Tetangga idaman (PART46)
Isi Postingan:
Tetangga idaman PART46
… TRUESTORY…
.
.
.
Udah… udah. Semua pasti akan baik-baik aja. Arif menepuk-nepuk pundakku.
Cukup lama kami duduk di lobi, hingga aku bisa mengatasi rasa sedih. Kuambil gawai dari dalam tas, mencoba menghubungi suami.
Panggilan yang pertama, terabaikan. Sementara panggilan ke dua malah direject. Beberapa saat kemudian,
.
.
.
muncul notif chat darinya, kubuka. Maaf ya, Yang. Mas lagi meeting dengan klien. Belum bisa nerima telepon. Dua emoticon love menjadi akhir dari kalimatnya.
Katanya, dia sedang meeting dengan klien, Rif. Aku memberitahu isi chat Mas Nata pada Arif
Hmm… Mbak, udah waktu zuhur. Mending kita nyari mushola dulu. Siapa tahu setelah mengadukan semua kegelisahan kita pada Tuhan, hati menjadi lebih tenang.
.
.
Ah iya, mungkin semua ini adalah peringatan untukku yang sering melupakan-NYA. Selama ini, aku memang sering absen, tanpa merasa
bersalah. Baru saja keluar dari pintu kaca,
tapi tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Akhirnya, kami memilih untuk kembali masuk lobi.
.
.
Bentar, biar kutanyakan pada resepsionis. Siapa tahu, ada mushola di dalam hotel ini, ujar Arif seraya berlalu. Tidak lama, dia kembali menghampiriku, Ada, Mbak. Di lantai tiga, bersebelahan dengan kamar penginapan.
Kami berdua masuk kotak besi yang berukuran dua kali tiga meter, lalu memencet angka tiga. Hati bergemuruh ketika melewati lorong panjang dengan gelaran karpet coklat di sepanjang lantai yang kupijak. Melihat pintu-pintu yang berada di sisi kanan kiri membuatku merinding.
.
.
.
Aktivitas macam apa yang terjadi di dalam sana? Aku jadi membayangkan, jika saja Mas Nata benar-benar ada di sini bersama selingkhannya. Hal apa yang harus kulakukan?
.
.
Rif, ini beneran, mushola ada di samping kamar penginapan? tanyaku ragu, karena biasanya mushola hotel itu berada di basement.
Berdampingan dengan tempat parkir.
Iya, Mbak. Kata resepsionisnya tadi, itu dulu memang bekas kamar yang udah gak kepake, makanya dimanfaatkan untuk mushola, terangnya. Tidak terasa sampai di satu ruangan dengan nomor yang disebutkan sebagai mushola. Kami pun masuk setelah menyopot alas kaki dan menaruhnya di tempat yang
sudah disediakan.
.
.
Ruangan ini sangat sepi, hanya ada kami berdua. Kamar mandi dan tempat wudhu berada di dalam.
Tempat salat pria dan wanita pun juga menjadi satu tanpa penyekat.
Hotel berbintang yang sangat luas dan mewah, tapi tempat salat ala kadarnya, batinku.
Arif mengajakku salat berjamaah dan aku menyetujuinya. Lantunan bacaan salat Arif membuatku berseri, suaranya merdu dan menentramkan.
.
.
Tidak terasa air mata menitik dan jatuh satu-satu. Mas Nata bahkan belum pernah mengajakku salat..
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
LANJUT PART 47
Related: Explore more posts