Tetangga idaman (PART54)
Isi Postingan:
Tetangga idaman PART54
…Ceritadewasa…
.
.
.
Kubuang pandangan ke samping, ke arah kaca jendela mobil berwarna hitam. Dari sini, aku bisa melihat apa saja yang berada di luar sana hitam.
Sementara orang-orang yang wara-wiri di sekitar trotoar tidak bisa melihatku. Jika berlama-lama menatap manik Mas Nata, bisa-bisa aku jadi lemah dan menuruti apa yang dia mau begitu
saja.
.
.
.
Ok, saya akan menunggumu, Sayang. Mas Nata kembali ke . posisinya semula dan bersiap-siap melajukan mobil lagi.
Tidak seperti ketika berangkat ke bogor bersama Arif kemarin, perjalanan kali ini terasa lebih lama. Membawa mobil di kawasan macet,
Mas Nata tidak bisa leluasa salip sana salib sini. Mobil melaju dengan kecepatan dua puluh kilometer per jam, ditambah sebentar-sebentar
berhenti membuat semua badanku terasa pegal. Meski mobil ini ber-AC, entah kenapa aku masih saja merasa gerah dan mencim aroma asap kendaraan.
.
.
.
Perutku terasa mual karenanya.
Mas, ada plastik? tanyaku sambil menutup mulut menggunakan telapak tanganku sendiri.
Plastik? Mas Nata mengernyitkan alis.
Iya, plastik hitam. Saya pengen muntah.
Mendengar keluhku, lelaki yang berada di belakang kemudi itu langsung panik, Yang, kamu kenapa? Sakit lagi?
.
.
Plastik… plastik. Rasanya cairan
menjijikkan itu sudah hampir keluar dari pertku, tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaan basa-basi Mas Nata. Pria itu semakin panik dan segera mencari benda yang kumaksud.
.
.
Ini, Yang. Suamiku itu mengambil plastik bekas yang ada di jok belakang. Masih terlihat bersih,
tapi aku membayangkan jika plastik itu adalah plastik bekas pembelian alat pengaman yang berada di kamar hotel kemarin dan itu semakin
membuatku merasa mual.
Hoek, hoek!
Aku memuntahkan seluruh isi perutku ke dalam plastik yang tengah dipegang Mas Nata menggunakan kedua tangannya. Dia menatap miris ke arah wajahku.
Aneh, perasaan aku sudah memuntahkan semuanya, tapi kenapa plastik itu masih tetap ringan tanpa isi?
Yang, kamu mual?
Iya, tapi kok nggak ada makanan yang kumuntahkan ya? Padahal rasanya sangat mual.
Aku kembali menghempaskan punggung ke sandaran jok. Lemas sekali rasanya.
Mungkin kamu masuk angin, Yang. Dari pagi ‘kan memang belum kemasukan makanan. Kita mampir restoran dulu aja yaa?
.
.
Enggak, Mas. Saya nggak nfsu makan. Ingin segera pulang dan istirahat di rumah saja.
Setelahnya, aku lebih memilih memejamkan mata dan menutupi wajahku menggunakan penutup kepala pada hoodie yang tadi kubawa.
Aromanya segar sekali, aku suka. Aku
menikmati aroma itu hingga terdur.
Yang, bangun. !!!!
noteL..i..k..e.. mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts