Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART29)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART29)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART29

…Ceritadewasa…

.

..

.

Sore hari seperti kata mas Arman,

ibu dan bapak mertuaku datang

menjenguk. Kedatangan mereka

membuatku sangat senang dan

terhibur. Keduanya begitu baik dan

memperlakukanku seperti anak

sendiri.

Ibu dan bapak membawakan

bubur ayam dengan aroma

menggiurkan. Membuat nfsu

makanku mencuat.

..

Ibu, bapak. Enggak perlu

repot-repot bawa bubur sama buah

segala. Kalian berdua datang saja Lilis

udah seneng. Aku tersenyum

menatap keduanya dengan wajah

yang tak biasanya.

Aku tahu, ibu dan bapak pasti

merasa amat bersalah atas kejadian

ini. Di mana aku mengalami

keguguran karena ulah putri sulungnya

itu. Namun, walau bagaimana pun ini

bukan salah mereka. Dan diriku tidak

bisa menyalahkan keduanya. Seperti

yang di katakan mas Arman tadi pagi.

Jika semua ini sudah takdir Allah.

Enggak apa-apa, Lis. Kamu juga

kan anak ibu, jadi ini sudah jadi

tanggung jawab kami. Ibu tersenyum

sembari mengelus pundakku.

Makasih, ya, Bu, Pak. Kalian

berdua baik banget sama Lilis. Mas

Arman beruntung punya orang tua

seperti kalian. Aku memandangi

keduanya bergantian. Saking

terharunya, sampai-sampai ingin

menangis. Namun, sekuat mungkin

menahannya, karena tak ingin melihat

keduanya ikut sedih.

…

Lis? ibu menyentuh pundakku

lembut. Mata keriputnya menyiratkan

perasaan sedih dan rasa bersalah

yang amat dalam.

lya, Bu, jawabku.

Maafin mbakmu, ya? pintanya

dengan suara bergetar. Matanya kini

meneteskan air mata.

Kuhela napas, aku paling tak tega

kalau sudah lihat ibu memelas seperti

itu.

Pak, Bu. Lilis sudah memaafkan

mbak Sari, mungkin belum rezeki Lilis

untuk kembali memiliki anak. Aku

mencoba berlapang dada dan ikhlas.

Meskipun marah pada mbak Sari,

tetap tidak akan mengubah kenyataan

yang ada. Dari pada membuat dosa

karena dendam, lebih baik ikhlas dan

sabar bisa menambah pahala di sisi

Allah

…

Makasih, Nak. lbu memeluk

tubuhku erat.

Johan sudah membayar semua

biaya rumah sakit ini, jadi kamu dan

Arman tak usah khawatir masalah

pembayarannya, timpal bapak, saat

ibu melepaskan pelukannya.

Pantas saja aku berada di ruang

WIP. Ternyata semuanya sudah di

tanggung oleh mas Johan. Syukurlah,

kalau memang pria itu yang

membiayai semua. Syukurlah, mas

Arman tidak perlu pontang-panting

mencari biaya rumah sakit.

Usai kepergian keduanya mas

Arman pun dengan penampilan yang

lebih segar. Lingkaran hitam di bawah

matanya sudah tak ada lagi.

Rambutnya di sisir rapi. Pakaiannya

pun sudah berganti.

..

..

..

Mas Arman tersenyum dan

menanyai kabarku, lantas ia

menyuapiku bubur ayam yang dibawa

oleh ibu. Rasanya begitu lezat di

lidahku yang masih terasa pahit ini.

Sesekali ia melayangkan godaannya

yang benar-benar receh. Namun,

mampu membuatku tersipu malu dan

kadang tertawa renyah.

Sampai akhirnya tawaku terhenti

saat pintu terbuka. Aku terbelalak saat

menatap sosok wanita berpakaian

modis berdiri menjulang di ambang

pintu.

Mas Arman berdiri dan meletakan

rantang yang masih berisi bubur yang

tinggal setengah lagi ke atas nakas.

la menghampiri wanita yang

kupanggl mama, dengan sopan mas

Arman bertanya pada ibu mertuanya

itu

…

Maaf, Ibu siapa?

Tatapan mama beralih pada

suamiku yang masih menatapnya

bingung.

Aku lbunya! tukas mama yang

seketika membuat mas Arman kaget.

la berbalik menatapku seraya

meminta penjelasan.

Nanti Lilis aja jelaskan, Mas,

ucapku gugup.

Bicaralah dengan ibumu, aku

akan keluar sebentar! tukasnya,

lantas berlalu tanpa menghiraukan

panggilanku, sampai punggung tegap

itu hilang di balik pintu tak sedikit pun

ia menoleh ke belakang.

Ah, sudah pasti mas Arman

marah. Kenapa juga mama harus

datang ke sini dan merusak semua

suasana indah bersama suamiku,

…

Sebaiknya kau kembali ke rumah,

sebelum terjadi sesuatu yang lebih

parah dari ini! ujarnya tegas.

Dari mana mamna tahu aku di

sini? aku balik bertanya.

…

Tak perlu kamu tahu dari mana

Mama tahu, setelah baikkan pulang ke

rumah, jangan tinggal lagi di rumah

itu, katanya, lantas menghampiriku

yang masih berada di atas brankar

dengan posisi menyandar.

Pulang, Mama mohon, pintanya,

lalu tangan lembut mama

menggenggam tanganku yang masih

terpasang infus.

..

Tapi, Ma ….

Kali ini saja kamu turuti

permintaan Mama! ucapnya menyela

pprotesku.

Setelah itu mama pamit

meninggalkanku yang mulai dilema

dengan keadaan ini. Mendadak

kepalaku pening kembali memikirkan

mas Arman, entah bagaimana aku

menyampaikan tentang diriku dan

mama.

..

Ya Allah, tolonglah hambamu ini,

gumamku seraya memanjatkan doa

kepada sang pemilik jalan keluar.

Malam semakin larut, tapi mataku

enggan terpejam. Pikiranku di penuhi

dengan eadaan mas Arman. Ke

mana ia pergi sampai saat ini belum

juga kembali setelah kedatangan

mama tadi.

…

Apa mungkin suamiku itu marah?

Sehingga enggan untuk kembali ke

sini menemaniku.

Baru saja akan terlelap, tiba-tiba

pintu kamar rawatku terbuka. Cepat

aku menoleh, menatap wajah pria

yang sedari tadi membuatku khawatir.

Mas Arman bergerak menghampiriku

dengan Membawa sebuah bungkusan

plastik hitam.

Lalu ia menyodorkannya padaku

dengan wajah tanpa ekspresi sama

sekali. Lantas kuraih bungkusan

plastik itu dari tangannya.

Seketika aku tersenyum menatap

apa yang ia bawa itu. Jajanan terbuat

dari terigu dan ikan, di siram saus

kacang yang super lezat berada di

hadapanku.

Makanlah! titahnya, masih

dengan raut datar.

.

.

.

Aku mengangguk dan dengan

lahap menyantapnya. Jajanan

bernama Siomay ini begitu nikmat.

Dulu mas Arman sering

membawakannya ketika berkunjung

ke rumah, saat kita masih penjajakan.

Niat hati ingin memberikannya untuk

mendiang ibu dan bapak kala itu,

nyatanya aku yang menghabiskan.

Karena rasanya yang enak

membuatku ketagihan sampai

sekarang.

Pelan-pelan, ucapnya sambil

mengelap saus kacang yang melesat

di sudut bibirku dengan ibu jarinya.

Aku tersenyum kaku dengan apa yang

ia lakukan barusan.

Usai menghabiskan Siomay Aku

pikir ia akan menanyaiku soal mama.

Namun, ternyata tak sama sekali ia

bertanya tentang hal itu Mas Arman

justru membimbingku untuk segera

tdur.

Perlakuan manis mas Arman saat

ini mengusik pikiranku dan enggan

memejamkan mata. Sampai akhirnya

ayah dari putriku itu ikut berbaring di

sebelahku dan memeluk tubuhku dari

belakang begitu erat.

Dekapan tubuhnya membuatku

nyaman seketika. Hangat napasnya

terasa begitu lembut menyapu

kudukku.

.

.

.

Tdurlah, ujarnya lembut tepat di

telingaku.

Lantas ia mulai melantunkan

ayat-ayat Alquran, sebagai pengantar

tidur kami. Rasa kantuk pun mulai

menyerang, dan aku terlelap dalam

dekapannya.

Tiga hari sudah aku berada di

rumah sakit, menjalani perawatan

pasca keguguran, dan siang ini akan

kembali ke kediaman mertuaku. Aku

sudah sangat rindu sekali dengan

putriku Sila, selama di sini sama sekali

tak bertemu putriku.

Mas Arman tersenyum

menatapku yang terlihat lebih baik.

Kesedihan karena kehilangan janin kini

tak begitu membuatku sedih lagi.

Perlahan sudah bisa

mengikhlaskannya.

..

..

Belum rezeki kita. Allah sedang

menguji kita melalui ujian kehilangan.

Tetap khusnuzon sama Allah. Karena

Allah tahu yang terbaik untuk kita.

Pesan mas Arman yang selalu

kuingat.

Dukungan dan nasehat serta

motivasi yang diberikan mas Arman

membuatku tenang dalam menyikapi

takdir Alah. Ini yang selalu kusyukuri

memiliki suami yang bisa

membimbing dan mengingatkan

dalam kebaikan. Tak peduli kaya atau

miskin, bagiku yang terpenting

kesalehannya.

 

..

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART30)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART28)

Related Posts

TERDIAM DAPAM TAKDIR (PART4) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART67) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART13) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART35) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART57) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 37) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme