Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART7)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART7)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART7

…Ceritadewasa…

.

.

.

Siapa kau? tanya seseorang

tiba-tiba.

Mataku membulat saat menoleh

ke sumber suara, mas Arman. Pria itu

berdiri menjulang di ambang pintu

masuk, menatap tajam pada pria di

sebelahku.

Saat mas Arman mendekat,

dengan cepat kusembunyikan amplop

berisi uang tadi ke dalam kantong

daster.

Maaf, Anda siapa? suara mas

Arman mulai meninggi, karena tak

juga mendapat jawaban.

Lis, si-

Maaf saya salah kamar, tadi saya

pikir ini adalah kamar ponakan saya,

jawab pria yang masih berdiri di

sampingku.

Ah, iya Mas, bapak ini salah

kamar, timpalku, membenarkan

jawaban pria itu.

Mas Arman tak bersuara, hanya

matanya yang terus menatap ke arah

pria depannya dengan penuh selidik.

Usai kepergian pria tadi, kini

tatapan mas Arman berpindah

padaku. Matanya menatap penuh

curiga dan membuat diriku tak

nyaman.

Eh, Sila. Sudah bangun, Nak?

kataku mengalihkan, untunglah Sila

terbangun, jadi aku bisa menghindari

pertanyaannya yang akan membuatku

sulit untuk menjawab.

Sila mau minum? tanyaku

kembali, yang kemudian diangguki

bocah tiga tahun itu.

Mas Arman menghampiri Sila dan

mencim kening putrinya.

Sila sudah siap? sore si

cantiknya Abi sudah boleh pulang,

ucapnya sambil mencolek hidung

bangir milik Sila, lantas putriku

tersenyum senang.

.

.

.

Menyaksikan pemandangan

seperti ini sudah membuatku amat

sangat bersyukur, suami dan anakku

sehat itulah bahagiaku. ‘Maka nikmat

Rabb-mu yang manakah yang kau

dustakan? Bait ayat dari surah Ar

Rahman yang dulu sering almarhum

ibu dan bapak lantunkan selalu

tersimpan dalam benakku.

Karena sore ini Sila akan pulang,

aku mulai berkemas. Melipat baju dan

perlengkapan lainnya. Sementara mas

Arman terlihat tengah menghitung

tumpukan uang yang terdiri dari

pecahan lima ribuan yang ia keluarkan

dari kantong plastik hitam-pinjaman

dari celengan bapak-itu pun masih di

tagih oleh mbak Sari. Entah terbuat

dari apa hati wanita sombong itu,

sama sekali tak memiliki rasa iba

pada saudaranya sendiri. Keterlaluan!

Melihat mas Arman yang serius

menghitung uang recehan, batinku

terenyuh. Inilah kondisi kami, yang

hidup apa adanya. Jangankan

memiliki simpanan, gajinya saja tak

cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

.

.

.

Aku pernah meminta izin bekerja

untuk membantu perekonomian

keluarga. Namun, mas Arman tidak

mengizinkan. Katanya, jika aku kerja

siapa yang menjaga dan mendidik

Sila. Sementara ia tak mau putrinya itu

dititipkan pada orang tuannya apalagi

orang lain.

Ibu adalah madrasah pertama

untuk anaknya. Kata-kata itulah yang

selalu mengingatkanku untuk selalu

menjadi ibu yang baik bagi Sila.

Sini Mas, biar nanti Lilis saja

yang membayar ke bagian

administrasi, pintaku.

Mas Arman menoleh dan

menatapku tanpa banyak komentar ia

lantas memberikan uang yang sudah

kembali dibungkus oleh plastik itu ke

tanganku.

 

.

.

.

Saat berada di lobi, beruntung Sila

merengek meminta ayam goreng, dan

dengan terpaksa mas Arman

menurutinya dari pada putrinya itu

menangis di rumah sakit dan

mengganggu ketertiban di sini.

Aku lekas bergerak menuju

bagian administrasi, lantas dengan

cepat membayar biaya rumah sakit

dengan uang yang di bungkus amplop

cokelat. Untunglah tidak mengantre.

Lantas, uang yang tadi mas Arman

berikan aku masukan kembali ke

dalam tas besar tempat pakaian yang

enggak mungkin terjangkau suamiku

itu.

Selesai membayar tagihan biaya

rawat inap Sila. Gegas aku menyusul

keduanya di kantin. Mas Arman

terlihat tengah menyuapi putrinya.

Mana? mas Arman

menyodorkan tangannya meminta

kertas dengan keterangan Invoice

rawat inap itu yang sudah terlunasi.

Aku memberikan apa yang mas

Arman maksud. Setelah memeriksa

kertas yang sudah beralih ke

tangannya itu, kini matanya

menatapku dengan tatapan tak

terbaca sembari melipat kertas itu dan

mengantonginya.

.

.

.

Ayo, pulang! titahnya, berjalan

lebih dulu-keluar menuju area

parkiran. Entah apa yang sedang mas

Arman pikirkan, apa ia mulai curiga

kepadaku.

Kugendong Sila yang masih

duduk di kursi menikmati ayam

goreng, merapikannya lalu

membawanya keluar-menunggu mas

Arman yang masih mengantre di

parkiran.

 

.

.

.

Sila! Ayo, makan dulu terus

minum obat!

Mendengar perintahku, Sila keluar

kamar dengan berlari sambil

memegangi boneka beruang, lantas ia

duduk dihadapkanku dan mengangkat

kedua telapak tangannya hendak

berdoa, aksinya itu membuatku

tersenyum.

Di tengah kegiatanku, tiba-tiba

seseorang mengetuk pintu. Kuletakan

piring yang masih berisi beberapa

suap nasi lagi.

Mataku terbelalak saat menatap

siapa yang berdiri di hadapanku.

Kenapa kau kemari? tanyaku

sambil celingukan. Untunglah di luar

sepi.

Kau sudah mengingkari janjimu,

maka dari itu aku datang

menjemputmu, ucapnya bersedekap.

Bukannya ingkar janji, tapi aku

bingung harus memberikan alasan

apa pada suamiku,jika aku pergi. Aku

menjawab pelan, nyaris seperti

bisikan. Karena khawatir didengar

oleh para tetangga.

.

.

.

Ayo, ikut temui dia, ajaknya.

Atau dia sendiri yang akan datang

kemari dan membawamu pergi dari

kehidupan melarat seperti ini!

Akhirnya aku pun terpaksa ikut,

dengan membawa Sila. Sebelum pergi

terlebih dulu menghubungi mas

Arman untuk minta izin menggunakan

Handphone yang kupinjam dari

tetangga sebelah rumah.

Awalnya mas Arman tak

mengizinkan. Namun, dengan

beralasan pamanku sakit dan harus

segera ke sana menjenguknya menghampiriku. Langkahnya terhenti

setelah tepat berada di hadapanku.

Kedua sudut bbirnya membentuk

senyuman simpul dan seketika tangan

lembut itu melayangkan sebuah

tamparan.

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART8)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART6)

Related Posts

Malam di Pantai Kisah Menarik
Cerita dewasa dukun yg per*wani p*Sien nya Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART5) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART10) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART76) Kisah Menarik
***ENNY ARROW *** Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme