Tetangga menggoda (part10)
Isi Postingan:
Tetangga menggoda part10
… TRUE story…
.
.
.
Nyuruh lu nganterin dia ke supermarket, katanya
ada barang yang perlu dibeli. Sedangkan adiknya
selalu pulang malem-malem.
Oalah, Mbak Rifani mau make jasa ojek toh.
Kukira …
Aku sudah bersiap-siap mau mengetuk pintu
rumah Mbak Rifani, tapi tiba-tiba benda berbahan
kayu jati itu sudah terbuka, sebelum punggung
tanganku menyentuhnya.
Wajah Mbak Rifani mendominasi pupilku begitu
pintu terbuka lebar. Malam ini Mbak Rifani
berdandan ala kadarnya, tapi justru membuat
perempuan itu terlihat cantik alami, tanpa
pemanis buatan.
Perempuan yang tingginya menyamai telingaku
itu menggunakan kombinasi kaos lengan pendek
dan celana kulot. Kaos bagian bawah, ia
masukkan ke dalam kulot. Tampilannya terlihat
kasual dan santai.
Eh, Arif sudah datang rupanya, sapa perempuan
itu dengan mengulas senyum.
Iya, Mbak. Kata Emak, Mbak Rifani menyuruhku
ke sini setelah bakda magrib. Memangnya ada
apa Mbak? Aku pura-pura menanyakan hal yang
sebenarnya sudah kuketahui, untuk sekadar
basa-basi.
Oh iya, saya mau minta tolong, anterin belanja
ya. Tenang, nanti pasti saya bayar sesuai
ketentuan kok. Nyalain aja aplikasinya.
Memangnya, Mbak Rif gak papa dibonceng
pakai sepeda motor? tanyaku memastikan.
Soalnya, pas aku memuji-muji pasangan yang
selalu terlihat romantis dan bahagia itu, Angga
cenderung mengejek. Kata Angga, suami Mbak
Rifani tu cemburuan banget. Bahkan, Mbak Rif
gak dibolehin keluar rumah sendirian. Takut
istrinya digoda lelaki lain. Ah, kalau sayang mah,
memang bawaannya takut kehilangan, iya gak
sih?
Kenapa? Kamu berpikiran kalo saya gengsi naik
sepeda motor? Yaelah, Mbak Rifani malah
mengasumsikan pertanyaanku dengan hal yang
berbeda.
Bibirnya sedikit mengerucut, seolah menawarkan
untuk digigit. Pasti rasanya manis. Eh,
astagfirullah.
Ehmm bukan, bukan itu maksudku, Mbak. Hmm,
yaudah mari kuantar belanjanya. Akhirnya aku
pasrah saja, lagian ‘kan aku hanya dianggapnya
sebagai tukang ojek. Suaminya pasti memaklumi.
Malam ini, kali pertama aku membonceng
perempuan ayu yang sudah menjadi milik orang
itu. Meski Mbak Rifani enggan berpegangan
dengan pinggangku, tapi jarak kami begitu dekat,
bahkan tanpa sekat, dan itu membuat jantungku
jedak-jeduk gak karuan, hatiku resah.
Entah apa yang terjadi, padahal pas
membonceng penumpang yang merupakan
cewek-cewek SMA tadi, aku biasa saja. Aku bisa
bersikap profesional. Namun, kali ini … ah sial.
Di sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam.
.
.
Lanjut ga nih
ceritadewasa
novelsemi
selingkuh
foto
fotoai
text
bonus
fyp
foryou
Related: Explore more posts