Tetangga menggoda ( part5 )
Isi Postingan:
Tetangga menggoda part5
… ceritadewasa ..
.
.
.
Setelah mengumpukan sisa-sisa nywa, aku
beranjak mendekati jendela. Menggeser gorden
ke kanan kiri, kemudian membuka kaca
jendelanya, agar udara yang ada di kamarku
berganti oksigen yang masih suci, belum
bergumul dengan debu.
Aku masih berdiri di dekat jendela. Menghirup
udara pagi dalam-dalam, kemudian
kuhembuskan perlahan. Ah, segarnya.
Aku tercengang ketika tak sengaja melihat sosok
bayangan bidadari. Tangan pun reflek mengucek
mata ini, demi memastikan apa yang kulihat itu
benar-benar manusia atau bukan. Kakinya
menyentuh tanah, berarti itu beneran Mbak Rifani.
Bukan bidadari yang menjelma perempuan yang
menjadi tetangga baruku, haish. Namun,
bagaimana bisa dia secantik itu yaa Allah?
Perempuan itu sedang melakukan olah raga
ringan di halaman rumahnya. Namun, ada yang
berbeda. Kali ini dia sendirian, padahal biasanya
ngapa-ngapain selalu sama suami, kayak amplop ma perangkonya. Apa sang suami sedang keluar
kota ya? batinku menduga-duga.
Perempuan yang sedang menggerak-gerakkan
kaki dan tangannya itu menggunakan tank top
sports dari bahan polyester dipadu dengan
legging sebatas betis.
Dengan pakaian seperti itu, setiap lekuk dari
tubuhnya yang padat berisi terpampang nyata.
Mbak Rifani mempunyai tinggi yang seimbang
dengan berat badan, sehingga membuatnya
terlihat ideal.
Lengan yang tak tertutup kain, begitu bening
mengkilau ketika terpapar semburat matahari
pagi. Kelihatan sekali kalau kulit itu selalu
mendapat perawatan yang baik.
Wajahnya masih saja terlihat seperti abege.
Meski kata Angga, umurnya sudah menginjak
angka dua puluh empat. Lima tahun lebih tua
dibandingkan denganku. Namun, jika dijejerkan
berdua, pasti orang-orang pada mengira kalau
kami sepasang kekasih. Ahaii.
Setiap pahatan pada wajahnya seolah terciptatanpa cela. Hidung bangir didukung dengan
bbirnya yang sedikit tebal berisi. Hmm sksinya,
cokotable banget. Eh astagfirullah, mikir apa sih
aku ini? Ingat, perempuan itu adalah istri orang!
Tiba-tiba telingaku sebelah kiri terasa panas.
Ketika kuusap, ada tangan lain yang sedang
menjamah di sana. Aku pun menoleh, ternyata
Emak sudah berada di belakangku. Jari-jarinya
belum selesei menjewer.
Auh, Mak, sakit, Mak. Kugenggam tangan Emak,
lalu kuturunkan perlahan.
Salah sendiri, dipanggilin dari tadi, kagak nyaut-
nyaut, tandas Emak, sewot, Lagian, lagi liatin
apa lu? Sampai bengong kayak gitu. Emak
memajukan kepalanya mendekati jendela,
celingak celinguk mencari sesuatu yang dirasa
aneh.
Mampus aku, kalau Emak sampai melihat Mbak
Rifani di sana, pasti bakal mikir yang macem-
macem tentangku. Aampuuuuun, Mak. Aku
khilaaf.
…
LANJUT GA NIH
Related: Explore more posts