JANGAN OM (PART75)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART75
…
..
.
Setelah semua pengganggu
di antara Aryo dan Kinan
berhasil diselesaikan,
kehidupan mereka perlahan
kembali bahagia. Tiga hari
setelah Rosa dan Niko
tertangkap, Tyas kembali
bekerja. Sebelumnya, Tyas
memang mengambil cuti karena
sakit dan sempat dirawat di
rumah sakit.
Kinan, maafkan aku. Aku
baru tahu dari Joni kemarin
kalau ROsa dan Niko sempat
berniat mencelakaimu. Maafkan
aku karena saat itu aku tidak ada
di sisimu. Kamu pasti ketakutan
.ucap Tyas penuh penyesalan.
Kinan tersenyum tipis.
Tidak apa-apa, Tyas. Yang
penting sekarang semuanya
sudah baik-baik saja. Oh ya,
bagaimana dengan kondisimu?
Apa kamu sudah benar-benar
sehat?
Tyas mengangguk. Iya, aku
sudah sehat sekarang. Sekali lagi
maafkan aku, Kinan. Aku
benar-benar menyesal.
….
Ternyata saat alku cuti, masalah
sebesar itu terjadi. Aku tidak
menyangka Rosa bisa sampai
tega melakukan hal seperti itu
padamu.
Aku juga tidak menyangka,
Tyas. Aku pikir dia sahabat yang
baik, jawab Kinan, suaranya
terdengar sedikit getir.
Ke depannya kamu harus
lebih hati-hati memilih teman,
Kinan. Jangan sampai kamu
salah lagi, ujar Tyas dengan
nada perhatian.
Kinan tersenyum lembut.
Terima kasih, Tyas, atas
perhatianmu.
Sudah dua minggu ini Aryo
tidak mengizinkan Kinan pergi
ke kampus atau keluar dari vila.
Hal itu membuat Kinan merasa
bosan berada di rumah terus
menerus. Siang ini, ia
memutuskan untuk memberi
kejutan dengan membawakan
makan siang ke kampus Aryo.
Dibantu oleh Mbok Sumi, Kinan
memasak makanannya sendiri.
Mbok, apa semuanya sudah
siap? tanya Kinan setelah
selesai mandi.
Sudah, Nduk. Mbok sudah
menata semuanya di kotak
makanan dan membuatkan jus
jeruk untuk Tuan Aryo, jawab
Mbok Sumi dengan senyum
tulus.
Terima kasih, Mbok, kata
Kinan sambil tersenyum.
Ditemani Tyas, Kinan
berangkat menuju kampus. Saat
berjalan di lorong kampus,
Kinan bertanya, Tyas, apa
kamu tidak ingin kuliah lagi?
Tyas menggeleng. Tidak,
Kinan. Aku dulu sudah kuliah
dan lulus. Jadi, aku tidakpunya
rencana untuk kuliah lagi.
Kinan terkejut. Benarkah?
Jadi, kamu sudah lulus kuliah?
Iya, dua tahun yang lalu,
jawab Tyas.
Berapa usiamu sekarang?
Kinan bertanya, penasaran.
24 tahun, sahut Tyas.
Oh, aku kira kita sebaya.
Kamu terlihat awet muda, ujar
Kinan sambil tersenyum.
Tyas hanya membalas
dengan senyum tipis. Ketika
mereka tiba di depan pintu
ruangan Aryo, Kinan melihat
seorang wanita cantik dengan
dandanan sedikit menor keluar
dari sana. Wanita itu tampak
seperti salah satu mahasiswi
dikampus ini. Perasaan tidak
nyaman langsung muncul di
hati Kinan.
…
Dengan langkah cepat,
Kinan membuka pintu ruangan
Aryo. Melihat kedatangan
istrinya, Aryo tampak terkejut.
Sementara Tyas memilih
menunggu diluar ruangan Aryo.
Mas Aryo, siapa wanita
tadi? Kenapa dia keluar dari
ruanganmu? tanya Kinan
dengan nada curiga.
Aryo mengernyitkan dahi,
bingung dengan pertanyaan
Kinan. Maksudmu mahasiswi
yang tadi? Dia ke sini untuk
bimbingan skripsi. Jangan
berpikir yang tidak-tidak, Kinan
,ujar Aryo, mencoba
menenangkan.
Kinan duduk di depan Aryo
dengan ekspresi cemberut.
Ingat ya mas, kalau sampai mas
Aryo macam-macam atau
selingkuh, aku bakal potong
burung Mas Aryo, ucap Kinan
penuh ancaman.
Aryo tertawa
terbahak-bahak mendengar
ancaman Kinan. Astaga, kamu
ini lucu sekali Kinan. Baiklah
istriku yang tercinta, aku tidak
akan selingkuh, aku janji, kata
Aryo sambil tersenyum. la lalu
mencoba mengalihkan
pembicaraan.
Ngomong-ngomong, apa yang
kamu bawa itu?
Oh ya, aku ke sini sengaja
memberi kejutan dengan
membawakan makan siang
untuk Mas Aryo. Mas sudah
makan belum? tanya Kinan.
Aryo menggeleng. Belum,
kebetulan sekali aku memang
belum makan.
Kalau begitu, kita makan
bersama saja, ajak Kinan.
….
Dengan senyum manis,
Kinan membuka kotak makanan
yang dibawanya. Aroma harum
masakan segera memenuhi
ruangan, membuat Aryo
semakin lapar dan ingin segera
menikmati makanan yang
dibawa istrinya itu.
Setelah menikmati makan
siang bersama, Kinan
tersenyum dan bertanya,
Gimana, Mas? Enak nggak
makanannya?
Aryo mengangguk sambil
tersenyum. Enak. Siapa yang
masak?
Aku sendiri yang masak,
dibantu sama Mbok Sumi,
jawab Kinan dengan bangga.
Namun, Aryo menanggapi
dengan kalimat yang membuat
Kinan salah paham. Lain kali
nggak usah repot-repot masak,
Kinan. Biar Mbok Sumi aja yang
masak.
Kinan langsung terdiam,
wajahnya berubah. Jadi, Mas
Aryo nggak suka aku masakin?
tanyanya dengan suara bergetar,
menahan tangis. Dalam
pikirannya, Aryo tidak
menyukai masakannya.
Melihat Kinan yang sudah
hampir menangis, Aryo
buru-buru menarik tangannya
dan mendudukkannya di
pangkuannya. Bukan begitu,
Sayangku, ucap Aryo lembut.
Aku hanya nggak mau kamu
kecapekan. Aku suka
masakanmu, malah kalau bisa,
setiap hari aku ingin makan
masakanmu. Tapi, sekarang
kandunganmu sudah besar. Aku
nggak mau kamu terlalu lelah.
jelasnya pelan agar Kinan tidak
tersinggung.
…
Kinan menghela napas lega,
lalu bertanya lagi, Benar? Jadi
bukan karena masakanku nggak
enak? Kini, ia melingkarkan
tngannya di lher Aryo dan
menyandarkan kepalanya di
dda suaminya.
Iya, Sayang. Aku suka, kok
, jawab Aryo sambil menglus
punggung Kinan dengan penuh
kasih.
..
Namun, setelah beberapa
saat, Aryo mulai merasa kakinya
kram karena terlalu lama
memngku Kinan. Sayang,
bisakah kamu turun sebentar?
Kakiku kram, ucap Aryo
hati-hati.
Kinan melepaskan
pelkannya dan menatap Aryo.
Kenapa, Mas?
Mungkin karena kelamaan
memangku kamu. Badanmu
sekarang kan agak berisi sejak
hamil, jadi aku nggak bisa
memangku kamu terlalu lama,
jawab Aryo jujur.
Kinan langsung melotot.
Jadi, aku sekarang gendut? Mas
Aryo nggak suka kalau badanku
gendut begini?
Aryo menghela napas
panjang, berusaha memilih
kata-kata yang tepat. Bukan
begitu, Sayang. Kamu sekarang
malah lebih sksi. Sejak hmil,
ddamu dan bokngmu lebih
berisi. Aku suka banget. Malah
lebih suka yang sekarang
daripada dulu waktu kamu
kurus, ujarnya mencoba
menenangkan.
Alih-alih puas, Kinan justru
semakin marah. Jadi, maksud
Mas Aryo dulu aku jelek? Kalau
aku jelek, kenapa dulu Mas Aryo
mau menikahi aku? tanyanya
dengan nada tinggi.
…
Aryo memjit kepalanya,
bingung harus menjawab apa. Ia
tahu kalau Kinan sudah merajuk
seperti ini, apapun yang
dikatakannya pasti dianggap
salah. Dalam hatinya, Aryo
hanya bisa mengeluh, Memang
lelaki selalu salah di mata
perempuan, ya?
Namun, ia tetap menatap
istrinya dengan penuh sayang.
Kinan, Sayang, aku menikahi
kamu karena alku mencintai
kamu, bukan karena
penampilanmu. Dulu kamu
cantik, dan sekarang kamu
tambah cantik, dan aku akan
selalu mnencintai kamu.
…
Sekarang bolehkah kamu
berdiri sebentar sebelum kakiku
benar-benar mati rasa?
tanyanya dengan nada bercanda,
berharap bisa meredakan
Suasana.
Kinan akhirnya tersenyum
tipis, meski matanya masih
basah. Ok..kali ini aku maafin
mas Aryo yang udah bilang alku
gendut, jawabnya sambil
tersenyum penuh manja.
Aryo tertawa kecil, merasa
lega akhirnya bisa meredakan
emosi istrinya.
…
Tak lama setelahnya, Fiko
masuk keruangan Aryo
membawa beberapa dokumen
untuk Aryo. Ia tersenyum
ramah dan menyapa Kinan,
Selamat siang, mbak Kinan,
katanya kepada Kinan yang
masih berada di dalam ruangan.
Kinan, yang sudah
mengenal Fiko dengan baik,
menjawab sapaan itu dengan
senyum ramah. Siang, mas
Fiko, balasnya.
Namun, Fiko tanpa sadar
mengulangi kesalahan Aryo
sebelumnya. Wah… Mbak
Kinan semakin cantik saja
sekarang dan semakin berisi
sekarang, katanya dengan
maksud memuji. Dia sudah lama
mengenal Kinan, jadi sudah
biasa bercanda dengannya, dan
tidak bermaksud kurang ajar
pada Kinan.
Kinan yang masih sensitif
akibat ucapan Aryo sebelumnya
langsung cemberut lagi. Ia
bergumam lirih, Jadi aku
memang gendut, ya? Tanpa
berkata apa-apa lagi, Kinan
bangkit dari kursinya dan
meninggalkan ruangan tanpa
pamit pada Aryo, wajahnya
tampak kesal.
Fiko hanya berdiri melongo,
bingung dengan apa yang baru
saja terjadi. Pak Aryo, kenapa
mbak Kinan tiba-tiba pergi? Apa
aku salah ngomong? tanyanya,
heran.
Aryo memjit keningnya,
merasa lelah dengan situasi ini.
Salah besar, Fiko. Istriku baru
saja marah padaku karena aku
bilang dia sekarang agak berisi.
Dan kamu, malah mengatakan
hal yang sama! Ibu hmil itu
sensitif sekali, tahu, jawab Aryo
sambil menghela napas.
Ah, maafkan aku, Pak. Aku
nggak bermaksud bikin mbak
Kinan marah. Aku tadi hanya
ingin memujinya, kata Fiko,
merasa bersalah.
…
‘Sudahlah, nanti juga dia
akan baik sendiri, balas Aryo
sambil mengulurkan tangan.
Baiklah, serahkan dokumen itu.
Aku akan memeriksanya
sekarang.
Fiko segera menyerahkan
map yang dibawanya pada Aryo
dan berkata, Iya, Pak. Kalau
begitu, saya keluar dulu.
Setelah Fiko keluar, Aryo
hanya bisa menghela napas
panjang lagi sambil melihat
dokumen di tangannya.
