JANGAN OM (PART73)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART73
…
..
.
Setelah kepergian Wisnu,
Aryo segera ke kamar untuk
melihat kondisi Kinan.
Sesampainya dikamar, Aryo
mendapati istrinya masih
terlelap. la berjalan pelan ke
kamar mandi untuk mandi
terlebih dahulu. Usai
membersihkan diri, Aryo
merebhkan tbuhnya di
samping Kinan, lalu menrik
tbuh istrinya agar lebih dekat
dan memluknya erat.
Kinan, yang merasakan
kehngatan tbuh Aryo,
membuka matanya perlahan.
Dengan suara yang masih berat
karena kantuk, ia bertanya,
Mas Aryo kok udah pulang? Jam
berapa sekarang?
Jam empat sore, Kinan,
jawab Aryo lembut sambil
mengusap punggungnya. Kamu
sudah makan siang belum?
tanyanya memastikan.
Kinan mengangguk kecil.
.
Sudah, Mas.
Udah minum obat? tanya
Aryo lagi, kali ini dengan nada
sedikit khawatir.
Sudah juga, jawab Kinan
sambil tersenyum tipis.
Aryo menarik napas lega,
lalu menggeser posisinya agar
bisa menatap wajah istrinya
dengan lebih jelas. Dengan
pandangan yang serius, ia
berkata, Kinan, aku perlu
ngomong sesuatu yang penting
sama kamu.
Kinan ikut menatap Aryo,
merasa ada sesuatu yang
penting. Ngomong apa, Mas?
tanyanya, sementara
jantungnya mulai berdebar.
Kamu dapat bunga biru
yang langaka itu dari mana?
tanya Aryo, suaranya terdengar
penuh kehati-hatian.
Kinan mengerutkan kening,
bingung dengan arah
pembicaraan. Dari Rosa, Mas.
Dia yang nunjukin aku bunga itu
di toko online. Emang kenapa,
Mas? tanyanya penasaran.
…
Aryo menghela napas
sebelum menjelaskan, Tadi
temanku, yang seorang
ilmuwan, datang ke sini. Dia
bilang bunga itu beracun dan
sangat berbahaya bagi
kesehatan. Serbuk sarinya bisa
menyebabkan keracunan lewat
udara kalau terhirup. Efeknya
bisa bikin sesak napas. Batang
dan daunnya juga berbahaya
kalau disentuh langsung,
apalagi kalau sampai tertelan.
Aryo berhenti sejenak, menatap
Kinan dengan penuh perhatian.
Bunga itu bahkan bisa
menyebabkan kematian. Dan
untuk ibu hamil, risikonya lebih
parah lagi, bisa menyebabkan
keguguran.
Mata Kinan membesar
mendengar penjelasan Aryo. la
benar-benar tidak menyangka
bahwa bunga yang tampak
begitu indah itu ternyata
mematikan. Kalau begitu, aku
harus segera membuang bunga
itu, Mas, ujarnya panik sambil
berusaha bangkit.
Namun, Aryo menahan
bahunya dengan lembut.
Tenang, Kinan. Aku sudah
menyingkirkan bunga-bunga itu
tadi, ucap Aryo, mencoba
menenangkan istrinya.
…
Kinan mnenghela napas lega,
meski pikirannya masih diliputi
rasa takut. Makasih, Mas. Maaf
aku sudah sangat ceroboh. Aku
nggak nyangka bunga secantik
itu ternyata bahaya banget.
Aryo mengelus rambut
Kinan lembut, menatapnya
penuh kasih sayang. Kamu
nggak salah, Kinan. Aku cuma
nggak mau ada apa-apa sama
kamu. Jadi lain kali, kalau mau
beli sesuatu yang nggak biasa,
tanya aku dulu, ya?
Kinan mengangguk kecil.
Iya, Mas. Aku janji.
Setelah menenangkan
Kinan, Aryo kembali
mengajukan pertanyaan dengan
nada serius. Kinan, tempo hari
siapa yang mengirimkan bunga
biru itu ke kamu? tanyanya,
matanya menatap istrinya
dengan tajam.
Kinan mencoba
mengingat-ingat. Oh, bunga
yang dikirim saat aku berada di
Mall beberapa hari lalu itu, Mas?
Itu dari Rosa, jawabnya
akhirnya. Aku sudah tanya ke
Rosa, katanya memang bunga
itu dari dia. Katanya karena aku
suka bunga itu, dia
membelikannya lagi buatku,
jelas Kinan dengan suara yang
masih bingung.
….
Aryo mengangguk pelan,
meski ekspresi wajahnya
menunjukkan kecurigaan.
66
Ternyata benar dugaanku. Rosa
punya niat buruk terhadapmu,
ucap Aryo tegas.
Kinan tertegun. Maksud
Mas Aryo apa? Rosa sengaja
kasih aku bunga itu untuk
meracuniku? tanyanya,
hampir tidak percaya dengan
apa yang baru saja ia dengar.
Bisa jadi seperti itu, jawab
Aryo sambil menghela napas
panjang. Tapi aku belum bisa
memastikan apa motif Rosa
membelikanmu bunga itu. Yang
jelas, Rosa berniat
mencelakaimu. Jadi mulai
sekarang, kamu harus lebih
berhati-hati dengan Rosa.
Kinan masih sulit
menerima kemungkinan itu.
Tapi, Mas, bisa saja Rosa tidak
tahu kalau bunga itu beracun.
Rasanya tidak mungkin dia
sejahat itu sama aku, katanya,
mencoba berpikir positif.
Aryo membelai rambut
Kinan lembut. Kinan, bunga
itu bukan bunga biasa. Kata
Wisnu, bunga itu langka dan
tidak diperjualbelikan secara
legal. Itu artinya, siapa pun
yang punya akses ke bunga itu
seharusnya sudah tahu
bahayanya. Jadi kemungkinan
besar, Rosa tahu risiko bunga
itu.
…
Kinan terdiam, menelan
kata-kata Aryo. Akhirnya ia
mengangguk. Baiklah, Mas.
Mulai sekarang, aku akan
menjauhi Rosa. Tapi aku tetap
nggak habis pikir, Mas. Rosa itu
dari awal kelihatan baik. Dari
pertama aku masuk kampus, dia
yang pertama menyapaku
dengan ramah. Kalau memang
dia berniat sejahat itu sama aku,
apa motifnya? tanyanya pelan,
merasa bingung sekaligus
terluka.
Aryo menggeleng pelan.
Aku juga belum tahu, Kinan.
Tapi aku akan menyelidiki
semuanya. Untuk sekarang,
sebaiknya kamu nggak usah
pergi ke kampus dulu. Aku
nggak mau ada apa-apa terjadi
sama kamu atau bayi kita, ujar
Aryo dengan nada tegas namun
penuh perhatian.
Kinan mengerti
kekhawatiran Aryo. Meski berat,
ia hanya bisa mengangguk.
Baik, Mas. Aku nurut sama
66
kamu. Aku nggak mau ada hal
buruk terjadi lagi, katanya
dengan suara pelan.
Aryo memeluk Kinan erat,
memberikan rasa aman yang
sangat dibutuhkan istrinya.
Dalam hati, ia bertekad untuk
mencari tahu kebenaran di balik
tindakan Rosa.
…
Hari-hari berlalu, dan
kondisi Kinan perlahan pulih.
Aryo pun kembali menjalani
aktivitasnya seperti biasa di
kampus. Meski begitu, Aryo
tetap waspada. Setiap hari,
makanan yang dikirim ke
kantornya masih terus datang,
tetapi Aryo selalu
membuangnya tanpa ragu.
Sementara itu, ia terus
mengawasi gerak-gerik Rosa,
mencoba mencari celah yang
mencurigakan. Namun, Rosa
tampak berperilaku normal,
tanpa tanda-tanda yang
membenarkan kecurigaan Aryo.
Hingga pada suatu siang,
Rosa tiba-tiba datang ke ruang
kantor Aryo. Tanpa ragu, Aryo
mempersilakan Rosa masuk dan
menyuruhnya duduk. Ada apa,
Rosa? Kenapa kamu ke sini? Apa
ada sesuatu yang penting?
tanyanya dengan nada tegas.
Rosa hanya diam sejenak,
menatap Aryo dengan tatapan
serius. Kemudian, ia membuka
ponselnya dan menunjukkan
sesuatu kepada Aryo. Pak Aryo,
saya ke sini karena ingin minta
tanggung jawab dari Bapak,
ucap Rosa tenang.
Aryo mengerutkan dahi,
bingung dengan ucapan Rosa.
Minta tanggung jawab?
Maksudmu apa, Rosa?
tanyanya penasaran.
…
Rosa menyerahkan
ponselnya kepada Aryo. Di layar
terlihat sebuah foto dirinya
dengan Aryo tanpa busana di
sebuah kamar hotel. Aryo
menatap foto itu dengan
ekspresi penuh keterkejutan.
Apa maksud foto ini?
tanyanya, suaranya penuh
ketegangan.
Apa bapak lupa kejadian
beberapa bulan lalu? Waktu
Bapak saya bawa ke hotel karena
diberikan obat oleh istri
pertama pak Aryo. Di hotel itu,
Bapak memaksa saya untuk
melakukan hubungan. Saya
tidak bisa menolak karena
Bapak memaksa saya. Akhirnya,
hubungan itu terjadi, Pak. Dan
sekarang, saya hamil, ujar Rosa
tanpa ragu.
Aryo menatap ROsa dengan
tajam. Tidak mungkin! Tidak
mungkin aku memaksanmu! Saat
itu aku pingsan dan tidak ingat
apa-apa. Bagaimana mungkin
aku memperkosamu? sergah
Aryo dengan nada penuh
kemarahan.
…
Tapi ini buktinya, Pak,
jawab Rosa dengan tenang.
Foto ini cukup menjadi bukti
kalau kita sudah melakukan
hubungan. Dan sekarang, saya
hamil. Saya ingin Bapak
bertanggung jawab.
Aryo tertawa dingin. Kamu
pikir aku bodoh, Rosa? Laki-laki
tidak mungkin bisa bangun alat
vitalnya saat dia dibius. Kalau
pun bisa, kemungkinannya
sangat kecil. Dan aku tahu pasti,
aku tidak pernah memaksamu.
Justru kamu yang mungkin
memanfaatkan kondisiku saat
itu! balas Aryo dengan penuh
emosi.
Rosa tersenyum sinis. Pak
Aryo boleh percaya atau tidak.
Tapi yang jelas, kalau saya
menunjukkan foto ini pada
Kinan, apa yang akan terjadi?
Dia pasti syok, apalagi setelah
tahu saya sedang mengandung
anak Pak Aryo, ujarnya dengan
nada penuh kemnenangam.
Aryo berdiri, menggebrak
meja dengan amarah meluap.
Jadi kamu ingin mengancamku
? tanyanya tajam.
Aku tidak mengancam, Pak.
Aku hanya ingin Bapak
menikahiku sebagai bentuk
tanggung jawab, jawab Rosa
dengan tenang, meski matanya
menyiratkan kebencian yang
mendalam.
….
Aryo menatapnya tajam.
Kau gila, Rosa. Aku tidak akan
pernah sudi menikah dengan
wanita licik sepertimu!
sergahnya dengan nada tajam.
Rosa balas menatap Aryo
dengan dingin. Baiklah. Kalau
Pak Aryo tidak mau menikahiku,
jangan salahkan aku kalau aku
kirimkan foto ini pada Kinan.
Kita lihat bagaimana reaksi
istrimu saat tahu suaminya yang
dia cintai tidur dengan
temannya sendiri, dan
temannya itu sedang
mengandung anaknya, ucap
Rosa sebelum keluar dari
ruangan, meninggalkan Aryo
dalam kemarahan.
Aryo mengusap wajahnya
kasar. Dasar wanita sialan!
geramnya. la tidak pernah
menyangka bahwa di balik niat
menolong Rosa waktu itu
tersimpan rencana licik yang
kini menjadi ancaman besar
dalam hidupnya.
Rossa merasa bahwa Aryo
tidak akan semudah itu
menuruti keinginannya. Ia lalu
mengambil ponselnya dan
menghubungi Niko. Tak butuh
waktu lama, panggilannya
dijawab.
…
Halo, Sayang. Ada apa?
tanya Niko dari seberang
telepon.
Niko, sepertinya kita
memang harus melaksanakan
rencana kita secepatnya. Pak
Aryo menolak untuk
menikahiku. Aku tidak punya
pilihan lain selain menjalankan
rencana cadangan kita, jawab
Rossa, nadanya terdengar serius.
Niko terdiam sejenak. la
tampak memikirkan sesuatu
sebelum akhirnya berkata,
Baiklah, kalau begitu. Jam
berapa aku harus ke tempat itu?
Rossa mnelirik jam tangan di
pergelangan tangannya.
Sekitar satu jam lagi. Tunggulah
di tempat yang sudah kita
sepakati, ucapnya tegas.
Baik, jawab Niko singkat,
menyetujui ucapan Rossa.
Keduanya tahu bahwa
keputusan ini akan beresiko,
namun mereka tidak punya
pilihan lain.
Setelah panggilan dengan
Niko berakhir, Rosa merasa
yakin bahwa rencana cadangan
mereka akan berjalan sesuai
harapan. Dengan percaya diri, ia
mengirimkan pesan kepada
Kinan, dilengkapi dengan foto
dirinya dan Aryo di kamar hotel
dalam kkeadaan tanpa busana.
…
Tak lupa, Rosa menyisipkan
ancaman dalam pesannya
Kinan, kalau kamu tidak
ingin aku menyebarkan video
dan foto ini ke publik, temui aku
satu jam lagi di alamat yangaku
kirimkan. Tapi ingat, jangan
sekali-kali kamu mengatakan
kepada Aryo atau orang lain
tentang pertemuan ini. Kalau
sampai aku tahu kamu melapor,
aku akan menyebarkan foto dan
video ini ke seluruh kampus.
Di rumah, Kinan yang
sedang beristirahat mendengar
notifikasi masuk di ponselnya.
Dengan perasaan cepat, ia
membuka pesan tersebut.
Namun, tatkala melihat isi
pesan dan foto dari Rosa,
tubuhnya langsung bergetar.
Kinan menatap layar
ponselnya dengan mata penuh
keterkejutan dan ketidakpercayaan. Gambar itu
menampilkan sesuatu yang
sangat menghancurkan hatinya.
Sosok Aryo, suaminya yang ia
cintai, terlihat bersama Rosa
dalam keadaan tak pantas di
sebuah kamar hotel. Pesan
ancaman Rosa menambah
kekalutan di benaknya.
Kinan menggigit bibirnya,
berusaha menahan tangis. Apa
ini benar? Mas Aryo… apa yang
sebenarnya terjadi? gumamnya,
nyaris tak bersuara. Namun,
logikanya mengatakan bahwa
ini mungkin ulah Rosa, yang
memang sudah dicurigai Aryo
sejak awal.
…
Pikirannya bercabang. Jika
aku tidak memenuhi
permintaannya, Rosa akan
menyebarkan foto ini. Karir Mas
Aryo akan hancur… Tapi,
bagaimana kalau ini jebakan?
Bagaimana kalau dia punya niat
buruk padaku?
Kinan gelisah, tangannya
gemetar, sementara detak
jantungnya semakin cepat. Ia
tahu Rosa bukanlah orang yang
main-main dengan ucapannya.
Tapi ancaman itu.. terlalu
berisiko untuknya.
Tak lama kemudian, pesan
lain dari Rosa masuk.
Kinan, aku tunggu
jawabanmu sekarang. Kalau
dalam 5 menit kamu tidak
membalas, aku akan langsung
menyebarkan foto-foto ini.
Kinan menutup matanya,
mencoba mengatur napasnya
yang semakin tersengal.
Akhirnya, dengan tangan
bergetar, ia mengetik balasan
Baiklah, aku akan
menemuimu.
Begitu pesan terkirim, Rosa
tersenyum puas. Bagus,
gumamnya, sambil bersiap
untuk menjalankan tahap
berikutnya dari rencananya.
Sementara itu, Kinan duduk
terpaku di tempatnya, merasa
bimbang dan ketakutan. Dalam
hatinya, ia berharap Aryo
benar-benar tidak bersalah dan
situasi ini hanyalah permainan
kotor Rosa. Tapi ia sadar, apa
pun yang terjadi, pertemuan ini
akan menjadi titik balik dalam
hidupnya.
…
Satu jamn kemudian, Rosa
dan Niko telah menunggu di
gedung kosong yang terletak
jauh dari pemukiman. Gedung
itu dulunya sebuah pabrik, kini
terbengkalai dan suram. Rosa
mengamati dari kejauhan ketika
sebuah mobil talksi berhenti di
depan gedung tersebut. Dari
dalam, Kinan keluar dengan
mengenakan jaket tebal dan
masker, langkahnya ragu-ragu.
Rosa tersenyum sinis. Dia
benar-benar datang. Kinan
ternyata terlalu mudah
dipermainkan, gumamnya, lalu
tertawa kecil.
Niko menatap ROsa sambil
menyilangkan tangan. Jemput
dia. Aku sudah tidak sabar ingin
melihat rencana ini berhasil,
ucapnya.
…
Rosa pun berjalan keluar
menghampiri Kinan, yang
tampak gugup dan menghindari
tatapan mata. Kenapa kanmu
berpenampilan seperti ini?
kenapa kamu pakai masker?
tanya Rosa curiga.
Kinan nmenunduk,
menjawab pelan, Aku pergi
diam-diam dari rumah, Rosa.
Aku mengenakan jaket dan
masker supaya tidak ada yang
mengenaliku. Lagipula aku
sedang flu dan batuk sekarang.
ucap Kinan yang suaranya agak
serak.
Rosa memandangnya sejenak dengan tatapan curiga,
namun kemudian mengangguk.
Baiklah. Ikut aku, katanya
sambil melangkah masuk ke
gedung itu.
Sesampainya di dalam,
Kinan merasa tidak nyaman.
Ruangan itu dingin, gelap, dan
berantakan. Aura
menyeramkan membuatnya
semakin gelisah. Rosa
menunjuk sebuah kursi di
tengah ruangan. Duduklah,’
katanya tegas.
…
Kinan menuruti perintah
Rosa, meski tangannya gemetar.
la menatap Rosa dengan penuh
kebingungan. Kenapa kamu
menyuruhku ke sini? Apa yang
kamu inginkan? tanyanya
dengan nada takut.
Rosa tersenyum puas,
duduk di kursi di depan Kinan.
Aku hanya ingin
memberitahumu sesuatu,
Kinan. Aku sedang hamil anak
pak Aryo. Dan aku akan
meminta dia bertanggung jawab
dengan menikahiku, ucap Rosa
tanpa basa-basi.
Mata Kinan membelalak.
Tidak mnungkin! Mas Aryo tidak
mungkin melakukan itu. Aku
kenal Mas Aryo. Dia tidak akan
berbuat sebrengsek itu! bantah
Kinan dengan suara bergetar.
Rosa tertawa mengejek.
Terserah kamu percaya atau
tidak. Yang jelas, aku sedang
hamil. Dan Aryo adalah ayah
dari bayi ini. Dia harus
menikahiku,
…
Kinan menatap Rosa
dengan ekspresi terluka.
Kenapa, Rosa? Kenapa kamu
melakukan ini padaku?
Bukankah kita sahabat? Kamu
tahu Aryo adalah suamiku!
serunya.
Rosa menyeringai, matanya
berkilat penuh kebencian.
Sahabat? Jangan bodoh, Kinan.
Dari dulu aku mencintai pak
Aryo! Bertahun-tahun aku
memendam perasaan ini. Aku
selalu mengirim makanan dan
barang-barang untuknya, tapi
dia tidakpernah peduli. Lalu
kamu datang dan merebutnya
dariku. Aku tidak terima! Aryo
adalah milikku, bukan milikmu
Kinan menggelengkan
kepalanya dengan air mata
menggenang. Tidak,
Tidak, Rosa. Mas
Aryo adalah suamiku. Kamu
tidak bisa merebutnya dariku.
Rosa tertawa dingin. Kamu
pikir kamu bisa
menghentikanku? Apalagi
setelah Aryo tahu kalau kamu
berselingkuh. Dia pasti tidak
akan pernah memaafkanmu,
ucapnya penuh arti.
Kinan menatap Rosa
dengan bingung. Apa
maksudmu? Aku tidak pernah
berselingkuh dari Mas Aryo!
Rosa tersenyum jahat, lalu
memanggil seseorang. Dari balik
kegelapan, Niko muncul dengan
langkah santai.
….
Kinan terkejut. Mas Niko?
Kenapa kamu ada di sini?
tanyanya, suaranya penuh
kebingungan.
Niko mendekati Kinan
dengan senyuman licik.
Kenapa, Kinan? Takut
melihatku? Tenang saja, aku
tidak akan menyakitimu. Aku
hanya ingin sedikit bermain
denganmu, katanya sambil
melirik Rosa.
Apa maksud kalian? Apa
yang kalian rencanakan? tanya
Kinan dengan ketakutan yang
semakin besar.
Niko menatap Kinan tajam.
Suamimu yang brengsek itu
sudah menghancurkan hidupku.
Dia mengeluarkanku dari
kampus karena akulah yang
menyebarkan gosip tentang
pernikahan kalian. Aku hanya
ingin membalas dendam. Kalau
aku tidak bisa
menghancurkannya langsung.
maka aku akan
menghancurkannya lewat
dirimu, ujar Niko dengan
senyum penuh kebencian.
Kinan memeluk perutnya,
mencoba melindungi dirinya
dan bayinya. Mas Niko, tolong
jangan sakiti aku, pintanya
dengan suara gemetar.
Rosa menatap Kinan
dengan penuh kepuasan. Kamu
tidak akan bisa melawan kami,
Kinan. Ini adalah akhir
kebahagiaanmu dan Aryo,
ucapnya.
…
Kini, Kinan sadar bahwa ia
telah masuk ke dalam jebakan
yang dirancang oleh Rosa dan
Niko. Hatinya dipenuhi
ketakutan, sedangkan Niko dan
Rosa tersenyum saat melihat
raut ketakutan dari Kinan.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts