Tetangga menggoda (PART15)
Isi Postingan:
Tetangga menggoda PART15
… ceritadewasa ..
.
.
.
Mbak, boleh gombalin, Mbak Rifani gak?
tanyaku ketika Mbak Rifani sudah bisa mengatasi
kesedihannya.
Gombalin apa? Mana coba? Dih, Mbak Rifani
malah nantangin. Gas aja lah, siapa tahu Mbak
cantik ini bisa ceria lagi setelah kugombali.
Walau esok pagi aku akan tenggelam, tapi
percayalah hari ini, esok, atau nanti aku akan
mendatangimu kembali, karena aku telah tercipta
untukmu. Perempuan yang berstatus istri orang
ini mulai tersenyum.
Aku berpikir sejenak, mencari diksi yang pas.
Entah kenapa kalimat ini yang ketemu, Ketika
harap telah menyelimuti kalbu, semoga kamu tak
hirap dimakan waktu. Asyik, senyumnya mulai
lebar.
Mbak, tau gak, apa bedanya kunang-kunang
sama, Mbak Rif?
Apa?
Kunang-kunang bersinar di kebun tetangga, kalo
Mbak Rif bersinar di hatiku. Awokawokawoo.
Tau gak, Mbak, kenapa malam ini, begitu
terang? tanyaku lagi.
Karena ada saya? jawabnya yang bernada
tanya.
Karena kita sedang ada di taman kota, kalo
lampunya gak dinyalakan, keindahan taman gak akan terlihat. Hihi.
Yaaah…. Perempuan itu nampak kecewa.
Biar kutebak, dua bulan lagi, ultahnya, Mbak
Rifani, ‘kan?
Loh, kok tahu? Perempuan di hadapanku
mengernyitkan alis.
Karena nama lengkap, Mbak, Rifani Oktavia.
Pasti lahirnya di bulan Oktober. Hehe.
Yaaa … jadi mudah ketebak ya? Haha.
Mbak, tau gak, perbedaan umur kita berapa?
Berapa?
Satu tahun. Aku sembilan belas, Mbak, delapan
belas, jawabku merayu.
Salah. Kali ini, dia ngakak.
Bener loh, coba lihat ini! Kutunjukkan jepretan
hasil nyuri yang baru saja kulakukan.
Mbak Rifani melongok demi melihat gambar yang
ada di gawai. Setelahnya dia tersipu malu, pipinya
memerah. Tadi, aku sempat memfotonya ketika
sedang tersenyum cerah. Dalam waktu yang
singkat, aku berhasil mengedit fotonya dengan fotoku, hingga kami terlihat seakan-akan sedang
duduk berjejer.
Jam yang melingkar di pergelangan tangan
menunjukkan pukul setengah sepuluh, ketika aku
mengantar Mbak Rifani sampai ke depan pintu
rumahnya.
Sesampainya di rumahku sendiri, aku langsung
merebahkan diri di kamar. Sengaja mengunci
pintunya, sebelum Emak menghampiri dengan
ribuan pertanyaan dan omelan.
Malam ini, untuk pertama kalinya aku begitu
dekat dengan perempuan cantik itu. Aku
merayunya habis-habisan, tapi perempuan itu
hanya menganggapnya guyonan. Gak ditanggapi
dengan serius, karena memang dia hanya
menganggapku seorang adik. Syukurlah… jika dia
beneran baper, bisa-bisa aku mendapat stempel
pebinor sejati. Ah gila.
Mbak Rifani juga banyak bercerita. Katanya
pernikahan mereka sudah berlangsung selama
tiga tahun. Namun, akhir-akhir ini hubungan itu
tak sehangat dulu. Apalagi ia sempat melihat
sesuatu yang aneh dari dalam saku suaminya.
Related: Explore more posts