TERDIAM DALAM TAKDIR (PART5)
Isi Postingan:
TERDIAM DALAM TAKDIR PART5
…Ceritadewasa ..
.
.
.
Satu bulan setelah pertengkaran
antara aku dan mba Sari, kami tak lagi
mengunjungi kediaman bapak dan ibu
mertuaku. Menurut cerita mas Arman
usai menenangkan hati bapak kala itu,
mba Sari mengatakan bahwa ia tak
mau lagi menganggap kami sebagai
keluarganya. Benar-benar tak waras!
Padahal jika seseorang memutuskan
tali silaturahmi dengan keluarga akan
di laknat oleh Allah karena haram
hukumnya.
.
.
.
Umi, panggil Sila lirih, yang
menyadarkanku dari lamunan.
Kuhampiri ia yang berdiri di ambang
pintu kamarnya.
Ada apa, nak? tanyaku. Kuusap
keningnya yang terlihat sedikit
berkeringat. Namun, alangkah
terkejutnya saat kurasakan panas di
dahinya, lanjut tanganku turun ke lher
dan sama.
Kamu sakit, Nak, ucapku
khawatir.
Karena panik, terpaksa aku
menghubungi mas Arman dengan
handphone yang disembunyikan tanpa
ia tahu.
Berkali-kali kucoba
menghubunginya tak juga diangkat.
Aku mulai frustasi, bagaimana ini?
Terpaksa kupesan taksi online
kembali, memberikan alamat lokasi
yang jauh dari rumah agar tetangga
tak ada yang melihat. Gegas
menggendong Sila keluar rumah.
Sampai di lokasi yang telah di
share, aku berdiri dengan cemas
menunggu taksi online yang belum
datang.
.
.
.
Di mana taksi itu! rutukku kesal.
Sila, bertahan ya, nak.
Aku mulai terisak melihat
keadaan Sila, yang lemah. Dalam hati
aku terus melafalkan doa untuk
putriku tercinta, semoga ia baik-baik
saja.
Lima menit kemudian, sebuah
mobil berwarna silver menghampiriku
dengan kaca terbuka, seorang pria
berkumis menyembulkan kepalanya di
balik jendela.
Dengan Bu Vira? tanyanya.
Iya, saya sendiri! balasku, lantas
membuka pintu belakang khusus
penumpang.
Bu Lilis! panggil seseorang
tiba-tiba. Aku tersentak lantas
menoleh ke sumber suara. Wanita
paruh baya berdiri sambil celingukkan
mengamati mobil yang hendak ku
tumpangi.
Bu Lilis, mau ke mana? terus ini
mobil siapa? tanya bu Odah,
tetanggaku yang penasaran.
Selesai meletakkan Sila di
bangku, kemudian aku menjawab
pertanyaan wanita gempal itu, agar ia
tak mencurigaiu. Oh, ini … Sila lagi
sakit, Bu. Mau saya bawa ke rumah
sakit.
Wanita itu hanya
manggut-manggut, dengan mata yang
terus memindai mobil.
.
.
.
Kemudian aku berpamitan dan
masuk mobil, tak peduli dengan bu
Odah yang masih terlihat penasaran.
Jika terus meladeni wanita yang
terkenal biang gosip itu tak akan ada
habisnya.
Tiba di rumah sakit putriku
lanagsung mendapatkan pertolongan
pertama, aku terus menemaninya
sampai Sila dipindahkan ke ruang
perawatan.
Bagaimana Dok, keadaan putri
saya? tanyaku khawatir.
Menurut hasil tes darah yang
kami lakukan, anak ibu terkena virus
dangue atau demam berdarah.
Di musim penghujan seperti saat
ini dan di tambah banjir, memang
sangat rentan terkena berbagai virus,
apalagi jika imunitasnya lemah, tutur
pria berjas putih di depanku.