Sepulang dari kampus, Aryo
menyempatkan diri mampir ke
toko bunga untuk membeli
buket mnawar merah. la ingin
meminta maaf pada Kinan atas
kejadian siang tadi. Ketika
sampai di vila, Aryo langsung
menuju kamar dan mendapati
Kinan sedang menangis
tersedu-sedu.
Dengan perasaan cemas,
Aryo meletakkan bunga di meja
dan segera memeluk Kinan.
Kamu kenapa, Sayang? Kok
nangis seperti ini? tanyanya
panik.
Kinan mengangkat
wajahnya yang basah air mata
dan berkata dengan suara
gemetar, Laki-laki itu jahat,
Mas. Aku nggak suka sama dia.
Dia jahat sekali!
Aryo mengira Kinan masih
marah soal ucapan Fiko siang
tadi. Ia segera mencoba
menenangkan istrinya. Sayang,
Fiko tadi cuma salah ngomong.
Kamu cantik kok, seksi, dan
nggak gendut. Maafin Mas Aryo
sama Fiko, ya. Besok Mas bakal
marahin Fiko. Kalau perlu, Mas
potong gajinya, ucap Aryo,
mencoba membujuk Kinan.
…
Namun ucapan itu justru
membuat Kinan berhenti
menangis dan memandang Aryo
dengan ekspresi marah.
Maksud Mas Aryo apa mau
potong gajinya Mas Fiko? Kok
Mas Aryo jahat sih? seru Kinan,
nadanyapenuh emosi.
Aryo mengernyitkan dahi,
bingung dengan reaksi Kinan.
Ya kan dia bikin kamu nangis,
Kinan. Makanya Mas mau kasih
dia hukuman, jawab Aryo
dengan nada sabar.
Namun Kinan justru
semakin emosi. Mas Aryo
nggak boleh begitu! Itu
namanya zalimn sama anak buah.
Dosa, tahu nggak, Mas?
tegurnya. Lagian siapa yang
bilang aku nangis karena mas
Fiko?
Aryo langsung melepaskan
pelkannya dan menatap Kinan
dengan bingung. Terus kamu
nangis kenapa? tanyanya
penasaran.
Kinan menunjuk laptop
yang ada di depannya. Itu, Mas.
Aku lagi nonton film.
Laki-lakinya jahat, dia
selngkuh. Aku jadi marah dan
nangis. Kasihan istrinya, jawab
Kinan, masih dengan suara
sesenggukan.
Aryo terdiam sesaat,
memandang Kinan dengan
mulut sedikit terbuka. Ia lalu
berdiri, menahan rasa sebal
yang muncul di dadanya. Kinan
yang melihat perubahan
ekspresi suaminya pun bertanya
polos, Lho, Mas Aryo kenapa?
Kok cemberut?
Aryo menghela napas
panjang, berusaha menahan
diri. Nggak apa-apa. Tiba-tiba
sariawan, jawabnya dengan
ketus.
Oh… Minum obat aja, Mas.
Nanti aku mintain ke Mbok
Sumi, ya, sahut Kinan, tanpa
sadar kalau Aryo sedang kesal.
Aryo hanya mendengus
pelan dan memilih masuk ke
kamar mandi. Ia memutuskan
untuk berendam, berharap air
hangat bisa meredakan
emosinya.
…
Malam harinya, Aryo
membawa Kinan ke dokter
kandungan langganan mereka
untuk memeriksakan kondisi
kehmilannya. Sesampainya di
ruang praktik, dokter
tersenyum menyambut mereka.
…
Selamat malam, Tuan Aryo
dan Ibu Kinan. Bagaimana
kabarnya malam ini? tanya
dokter ramah.
Baik, Dok. Bagaiama kabar
Dokter? tanya Aryo
berbasa-basi.
Saya juga baik tuan, ucap
sang Dokter yang kemudian
mempersilakan Kinan berbaring
di tempat pemeriksaan, lalu
mulai melakukan USG.
Kandungan Ibu Kinan sehat,
bayinya aktif dan tumbuh
dengan baik, ucap dokter
sambil memperlihatkan gambar
di monitor USG.
Aryo yang duduk di
samping Kinan tampak lega
mendengar kabar itu. Apa jenis
kelaminnya, Dok? tanyanya
penuh rasa penasaran.
Dokter tersenyum.
Sepertinya laki-laki, Tuan Aryo,
jawabnya. Saat ini usia
kandungannya sudah 28
minggu, masuk usia 7 bulan.
Sebentar lagi Ibu Kinan akan
memasuki trimester terakhir.
Kinan tersenyum senang
mendengar kabar itu, sementara
Aryo tampak semakin
bersemangat. Laki-laki, Dok?
Alhamdulillah, Keinginan
nenek memiliki cicit laki-laki
akhirnya akan terwujud ucap
Aryo sambil menggenggam
tangan Kinan.
Dokter kemudian
menambahkan, Saya akan
meresepkan vitamin tambahan
dan dosis zat besi untuk menjaga
kesehatan Ibu Kinan, terutama
karena kandungannya semakin
besar.
Terima kasih, Dok, jawab
Kinan.
Setelah pemeriksaan selesai,
Aryo membantu Kinan bangkit
dan memluk pundaknya
dengan penuh kasih sayang.
Dalam perjalanan pulang.
Aryo tampak sangat
bersemangat membahas nama
bayi untuk anak laki-laki
mereka kelak. Kinan hanya
tersenyum mendengarkan
suaminya yang tampak sangat
antusiasme membahas tentang
anak mereka.
…
Setelah selesai dari klinik,
Aryo dan Kinan memutuskan
mampir ke mal untuk membeli
perlengkapan bayi. Mereka
memasuki salah satu toko
perlengkapan bayi terbesar, dan
Kinan segera antusias
memilih-milih baju serta
barang-barang yang diperlukan
untuk persiapan kelahiran.
Ketika melihat sebuah
jumpsuit bayi berwarna pink
dengan motif lucu, Kinan
langsung jatuh hati. la
mengambil baju itu dan
menunjukkannya kepada Aryo.
Mas Aryo, bagaimana
menurutmu? Ini bagus, kan?
tanyanya penuh semangat.
Namun, Aryo menggeleng
pelan. Kinan, anak kita kan
laki-laki. Masa bajunya warna
pink? protesnya.
Tapi, Mas, ini lucu banget!
Motifnya juga cocok dipakai
siapa saja, balas Kinan sambil
memperlihatkan baju itu
dengan penuh harap.
Aryo tetap tampak ragu,
tetapi melihat wajah Kinan yang
mulai cemberut dan
tanda-tanda akan merajuk, Aryo
akhirnya menyerah. Ya sudah,
kalau kamu suka, beli saja,
katanya, mengalah.
Kinan langsung tersenyum
lebar dan menambahkan
beberapa pakaian lain dengan
motif berbeda tetapi tetap dalam
nuansa warna pink. Aryo hanya
bisa menghela napas panjang,
melihat tingkah istrinya yang
penuh kejutan.
…
Setelah selesai belanja
perlengkapan bayi, Kinan
mengajak Aryo ke bagian
pakaian pria. Mas, sekarang
giliran aku pilihkan baju untuk
Mas Aryo! katanya penuh
semangat.
Tapi Kinan, bajuku di
rumah masih banyak, bahkan
ada yang masih baru, belum
sempat kupakai, kata Aryo
berusaha menolak.
Mas, bajumu itu warnanya
cuma hitam, putih, dan abu-abu.
Aku mau membelikan yang
lebih cerah. Mas nggak bosan
apa pakai warna itu terus?
protes Kinan sambil mulai
memilih-milih baju untuk
suaminya.
Kinan memilihkan
beberapa baju dengan warna
navi, hijau army, ungu lilac,
biru denim bahkan pink muda.
Aryo langsung menolak kemeja
berwarna pink itu. Kinan, aku
nggak suka warna pink. Pilih
yang lain saja, katanya tegas.
Namun, Kinan tetap
bersikeras. Mas, pink-nya
bagus kok. Aku yakin Mas Aryo
bakal kelihatan tampan pakai
kemeja ini, bujuk Kinan sambil
memegang kemeja pink itu erat.
Aryo menghela napas berat
lagi, menyadari kalau berdebat
hanya alkan membuat Kinan
merajuk. Ya sudah, terserah
kamu deh, katanya pasrah.
Kinan tersenyum lebar
penuh kemenangan. Nah gitu
kan enak mas kalau nurut, mas
Aryo terlihat senakin tampan
kalau tersenyum! katanya
dengan nada menggoda.
…
Aryo hanya mengangguk
sambil menatap keranjang
belanja mereka yang kini penuh,
merasa bahwa memenuhi
keinginan istrinya yang sedang
hamil adalah bagian dari
perannya sebagai suami yang
baik.
Pagi ini, suasana di kamnar
Aryo dan Kinan sedikit gaduh.
Kinan memaksa Aryo
mengenakan kemeja pink yang
dibelinya kemarin, sementara
Aryo bersikeras menolak karena
merasa malu memakainya ke
kampus.
Kinan, bagaimana aku bisa
mengajar kalau pakai kemeja
warna pink begini?
Mahasiswa-mahasiswaku pasti
akan menertawakanku! protes
Aryo.
Tapi Mas, ini bagus banget.!
Kamu kelihatan lebih tampan
dan awet muda kalau pakai
warna cerah seperti ini, balas
Kinan, tak mau kalah.
Aryo memijat keningnya.
Aku kan bisa pakai warna lain.
Ini ada navy, hijau army.
Kenapa harus pink? katanya
lagi, mencoba bernegosiasi.
Namun, Kinan hanya
cemberut. Aku maunya Mas
Aryo pakai baju pink ini. Ini
bukan aku yang minta, Mas.
Anakmu yang pengen lihat
kamu pakai warna pink,
kilahnya mencari alasan.
Aryo menghela napas berat.
Jangan pakai alasan anak kita
Kinan. Dia belum ngerti warna!
jawabnya.
Kinan semakin cemberut
dan berkata dengan nada
merajuk, Ya sudah, kalau Mas
Aryo nggak mau pakai, aku
nggak akan beliin baju lagi buat
Mas Aryo!
Merasa tak punya pilihan
dan tak ingin membuat istrinya
marah, Aryo akhirnya
mengalah. Baiklah, tapi kali ini
saja ya. Besok-besok aku nggak
mau lagi pakai kemeja pink,
ujarnya menyerah.
Baiklah, aku Janji Mas?
tanya Kinan sambil tersenyum
penuh kemenangan.
…
Dengan psrah Aryo
kemudian mengenakan kemeja
itu untuk berangkat ke kampus.
Saat Aryo melaju pergi,
Kinan tersenyum dan melambai
dari pintu, merasa puas karena
berhasil membuat suaminya
menuruti keinginannya.
Namun, saat kembali ke kamar
dan membereskan pakaian Aryo
yang dipakai kemarin untuk
dicuci, sesuatu menarik
perhatiannya.
Ketika memeriksa saku
celana Aryo, ia menemukan
sebuah kertas kecil. Penasaran,
Kinan membuka kertas itu dan
mendapati itu adalah nota
pembelian berlian dari salah
satu toko perhiasan terkenal di
kota.
Jantungnya langsung
berdetalk kencang. Mas Aryo
membeli cincin berlian? Untuk
siapa? Dia nggak pernah ngasih
aku cincin berlian akhir-akhir
ini, gumam Kinan.
..
Berbagai pikiran negatif
memenuhi benaknya. Apa
mungkin Mas Aryo punya
selingkuhan? Apa berlian ini
untuk perempuan lain?
pikirnya dengan emosi
bercampur curiga.
Namun, Kinan tidak ingin
gegabah dan langsung menuduh
Aryo. Ia memutuskan untuk
diam-diam menyelidiki dan
mencari tahu kebenaran di balik
pembelian berlian tersebut.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts