TERDIAM DALAM TAKDIR (PART2)
Isi Postingan:
TERDIAM DALAM TAKDIR PART2
…TRUESTORY…
.
.
Mas, Nasi gorengnya udah siap,
nih! ujarku masih dengan suasana
hati yang campur aduk, antara lapar
dan kesal terhadap mbak Sari yang
tak pernah menghargai kami sebagai
keluarganya.
Sepiring nasi goreng ala kadarnya
yang hanya kubumbui bawang merah
dan minyak, kuletakkan di atas tikar
bergambar kartun mobil berwarna
merah dengan sedikit kasar.
Wajah mas Arman terlihat
terkejut, mungkin ia merasa aneh,
karena tidak biasanya aku seperti ini.
Kemudian terdengar helaan napas dari
mulutnya, lalu dua sudut bbirnya
tertarik menampakkan seulas senyum
penuh kesabaran.
.
.
.
Maysalah, kelihatannya enak
sekali, pujinya, sepertinya berusaha
mencairkan suasana.
Kemudian ia meraih sendok dan
mulai menyuapkan nasi ke dalam
mulutnya, Mas Arman terlihat sangat
menikmati, padahal nasi goreng itu tak
kububuhi garam lantaran bumbu yang
rasanya asin itu stoknya sudah habis,
begitu pun bahan lainnya, yang tersisa
hanya minyak dan bawang satu biji.
Melihatnya makan dengan lahap
tanpa berkomentar membuat hatiku
terenyuh, karena merasa bersalah
dengan sikapku barusan.
Biasanya, jika ada masalah aku
tak pernah seperti ini. Mungkin karena
hatiku sudah terlalu sakit diperlakukan
seperti ini oleh mbak Sari, yang
akhirnya ingin aku luapkan.
Aku menunduk dan berkata lirih
dengan mata yang mulai berembun.
.
Maaf.
Pria yang sudah lima tahun
menjadi suamiku itu, menghentikan
kegiatan makannya lantas menatap ke
arahku.
Tak apa, besok kalau udah
gajian, kita belanja kebutuhan dapur,
ya? ucapnya seolah ia tahu apa yang
kurasakan.
Namun, sebenarnya bukan
masalah kebutuhan dapur yang
membuatku menangis, tapi karena
rasa bersalah terhadapnya dengan
apa sikapku barusan.
Ayo, kita makan lagi? ajaknya
yang kujawab dengan anggukan.
Lantas aku mengelap air mata yang
sempat menetes dengan ujung
kerudung. Meraih sendok dan ikut
menyantap nasi goreng bersamanya.
Melihatku kembali tenang ia
tersenyum dan sesekali mengelus
kepalaku ini dengan sayang.
Seperti ini saja sudah membuatku
bahagia dan bersyukur memiliki suami
yang bukan hanya bertanggung jawab,
tapi juga penyayang serta penyabar. D
Sesuai janjinya kemarin hari ini
mas Arman mengajak kami ke pasar
untuk membeli kebutuhan dapur.
Usai berbelanja kami pun
menyempatkan diri mengunjungi
tempat hiburan anak-anak. Sekedar
untuk menyenangkan Sila untuk
bermain di rumah balon kesukaannya
dengan tiket yang masih bisa kami
jangkau, sepuluh ribu rupiah.
Sila terlihat begitu senang
melompat-lompat di atas rumah balon
raksasa bersama anak-anak lainnya.
Sesekali ia berlari ke arah kami
yang duduk di kursi plastik khusus
untuk para penunggu, dengan hati-hati
ia mengulurkan tangannya meminta
air minum-yang sengaja kubawa dari
rumah.
.
.
.
Rasanya sayang kalau harus beli,
walaupun hanya lima ribu, jika di
belikan tempe atau tahu lumayan buat
makan sehari. Beginilah kehidupan
kami semua harus serba hemat, tapi
aku tetap bersyukur memiliki suami
yang bertanggung jawab dan anak
yang sehat.
Setelah putriku puas bermain,
kami pun lanjut meneruskan
perjalanan pulang ke rumah. Sesekali
kami bersenandung dan tertawa
bersama.
.
.
.
Tiba di rumah, usai mendurkan
Sila, yang ketiduran di jalan, aku
kembali sibuk di ruang tengah
mengabsen belanjaan tadi, khawatir
ada yang lupa di beli mumpung uang
sisa belanja masih ada.
Sedangkan mas Arman sudah
sibuk fb Dewi Judes dengan gawainya. Sesekali aku
menoleh padanya yang menunjukkan
mimik muka berubah-ubah. Kadang
tersenyum, kadang serius.
Lis? panggil mas Arman
kemudian. Pria itu berjalan
menghampiriku, lantas duduk di lantai
beralaskan tikar bersamaku.
Aku menoleh. Iya?
Mbak Salma barusan kirim
pesan, dia ngabarin bahwa besok
malam kita di suruh Bapak dan Ibu ke
rumah. Katanya mereka kangen sama
Sila, sekalian ada acara makan-makan
juga di sana, terangnya.
Aku mendengus rasanya malas
sekali jika harus kembali bertemu
mbak Sari.
.
.
Kenapa? tanya mas Arman
heran dengan sikapku barusan yang
tak biasa.
Mungkin tidak biasanya aku
bersikap seperti ini jika di ajak ke
acara pertemuan keluarga. Itu dulu,
sekarang aku merasa sangsi. Jika ke
sana hanya akan mendengar
sindiran-sindiran mbak Sari yang
membuatku sakit hati, tapi mau
bagaimana lagi, harus tetap menjaga
silaturahmi.
.
.
Jangan di ambil hati, ya? Mbak
Sari emang begitu orangnya,
ucapnya, mas Arman mulai
memahami apa yang kupikirkan.
Benar apa yang di katakan mas
Arman barusan, aku tahu mbak Sari
tipe orang dengan watak keras dan
blak-blakan kalau bicara, tapi apakah
dia tak berpikir tentang perasaan
orang lain
yang sakit hati karena
ucapannya.
Lagi pula, yang minta kita ke
sana ibu sama bapak. Sekalian juga
kita nengokin mereka, lanjutnya.
Aku fb podcast hiburan selalu senang jika di ajak
mengunjungi orang tuannya. Kedua
mertuaku itu sangat baik dan ramah
terhadapku dan juga sangat
menyayangi Sila.
Kerap kali mereka memanjakan
putriku dengan membelikan mainan
dan jajanan dari toko. Begitu pun
dneganku, ibu mertua tak pernah
membiarkan kami pulang dengan
tangan kosong, pasti selalu di
bawakan buah tangan, entah itu beras
atau yang lainnya.
Terkadang aku merasa tak enak
hati dengan kebaikan mereka. Apalagi,
setelah mendengar ucapan mbak Sari
yang berhasil mengiris-iris
perasaanku.
.
.
Setiap ke sini pasti morotin!
sergahnya, kala itu, saat mendapati
ibu memberiku sekarung kecil berisi
beras hasil panen dua lalu. Dan tentu
saja berhasil menciptakan luka yang
tak kasat mata.
Aku tak bisa berkata apa-apa.
Jika saja tak ada mertuaku, sudah
pasti akan kukembalikan lagi buah
tangan pemberian orang tuannya.
Namun, aku takut keduanya
tersinggung.
.
.
NoteL..i..k..e .mu penyemangat Mimin
ceritadewasa
ceritanovel
mertuamenantu
menantuidaman
selingkuh
foto
fotoai
text
gambar
foryou
Related: Explore more posts