Tetangga menggoda (part11)
Isi Postingan:
Tetangga menggoda part11
…TRUESTORY..
.
.
.
Di sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam.
Aku lebih fokus ke jalanan, daripada menuruti
kecanggungan yang tercipta.
Gak begitu banyak kendaraan yang melewati
aspal ini, perjalanan kami pun begitu tenang
sebelum tiba-tiba ada seorang ibu-ibu berjilbab
lebar yang membelokkan kendaraannya ke kanan,
padahal lampu seinnya mengarah ke kiri.
Sial, aku yang gak menduga sebelumnya, jadi
kehilangan keseimbangan.
Untungnya, dengan cepat aku bisa
mengendalikan kepanikan yang sempat
menguasai otak.
Segera kututup gas dengan cepat, dan tarik rem
depan hingga penuh. Dalam jeda sepersekian
detik, aku langsung menekan rem belakang
hingga penuh sebelum memastikan kondisi
motor dan posisi ban sedang lurus, agar motor
gak ngesot.
Kuda besi yang kukendarai berhenti dengan
cepat, membuat penumpang di belakang ikut
terdorong maju. Dengan cekatan, kedua lengan
Mbak Rifani mendekap pertku. Reflek yang
pintar, dengan begitu penumpang di belakang gak
akan jatuh.
Namun, ada sesuatu yang berbeda. Aku
merasakan ada benda empuk yang menempel di
punggungku. Oh astaga, apakah itu… buah
mangga? Otakku mendadak beku ketika
menyadarinya.
Jedak-jeduk jantungku semakin gak beraturan,
mengalahkan getaran rasa takut ketika kami
hampir kecelakaan lalu lintas tadi dan itu
membuatku semakin frustasi. Jangan sampail
dedek ikut terbangun karena merasa terusik. Oh
Tuhan, aku harus bagaimana?
Rif, aku takut. Hiks hiks. Kulihat dari kaca spion,
mata Mbak Rifani masih terpejam. Aku bisa
merasakan detak jantungnya juga terpompa lebih
cepat. Sepertinya dia benar-benar ketakutan.
Aku segera menepi dan memasang penyangga
kaki motor.
Maaf ya, Mbak. Aku gak sengaja ngerem
mendadak. Kuputar tbuh dan segera
merengkuh tbuh berisi itu. Berharap perempuan
milik orang ini segera tenang. Bagaimanapun
juga, aku yang menyebabkannya ketakutan
seperti ini.
Mas Nata, ampun Mas. Semoga kamu gak
melihat kejadian ini. Percayalah, aku memeluk
istrimu hanya untuk membuatnya tenang. Bukan
untuk merebutnya darimu. Haish, aku berbicara
dengan diriku sendiri, karena kenyataannya Mas
Nata gak ada di tempat ini.
Setelah hati Mbak Rifani kembali tenang, kami
melanjutkan perjalanan hingga berhenti di
parkiran sebuah supermarket yang ada di kota ini.
Mbak Rifani gak membiarkanku menunggu di
parkiran, dia mengajakku masuk, Saya nggak
nyaman kalo di dalam sendirian, kelihatan banget
kalo nggak punya temen, ujarnya dengan
tampang memelas.
Ok lah, kali ini biar kutemani dia.
Related: Explore more posts