Aku terkesiap mendengar
penjelasan pria dokter. Dua hari yang
lalu aku sering menemukan Sila dan
teman-temannya bermain di semak
belukar mencari kodok, apakah itu
yang menyebabkan ia terkena demam
berdarah? Agh, aku merasa lalai jadi
orang tua tak bisa menjaganya
dengan baik. D
Berikan perawatan yang terbaik
untuk putri saya, Dok. Berapa pun
biayanya saya akan bayar.
bijak.
la tersenyum dan berucap dengan
Kami akan selalu memberikan
pelayanan yang terbaik untuk semua
pasien, karena itu tugas kami sebagai
Dokter. Pria paru baya itu kemudian
pamit untuk menanganu pasien
lainnya.
.
.
.
Satu jam kemudian mas Aman
tiba di rumah sakit, ia terlihat begitu
panik saat melihat keadaan putri kami.
Pria berprofesi guru itu pun sempat
menanyakan nomor yang aku gunakan
untuk menghubunginya, dengan
sangat terpaksa aku kembali
berbohong jika nomor itu milik suster
yang merawat Sila.
Kutatap lekat tubuh ringkih Sila
rasanya tak tega melihatnya terbaring
lemah seperti ini. Jika saja bisa
digantikan, maka biarlah aku saja
yang sakit.
Mas, bagaimana biaya untuk
rumah sakit? tanyaku ragu.
Mas akan meminjam uang pada
bapak, jawabnya tanpa mengalihkan
tatapannya pada Sila.
Kuhela napas pelan, aku sangsi
apakah mas Arman akan
mendapatkan pinjaman itu, jika mbak
Sari mengetahuinya.
.
.
.
Sore hari aku menunggu mas
Arman yang belum datang, tadi pagi
sebelum ia pamit mengajar pria
berkulit putih itu janji akan
membawakan makanan untukku.
Namun, sampai saat ini masih tak
terlihat. Padahal perutku sudah sangat
lapar.
Tiba-tiba pintu terbuka kasar,
nyaris seperti didobrak. Tentu saja itu
membuatku terlonjak kaget. Di sana
terlihat mbak Sari dengan wajah
merah padam. Lantas bergerak
menghampiriku.
Hei, Lilis! Enak saja kamu mau
pinjam uang, setelah kau bersikap
kurang ajar padaku, heh! ocehnya
menggelegar, membuat pasien satu
ruangan dengan Sila mulai terganggu.
Mbak, tolong pelankan suara mu,
Mbak sudah mengganggu pasien lain,
gumamku pelan.
.
.
Saya nggak peduli, pokoknya
kembalikan uang yang kamu pinjam!
sarkasnya
Aku nggak pegang uang yang
Mbak maksud. Tayakan saja pada Mas
Arman, kataku. Dan sekarang lebih
baik Mbak pergi, kehadiran Mbak di
sini benar-benar sangat mengganggu!
tandasku.
Beraninya kamu ngusir saya,
Heh!
Suster! teriakku, pada perawat
yang lewat depan kamar tempat Sila
di rawat.
Kemudian perempuan dengan
seragam khas rumah sakit itu pun
masuk.
Ada apa, Bu? tanyanya.
Suster tolong bawa Ibu ini keluar,
dia sangat menganggu di sini,
jawabku meminta tolong, membuat
mbak Sari melotot tajam ke arahku.
Ibu, di mohon untuk tidak
membuat keributan di sini, pinta
suster tersebut pada mbak Sari
Saya tidak mau, saya mau buat
perhitungan dengan perempuan
miskin ini! tolak mbak Sari garang.
Jika Ibu tidak mau, dengan
terpaksa saya akan panggilkan
Security untuk mengusir Ibu! ancam
suster yang tak kuketahui namannya
itu.
Mbak Sari terlihat begitu kesal
menatap suster yang mulai
memberinya peringatan. Lantas
wanita dengan gelang emas yang
berjejer dipergelangan tangannya itu
berbalik menatapku tajam seolah ingin
menelanku. Namun, tak sedikit pun
aku terintimidasi, netraku balik
menatapnya tajam.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
ceritadewasa
ceritanovel
mertuamenantu
menantuidaman
istriidaman
selingkuh
foto
fotoai
gambar
foryou
Related: Explore more posts