargaku, apa yang dimakan
dan diminum Kinan kemarin,
perintah Aryo dengan nada
dingin namun terkendali. Dan
lakukan penyelidikan ini secara
diam-diam. Jangan sampai
Ayah, Ibu, atau Nenekku
mencurigai apa pun. Aku tidak
ingin mereka mengetahui hal ini
sebelum semuanya jelas.
Joni mengangguk tegas.
Baik, Tuan. Akan saya
laksanakan. Saya akan pastikan
tidak ada yang mencurigai
gerak-gerik saya.
Aryo memandangnya tajam,
lalu melanjutkan, Aku tidak
ingin ada kesalahan. Periksa
semua yang disajikan untuk
Kinan, dan pastikan apakah ada
pegawai di rumah itu yang
mungkin terlibat.
Siap, Tuan, jawab Joni
singkat sebelum berpamitan
untuk pergi.
Joni segera keluar dari
kamar rawat Kinan dan mnenuju
mobilnya. Sebagai seseorang
yang pernah bekerja lama di
rumah keluarga Aryo sebelum
Aryo menikah, Joni sudah
mengenal semua pegawai lama
yang bekerja di sana. Dengan
pengalaman dan koneksi yang
dimilikinya, Joni yakin bisa
menggali informasi tanpa
menimbulkan kecurigaar
Sementara itu, Aryo tetap
setia duduk di samping Kinan,
menggenggam tangannya
dengan lembut. Wajahnya
tampak lelah, tetapi sorot
matanya penuh perhatian dan
rasa cenmas. Mbok Sumi, yang
duduk tak jauh dari mereka,
memandang Aryo dengan hati
yang iba. Sejak kecil, Aryo sudah
seperti anak sendiri baginya.
…
Tuan Aryo, panggil Mbok
Sumi lenmbut. Apa tidak
sebaiknya Tuan sarapan
terlebih dahulu? Tuan juga
harus memikirkan kesehatan
Tuan sendiri. Tuan baru saja
bangun dari pingsan. Mbok
tidak mnau Tuan ikut sakit
seperti Nona Kinan.
Aryo menatap Mbok Sumi
sejenak, lalu menggeleng pelan.
Tidak, Mbok. Aku tidak lapar,
jawabnya singkat, meski
wajahnya masih menunjukkan
kelelahan.
Tapi, Tuan… Mbok Sumi
mencoba melanjutkan, namun
Aryo memotong ucapannya.
Nggak apa-apa, Mbok. Aku
baik-baik saja, tegas Aryo,
kembali memusatkan
perhatiannya pada Kinan.
Mbok Sumi menghela napas
panjang, tahu betul bahwa Aryo
bisa sangat keras kepala.
Baiklah, kalau begitu, Mbok ke
kantin sebentar ya, Tuan. Nanti
sekalian Mbok belikan kopi dan
cemilan buat Tuan, ujarnya
dengan nada mengalah.
Aryo hanya mengangguk,
memberi isyarat setuju. Setelah
itu, Mbok Sumi pun beranjak
keluar dari kamar, berjalan
menuju kantin rumah sakit.
Tak lama setelah kepergian
Mbok Sumi, Aryo merasa
genggaman tangan Kinan di
tangannya perlahan menguat.
la segera menoleh dan melihat
Kinan mnulai menggerakkan
jemarinya, lalu perlahan
membuka matanya.
Kinan! seru Aryo dengan
nada penuh rasa lega. Ia
mendekatkan wajahnya ke arah
Kinan, senyuman kecil mulai
menghiasi wajahnya. Kamu
nggak apa-apa, kan?
Kinan menatap Aryo
dengan pandangan lemah. Aku
… di mana, Mas? tanyanya
dengan suara pelan.
…
Kamu di rumah sakit,
Kinan, jawab Aryo sambil
menatapnya dengan penuh
perhatian. Tadi malam kamu
mengalami pendarah.
Mendengar ucapan Aryo
seketika Kinan membelalakkan
matanya lalu mengelus
perutnya, anak kita bagaimana
Mas? tanya Kinan ketakutan.
Alhamdulillah, dia
baik-baik saja. Anak kita kuat,
Kinan. Dokter berhasil
menyelamatkannya,jawab
Aryo.
Mendengar hal itu, Kinan
tidak bisa menahan air matanya.
Syukurlah… Alhamdulillah..
isaknya pelan. Air matanya
jatuh, membasahi pipinya.
Campuran rasa takut, lega, dan
bahagia memenuhi hatinya.
Aryo mendekat, mengusap
lembut air mata yang
membasahi wajah Kinan.
Jangan menangis, Kinan. Yang
penting sekarang kamu dan
anak kita selamat. Kamu harus
istirahat, biar cepat pulih,
ujarnya dengan suara lembut
namun penuh tekad.
Kinan menggenggam
tangan Aryo lebih erat,
merasakan kehangatan dan
dukungan darinya. Dalam
hatinya, ia merasa bersyukur
memiliki Aryo di sisinya,
terutama dalam keadaan seperti
ini.
Setelah Kinan sedikit
tenang, Aryo menatapnya
dengan penuh keseriusan. Ia
tahu, ada sesuatu yang tidak
beres dengan kejadian yang
menimpa istrinya. Dengan
suara pelan namun tegas, ia
bertanya, Kinan, ceritakan
padaku. Bagaimana kamu bisa
sampai mengalami pendarahan
seperti tadi malam?
Kinan menatap Aryo
sejenak, lalu menarik napas
dalam-dalam sebelum
menjawab. Aku nggak tahu,
Mas. Tapi waktu itu, setelah
selesai kepergian mas Aryo, ada
pembantu yang mengantar
jamu untukku. Katanya, itu dari
Nenek, ujar Kinan pelan,
suaranya terdengar lemah.
Aryo mengerutkan kening.
Jamu? ulangnya, seolah ingin
memastikan.
….
Kinan mengangguk lemah.
Iya, Mas. Aku lalu
meminumnya karena nggak
enak kalau menolak pemberian
Nenek. Tapi rasanya memang
aneh… agak pahit, lanjutnya,
menunduk mengingat kejadian
itu. Baru beberapa menit
setelah meminumnya, aku
langsung muntah. Setelah itu,
perutku mulai terasa nggak
enak. Aku pikir cuma masuk
angin, jadi aku berbaring dan
mencoba tidur.
la berhenti sejenalk,
menggigit bibirnya untuk
menahan rasa takut yang
kembali muncul di hatinya.
Tapi semakin lama, rasa sakit di
perutku makin parah. Aku udah
nggak ingat lagi apa yang terjadi
setelah itu. Yang aku ingat
terakhir, Mbok Sumi datang,
dan setelah itu semuanya gelap.
Aryo mengepalkan
tangannya, mencoba menahan
gejolak emosi yang mulai
membuncah di dadanya. la
berusaha tetap tenang agar tidak
membuat Kinan semakin
tertekan. Kinan, siapa
pembantu yang mengantarkan
jamu itu? Apa kamu
mengenalnya? tanyanya,
suaranya lebih dalam dan serius.
Kinan menggeleng pelan.
Aku nggak tahu namanya Mas,
99
wajahnya asing. Aku belum
pernah nmelihat dia sebelumnya
66
Aryo mengangguk,
berusaha mencerna informasi
yang baru saja didengarnya.
Hatinya dipenuhi berbagai
pertanyaan dan kecurigaan.
Baiklah, Kinan. Kamu nggak
usah pikirkan ini dulu. Fokus
saja untuk istirahat dan
pulihkan kesehatanmu,
ucapnya, berusaha
menenangkan istrinya.
Namun dalam hati, Aryo
sudah mengambil keputusan. Ia
harus memastikan siapa orang
yang memberikan jamu itu
kepada Kinan dan apa malksud
di baliknya. Dengan tenang, ia
menggenggam tangan Kinan
lebih erat.
…
Begitu melihat Kinan sudah
siuman, ia langsung
menghampiri dan memeluknya
erat. Alhamdulillah, Nduk.
Akhirnya kamu sadar juga.
Mbok benar-benar takut sekali
saat melihat kamu pingsan dan
mengalami pendarahan
semalam, ucap Mbok Sumi
sambil terisak.
Kinan tersenyum lemah
sambil membalas pelukan Mbok
Sumi. Kinan sekarang udah
nggak apa-apa, Mbok. Terima
kasih ya, Mbok, sudah
nyelamatin Kinan dan anak
Kinan, ujarnya tulus.
Sama-sama, Nduk, jawab
Mbok Sumi sambil mengusap
lembut kepala Kinan. Mbok
justru sangat bersyukur kalian
berdua selamat. Kalau sampai
terjadi apa-apa sama kalian,
Mbok nggak tahu harus
bagaimana, ucapnya tulus, air
matanya kembali menetes.
Aryo yang menyaksikan
momen itu hanya tersenyum
tipis. Ia merasa sedikit lega
melihat hubungan hangat
antara Kinan dan Mbok Sumi.
Setelah beberapa saat, Aryo
berdiri dan berkata kepada
Kinan, Kinan, aku ke kantin
sebentar ya, untuk beli makan.
Kamu di sini dulu sama Mbok
Sumi.
Kinan mengangguk pelan.
Iya Mas. Janan lama-lama ya.
Aryo menoleh kepada Mbok
Sumi. Mbok, tolong jaga Kinan.
Kalau ada apa-apa, langsung
hubungi saya, pesannya
sebelum melangkah keluar
kamar.
…
Sampai di luar kamar, Aryo
mengeluarkan ponselnya dan
segera menghubungi Joni. Tak
butuh waktu lama, panggilan itu
diangkat.
Halo, ada apa, Tuan?
tanya Joni di seberang telepon.
Joni, tadi Kinan bilang
kalau semalam ada seorang
pembantu yang memberinya
jamu. Katanya, itu atas suruhan
Nenek, Aryo berhenti sejenak,
suaranya terdengar tegas. Tapi
aku tidak percaya. Nenek tidak
suka jamu sejak dulu, jadi tidak
mungkin dia menyuruh
memberikan jamu ke Kinan.
Baik tuan, saya akan
mengecek CCTV di sekitar
kamar tuan Aryo. Saya akan
mencari tahu siapa pembantu
yang membavwa jamu itu ke
nona Kinan, lalu menangkap
dan menginterogasinya, jawab
Joni mantap.
Lakukan secara hati-hati
dan diam-diam Joni, jangan
sampai menimbulkan
kecurigaan dan kegaduhan
dirumah, perintah Aryo tegas.
Setelah memastikan Joni
mengerti perintahnya, Aryo
memutuskan panggilan telepon.
la menggenggam ponselnya erat,
matanya menyiratkan tekad
kuat untuk mengungkap siapa
yang telah mencoba mencelakai
istri dan anaknya. Siapapun
yang terlibat dalam ini, aku
tidak akan tinggal diam, pikir
Aryo dengan penuh amarah
yang ia tahan.
Joni yang mendapatkan
perintah dari Aryo langsung
menuju ke ruang kontrol CCTV
di rumah keluarga Aryo. Begitu
sampai, ia mendapati Pak Suryo,
kepala keamanan rumah
keluarga itu, sedang memeriksa
laporan pagi.
Pagi, Pak, sapa Joni
sambil mengetuk pintu ruangan
tersebut.
…
Oh, Mas Joni. Kok
pagi-pagi sudah sampai sini?
Bukannya sekarang Mas Joni
bekerja dengan Tuan Aryo?
tanya Palk Suryo dengan nada
ramah sekaligus penasaran.
Joni tersenyum kecil lalu
mengangguk. Iya, Pak.
Sekarang saya jadi pengawal
pribadi istri mudanya Tuan
Aryo. Tapi, saya ke sini karena
ada perintah langsung dari
beliau, jelas Joni.
Pak Suryo mengangkat alis,
penasaran. Ada apa ya, Mas?
Kok sampai dapat perintah ke
sini? tanyanya.
Joni mendekat ke meja Pak
Suryo, suaranya menurun
sedikit. Begini, Pak. Tadi
malam, istri muda Tuan Aryo,
Nona Kinan, diberi jamu oleh
seorang pembantu. Jadi, beliau
minta saya memeriksa CCTV
untuk tahu siapa pembantu
yang mengantarkan jamu itu,
jelas Joni singkat.
Pak Suryo mendengarkan
dengan serius, lalu mengangguk.
Oh begitu. Ya sudah, mari kita
cek rekaman CCTV semalam,
ujarnya sambil mengarahkan
Joni ke layar monitor.
Pak Suryo memutar
rekaman CCTV di jam yang
dimaksud, tepat setelah Aryo
meninggalkan rumah. Tidak
butuh waktu lama, layar
monitor menamnpilkan seorang
pembantu berjalan ke arah
kamar Aryo dengan membawa
nampan berisi minuman.
Itu dia, Pak. Bisa
diperbesar gambarnya? pinta
Joni sambil menunjuk layar.
Pak Suryo memperbesar
gambar dan mengamati wajah
pembantu tersebut. Oh, itu
Ana. Pembantu baru. Kalau
nggak salah, dia mulai bekerja di
sini sekitar dua bulan yang lalu,
jelas Pak Suryo.
…
Joni mengangguk,
mencatat informasi terselbut
dalam pikirannya. Baik, Pak.
Kalau begitu, saya perlu salinan
rekaman CCTV ini. Bisa, kan,
Pak? pintanya tegas.
Bisa, Mas Joni. Tunggu
sebentar, jawab Pak Suryo
sambil mulai menyalin rekaman
itu ke flashdisk.
Setelah selesai, ia
menyerahkan salinan tersebut
kepada Joni. Ini, Mas. Semoga
bisa membantu, ucap Pak
Suryo.
Terima kasih, Pak. Saya
izin pergi dulu, tolong
rahasiakan hal ini ya, ujar Joni
sambil menyimpan flashdisk itu
dengan hati-hati.
Setelah berpamitan pada
pak Suryo, Joni segera berjalan
cepat menuju dapur,
langkahnya mantap namun
wajahnya menyiratkan
kegelisahan. Setibanya di dapur,
ia bertemu dengan Mbak Wati,
seorang pembantu senioryang
sudah lama bekerja di rumah itu.
Mbak, sapa Joni sambil
mendekati Mbak Wati.
Mbak Wati yang sedang
membereskan piring di rak
menoleh, sedikit terkejut. Eh,
Mas Joni! Tumben ke sini. Ada
apa, Mas? tanyanya ramah.
Joni berhenti di
hadapannya. Wajahnya serius,
membuat Mbak Wati
menghentikan kegiatannya
sejenak. Mbak Wati, pembantu
yang namanya Ana itu di mana
sekarang? tanyanya langsung
ke inti.
….
Ana? ulang Mbak Wati,
tampak berpikir sejenak. Oh,
dia lagi bersih-bersih di
belakang, Mas. Biasanya dia
bantu-bantu di area luar rumah.
Makanya nggak ada di dapur,
jelasnya sambil menunjuk ke
arah pintu belakang.
Joni mengangguk, lalu
berkata, Ehm, boleh minta
tolong nggak, Mbak? Tolong
panggilin Ana ke sini sebentar.
Mbak Wati tersenyum kecil,
meski terlihat bingung dengan
permintaan Joni. Oh, ya, Mas.
Tunggu sebentar, ya. Saya
panggilkan dia sekarang.
Dengan langkah sigap,
Mbak Wati pun pergi ke arah
belakang rumah untuk
memanggil Ana, meninggalkan
Joni yang berdiri mematung di
dapur, pikirannya berkecamuk
tentang apa yang akan ia
lakukan selanjutnya.
Walau sempat kebingungan,
Mbak Wati tidak berani
bertanva lebih laniut. Tak lama
kemudian, Mbak Wati muncul
dengan seorang pembantu muda
bernama Ana. Wajah Ana
terlihat bingung dan sedikit
tegang. Dengan tenang, namun
penuh maksud, Joni berkata,
Ana, bisa kamu ikut denganku
sebentar?
Ana menatap Mbak Wat,
wajahnya mencerminkan
kebimbangan dan ketakutan.
Melihat itu, Mbak Wati
mencoba menenangkan, Nggak
apa-apa, Ana. Mas Joni ini dulu
pegawai di sini juga. Dia
pengawal kepercayaan Tuan
Aryo,
Mendengar penjelasan itu,
Ana hanya mengangguk kecil
sebelum mengikuti langkah
Joni. Mereka menuju ke ruang
satpam yang terletak di bagian
depan rumah. Joni membuka
pintu dan menyuruh Ana duduk
di kursi di tengabh ruangan,
sementara ia sendiri memilih
duduk di depannya, menatap
Ana dengan tajam.
….
Ana merasa semakin gelisah.
Perasaan takut bercanpur
bingung menghantui
pikirannya. la ingin bertanya,
namun ketajaman tatapan Joni
membuat lidahnya kelu.
Setelah beberapa saat
hening, Joni akhirnya bicara,
suaranya tegas namun dingin,
Ana, siapa yang menyuruhmu
memberikan jamu tadi malam
kepada Non Kinan?
Ana, yang sejak tadi sudah
gemetar, semakin ketakutan. Ia
menunduk dalam-dalam,
suaranya bergetar saat
menjawab, Itu, Mas… saya
diperintahkan oleh Bu Lasmi…
untuk memberikan jamu itu
kepada Non Kinan.
NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts