Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART8)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART8)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART8

…CERITADEWASA ..

.

.

.

Keterlaluan! ucap wanita yang

telah merawatku sedari bayi, matanya

menatapku kesal bercampur dengan

binar kesedihan.

Kenapa kau tak pulang? Ketika

orang tuamu meninggal, heh!

tukasnya. Aku menunggumu kembali

ke rumah ini, tapi kau malah menikah

dengan pria miskin. Coba lihat

keadaanmu? sudah seperti gembel!

ia mulai terisak. Lantas memeluk

tbuhku.

Aku terdiam tak menjawab,

membiarkannya menumpahkan

semua kekesalan dan kemarahannya

pada anak yang tak tahu diri ini.

Enam tahun lalu tepat usiaku dua

puluh dua tahun, mama Sandra

menceritakan semua asal usul siapa

aku sebenarnya. Ternyata aku bukan

anak kandung beliau, ia

mengadopsiku dari pasangan suami

istri miskin, Karso dan Sutijah yang

bekerja sebagai buruh tani harian

dikampung Cereme yang sekarang

aku tempati dengan mas Arman.

.

.

.

Kala itu, ketika di rumah sakit,

mama yang tak sengaja mencuri

dengar pembicaraan pasangan suami

istri yang tengah bersedih, karena di

vonis tidak bisa melahirkan normal

dan harus dioperasi.

Kedua pasangan itu hanya bisa

pasrah dengan keadaan. Melihat

keduanya yang seperti itu mama pun

menawarkan bantuan. Akan tetapi

pasangan suami dan istri itu menolak,

karena tak bisa mengembalikan biaya

operasi yang lumayan mahal.

Namun, dengan kesungguhan

mama pun dapat meyakinkan mereka,

bahwa semua biaya operasi itu gratis

dan tidak perlu dikembalikan.

Satu pekan kemudian, ibu Sutijah

-orang tua biologisku itu mengalami

kontraksi hebat dan dilarikan ke

rumah sakit. Mama yang kala itu di

beritahu oleh pak Karso-ayah

biologisku itu langsung menyusul dan

mengurus semua biaya operasi yang

dibutuhkan.

Operasi pun berjalan lancar,

lahirlah bayi perempuan nan cantik

yang mereka beri nama Lilis Haryanti.

Namun, ketika kedua pasangan suami

istri itu tahu jika mama adalah

seorang perempuan mandul, akhirnya

mereka menyerahkan bayi itu

padanya, sebagai jasa balas budi

mereka pada mama. Lagi pula,

keduanya mengaku tidak bisa

memberikan hidup yang layak pada

putrinya.

.

.

.

Hal itu membuat mama dan

almarhum papa Chandra Wijaya

sangat bahagia, karena pada akhirnya

memiliki seorang anak, walaupun

bukan dari rahimnya sendiri.

Setelah mendengar kebenaran

yang bertahun-tahun mama

sembunyikan dariku, aku pun meminta

izin untuk menemui orang tua

biologisku di kampung Cereme.

Saat pertama kali menginjakkan

kaki di desa di mana keduanya tinggal,

cukup membuatku miris setelah

melihat keadaan mereka. Rumah yang

orang tua kandungku itu tempati amat

sangat tak layak.

Rasa marah yang sempat ingin

aku luapkan, karena kenapa mereka

tega menitipkanku, hilang setelah

melihat keadaan mereka yang

benar-benar membuat iba.

Aku melangkah mendekat pada

rumah tua itu, mendorong pelan pintu

dari kayu yang sudah usang.

Mengintip dari luar-duanya tengah

menyantap makan siang dengan

sepiring nasi aking dan garam.

Tak tahan melihat pemandangan

di depanku, lantas aku memaksa

masuk dan menghambur memeluk

keduanya. Rasa marah yang ingin aku

tumpahkan pada keduanya pun

lenyap.

.

.

.

Kini aku memahami alasan

mereka menitipkanku pada mama,

karena keduanya tak mau putrinya ini

hidup dalam kesusahan.

Aku terus menangis dalam

pelukan ibu dan bapak. Awalnya

mereka bingung dengan sikapku, tapi

setelah menyebut nama Lilis,

keduanya pun ikut menangis

memelukku erat.

Setelah melihat keadaan mereka

yang begitu memprihatinkan, aku pun

memutuskan untuk kembali pada

orang tuaku menemani dan mengurus

mereka di hari tuanya dan mengganti

nama menjadi Lilis Haryanti kembali.

Mama mengizinkan keinginanku,

tapi dengan satu syarat, suatu saat

jika bapak dan ibu sudah tak ada lagi

di dunia ini aku harus kembali

padanya. Di sinilah awal mula

pertemuanku dengan mas Arman,

seorang guru honorer di kampung

Cereme, yang berlanjut hingga jenjang

pernikahan.

.

.

.

Kepribadian mas Arman yang

baik dan saleh, membuatku

merasakan detakan yang sebelumnya

tak pernah kurasa pada pria lain.

Sosoknya begitu membuatku kagum

dan tak mampu menolak pesonanya.

Saat mengetahui aku

menyukainya, ia cepat melamarku.

Katanya, cinta itu adalah nafsu, jadi

lebih baik segera menikah.

Mama sempat menentang

pernikahanku. Namun, aku yang waktu

itu sudah mantap dengan

keputusanku untuk menikah dan

tinggal di kampung ini, tak peduli

dengan ancaman mama, beliau tak

menganggapku sebagai anak lagi.

Akan tetapi ancaman itu hanya

sebagai gertakan saja, nyatanya beliau

masih sayang dan mengkhawatirkan

keadaanku. Itu terlihat dari caranya

mengirim seseorang untuk

memata-mataiku.

 

.

.

.

Kau terluka? tanya mama

setelah mengurai pelukannya dariku.

Jari-jari lentiknya menyentuh pelipisku

yang terluka bekas cakaran mbak Sari

waktu itu.

Aku menatap podcast hiburan keadaannya yang

masih sama tak jauh beda dengan

Kasandra seorang janda kaya

pengusaha kelas kakap yang gemar

dengan minuman beralkhol itu.

Sebenarnya ia bukanlah

peminum. Namun, semenjak kematian

papa ia di rundung kesedihan yang

amat dalam, dan alkhol ia jadikan

tempat untuk melupakan

kegalauannya.

Mulutmu bau alkhol, Ma,

kataku.

Dari dulu Mamamu memang

seperti ini, sayang. Mama duduk

sembari menuangkan wine ke dalam

gelas dan meminumnya.

Hentikan, Ma. Alkhol tidak baik

untuk kesehatanmu,! ungkapku

menyusulnya duduk di sofa.

la tergelak seolah apa yang

kukatakan tadi hannyalah sebuah

lelucon.

.

.

.

Sepertinya suami miskinmu itu

mendidikmu menjadi wanita salihah.

la tergelak kembali.

Mas Arman memang miskin, tapi

dia mengajariku banyak hal tentang

mengenal tuhan, balasku.

Apa kau bahagia dengannya?

Meski dia memberi kehidupan yang

tak layak untukmu dan putrimu?

desisnya, menahan marah. Dan kau

pikir hidup bersamaku itu tidak baik.’

Mama meletakkan gelasnya ke

atas meja, lantas kembali

menuangkan cairan beralkohol

sembari menahan amarah.

Nona! tiba-tiba salah satu

pelayan rumah ini muncul dalam

keadaan basah kuyup.

Ada apa? tanya mama tajam.

Itu, Non. Nona kecilnya nangis

terus, terangnya dengan tubuh

mengigil.

Kenapa kau basah seperti itu?

kembali mama bertanya pada si

pelayan tersebut.

.

.

.

Itu nyonya, nona kecil memaksa

mau menangkap ikan di kolam depan,

pas saya cegah saat dia mau turun,

saya justru ke peleset dan jatuh di

dalam kolam, terangnya.

Sekarang di mana Sila? tanyaku

sembari menghampiri pelayan

tersebut. Padahal tadi Suka kutitipkan

pada mas Danu. Dasar pria itu

memang menyebalkan.

.

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin

ceritadewasa

ceritanovel

mertuamenantu

menantuidaman

selingkuh

foto

fotoai

gambar

text

foryou


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART9)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART7)

Related Posts

JANGAN OM (PART8) Kisah Menarik
TETANGGA IDAMAN (PART29) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART26) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART36) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART52) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART38) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme