JANGAN OM (PART70)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART70
…
..
.
Setelah
menyelesaikan
urusan dengan Omnya, David,
yang sangat menguras emosi,
Aryo segera kembali ke
ruangannya. Saat sampai di
ruangannya, Aryo mendapati
sebuah kotak makanan
diletakkan di atas meja kerjanya.
la memandangnya heran.
Makanan dari siapa ini?
Apa dari Kinan? pikir Aryo
sambil memerhatikan kotak
tersebut. Ada sebuah kertas
kecil yang ditempel di atasnya.
la segera mengambil dan
membaca tulisan tangan di
kertas itu
Aku tahu kamu sangat
sibuk dan mungkin tidak
sempat istirahat untuk makan
siang. Makanya aku
mengirimkan makanan ini
untukmu. Tolong dihabiskan,
ya. Selamat menikmati. Jaga
kesehatanmu.
Di bawah pesan itu, ada
gambar bunga berwarna biru
yang serupa dengan bunga yang
dilihat Aryo di taman milik
Kinan kemarin. Aryo lalu
tersenyum tipis.
Pasti dari Kinan,
gumamnya, yakin. la pun
membuka kotak bekal itu dan
mulai menyantap isinya. Aroma
harum masakan langsung
menggugah seleranya.
Belum lama ia menikmati
makanannya, ponselnya
berdering. Nama Kinan tertera
di layar. Aryo segera
mengangkat panggilan itu.
…
Halo, Kinan. Kamu di
mana sekarang? tanya Aryo.
Aku masih di mal, Mas. Ini
baru mau makan siang, jawab
Kinan dengan nada ceria. Mas
Aryo sudah makan?
Aryo tersenyum kecil
mendengar pertanyaannya.
Sudah. Aku sedang makan
makanan yang kamu belikan,
jawab Aryo santai.
Hening sejenak di ujung
telepon, lalu Kinan bertanya,
Makanan apa, Mas?
Aryo hendak menjelaskan,
tapi suara pelayan terdengar di
latar belakang Kinan.
Mas, udah dulu, ya. Aku
mau makan dulu. Udah laper
banget soalnya! ucap Kinan
cepat-cepat. Mas Aryo juga
jangan lupa makan, ya. Jangan
sampai telat.
Sebelum Aryo sempat
menjawab, Kinan sudah
memutuskan panggilan.
Aryo menggeleng sambil
tersenyum kecil. Dasar,
sukanya buru-buru,
gumamnya. Ia kembali
menikmati makanannya dengan
pikiran yang sedikit bercampur
rasa penasaran. Apakah benar
makanan ini dari Kinan?
Kenapa Kinan bertanya begitu?
Namun Aryo mengabaikan
ucapan Kinan tadi dan lanjut
makan.
Tak lama setelah panggilan
telepon berakhir, sebuah pesan
masuk ke ponsel Aryo. Pesan itu
dari Kinan
Mas, aku mau nonton sama
teman-temanku. Kamu mau
ikut? Aku udah beliin tiket buat
kamu. Mas Aryo nyusul ke sini
aja, ya, nanti jam7. Sekalian kita
makan malam.
Aryo membaca pesan itu
sambil mendsah pelan.
Sebenarnya, ia merasa malas
pergi ramai-ramai, apalagi
harus bergaul dengan
teman-temannya Kinan yang
masih terlalu muda dan berisik
menurut Aryo. Ia khavwatir
nanti malah disangka dia adalah
sugar daddy yang punya banyak
ani- ani. Namun, di sisi lain, ini
adalah pertama kalinya Kinan
mengajalknya nonton di bioskop.
Rasanya, ia tidak tega menolak.
Akhirnya Aryo pun
menyanggupi ajakan Kinan
untuk nonton. Baiklah, jam 7
aku akan menyusul ke sana,
balas Aryo singkat.
…
Setelah mengirim pesan,
Aryo menutup ponselnya dan
bersandar sejenak di kursinya.
Pikirannya sedikit berkecamuk.
Semoga ini cuma nonton biasa
dan nggak ada drama,
gumamnya pelan
Setelah selesai menikmati
makan siangnya, Aryo
memanggil asistennya, Fiko, ke
ruangannya.
Ada apa, Pak? tanya Fiko
sambil memasuki ruangan.
Aryo langsung menjelaskan,
Tolong buatkan surat
pernyataan yang menyatakan
kalau Ketua BEM di-DO dari
kampus ini.
Mendengar itu, Fiko
terkejut. Maaf, Pak, alasan apa
yang harus saya tulis di surat
pernyataan itu? Setahu saya,
Ketua BEM selama ini
berkelakuan baik, punya banyak
prestasi, dan merupakan
mahasiswa yang pintar. Selama
ini dia juga tidak pernah
melakukan kesalahan di
kampus, ujar Fiko,
menunjukkan rasa herannya.
Aryo menghela napas
panjang, lalu berkata dengan
nada tegas, Tulis saja kalau dia
sudah melanggar kode etik di
kampus ini. Aku tidak bisa
memberitahumu apa
masalahnya. Lakukan saja
perintahku.
…
Meskipun merasa berat hati,
Fiko mengangguk. Baik, Pak,
jawabnya, lalu mengambil
catatan untuk segera mnemulai
tugasnya.
Sebelum Fiko keluar, Aryo
menambahkan, Tolong
beritahukan juga pada Ketua
BEM agar menemuiku besok
pagi, jam 8. Aku sendiri yang
akan memberikan surat itu
padanya.
Baik, Pak. Apa ada lagi yang
anda perlukan? tanya Fiko,
memastikan tidak ada instruksi
tambahan.
Aryo menggeleng. Tidak
ada, FikO. Itu saja. Terima kasih
Fiko mengangguk lagi dan
meninggalkan ruangan dengan
perasaan campur aduk. la
merasa ada sesuatu yang tidak
biasa dengan keputusan Aryo
ini, tetapi sebagai asisten, ia
hanya bisa menjalankan tugas
yang diberikan. Di sisi lain, Aryo
memandang ke luar jendela
kantornya dengan ekspresi
serius. Jelas ada alasan besar di
balik keputusannya, meskipun
ia memilih untuk
menyimpannya sendiri.
Hari ini Aryo memutuskan
untuk pulang lebih awal, tapi
sebelum itu, ia menyempatkan
diri mampir ke kantornya
sebentar untuk menyelesaikan
beberapa pekerjaan yang belum
selesai. Setelah semuanya beres,
ia akan segera bersiap untuk
bertemu Kinan di mal malam
ini.
…
Pukul enam sore, Aryo baru
sampai di villanya. la langsung
naik ke lantai atas untuk mandi
dan bersiap-siap. Setelah selesai,
ia mengenakan celana denim
berwarna krem dan kaos lengan
pendek berwarna putih.
Penampilannya sederhana, tapi
tetap terlihat keren dan segar,
bahkan tidak ada yang
menyangka kalau usianya sudah
36 tahun.
Saat turun ke lantai satu,
Aryo melihat Bi Sumi, pelayan
rumahnya, sedang membawa
empat pot bunga ke taman.
Bunga dari mana, Bi?
tanya Aryo penasaran.
Itu ada kurir nganterin,
Tuan. Katanya Nona Kinan yang
beli lewat online, jawab Bi
Sumi sambil melangkah menuju
taman.
Aryo mengangguk, lalu
menatap sekilas bunga-bunga
tersebut. la menyadari bahwa
bunga-bunga itu mirip dengan
bunga yang digambar di kertas
note yang ditinggalkan
perngirim makanan tadi siang,
dan mirip dengan bunga yang
Kinan tunjukkan kemarin
ditaman.
Apa Kinan benar-benar
suka bunga langka ini, sampai
beli lagi sebanyak ini? gumam
Aryo sambil mengerutkan dahi.
Bi Sumi yang mendengar
ucapan Aryo hanya menggeleng.
Bibi nggak tahu, Tuan. Tapi
memang belakangan ini Nona
Kinan kelihatannya senang
banget beli bunga.
Aryo tidak menanggapi
lebih lanjut. Ia hanya
memandang bunga-bunga itu
sejenak sebelum kembali
menatap Bi Sumi.
Saya pamit dulu, Bi. Mau
menyusul Kinan ke mal, ucap
Aryo.
..
Iya, Tuan. Hati-hati di
jalan, sahut Bi Sumi sambil
tersenyum.
Aryo melangkah keluar
dengan pikiran masih sedikit
penasaran tentang bunga-bunga
itu. Namun, ia
mengesampingkannya sejenak.
Fokusnya sekarang adalah
menepati janji dengan Kinan.
Setibanya di mal, Aryo
langsung menuju bioskop untuk
menemui Kinan. Di sana, ia
melihat Kinan sedang
mengantre membeli tiket
bersama Tyas, sementara Rosa,
Fuji, dan Sally mengantre
membeli makanan dan
minuman. Aryo mendekati
Kinan dan bertanya, Kamu
ngapain, Kinan?
Kinan terkejut dan menoleh
ke arah Aryo. Eh, Mas Aryo
baru datang? tanyanya. Aryo
mengangguk, lalu menarik
tangan Kinan agar
mengikutinya.
Lho, Mas mau ke mana?
Kita baru antre beli tiket. Nanti
tambah lama antreannya kalau
kita pergi, ucap Kinan.
Aryo berhenti dan bertanya,
Bukankah kamu tadi bilang
sudah beli tiket?
…
Kinan meringis dan
menggeleng. Sebenarnya aku
belum beli, Mas. Aku bilang
begitu biar Mas Aryo mau
datang aja, ucapnya sambil
menundukkan pandangan,
khawatir Aryo akan marah.
Namun, Aryo justru
menariknya lebih dekat dan
memeluk Kinan. Setelah itu, ia
mengajaknya ke ruang premium
dan memesan tiket. Sally yang
melihat Kinan dan Aryo masuk
ke ruang premium, kemudian
mengajak Fuji dan Rosa untuk
ikut ke sana. Aryo lalu memesan
enam tiket sesuai dengan
jumlah mereka semua, tetapi
Kinan menyela, Mas, tiketnya
delapan.
Aryo bertanya, Delapan?
Bukankah kita hanya berenam,
Siapa yang dua lagi?
Lalu Kinan menjawab,
Bentar lagi mereka sampai. Ah,
itu mereka, ucapnya sambil
menunjuk pintu masuk.
Ternyata, yang datang adalah
Juan dan Runa.
…
Selama menonton filmn
horor di bioskop, Kinan terus
menggenggam tangan Aryo
erat-erat. Sesekali ia menutup
wajahnya dengan selimut kecil
yang tersedia disana, tampak
jelas betapa takutnya ia.
Ruangan bioskop dipenuhi
teriakan histeris dan ketakutan
para penonton, membuat
suasana semakin mencekam.
Aryo hanya bisa menghela
napas sambil melirik Kinan.
Aku kira kinan akan
mengajakku nonton film
romantis, ternyata malah
nonton horor begini, gumam
Aryo dalam hati.
Melihat Kinan yang
terus-terusan ketakutan, Aryo
akhirnya berkata pelan, Kinan,
bagaimana kalau kita keluar
saja? Daripada kamu ketakutan
begini.
para penonton, membuat
suasana semakin mencekam.
Aryo hanya bisa menghela
napas sambil melirik Kinan.
Aku kira kinan akan
mengajakku nonton film
romantis, ternyata malah
nonton horor begini, gumam
Aryo dalam hati.
Melihat Kinan yang
terus-terusan ketakutan, Aryo
akhirnya berkata pelan, Kinan,
bagaimana kalau kita keluar
saja? Daripada kamu ketakutan
begini.
Namun, Kinan menggeleng.
Nggak, Mas. Filmnya bagus.
Nanggung, bentar lagi selesai,
jawabnya, meskipun jelas ia
masih merasa takut.
Di sisi lain, situasi Juan tak
kalah kacau. Runa, yang juga
ketakutan, tiba-tiba melompat
ke kursinya dan memeluk Juan
erat-erat di atas pangkuannya.
Juan terdiam, mencoba
menahan dirinya. Sebagai
laki-laki normal, tentu saja
pelukan Runa yang begitu dekat
membuatnya mnerasa canggung,
bahkan ada sesuatu dalam
dirinya yang bangun.
…
Setelah film selesai, Aryo
mengajak mereka makan di
sebuah restoran steak terkenal
di mal itu. Teman-teman Kinan
langsung antusias, senang
karena mendapat kesempatan
makan steak mahal secara gratis.
Ketika makanan disajikan,
Aryo terlihat memotongkan
steak milik Kinan agar lebih
mudah dimakan,. la bahkan
menyuapi Kinan sepotong steak.
Bagaimana, enak nggak?
tanya Aryo sambil tersenyum.
Kinan mengangguk sambil
mengunyah. Enak sih, tapi
lebih enak punya Mas Aryo.
Harusnya tadi pesannya
medium rare semua, lebih juicy,
ucap Kinan sambil cemberut
kecil. Rupanya, Aryo
memesankan steak well-done
untuknya.
Aryo tersenyum tipis.
Kamu sedang hamil, Kinan.
Tidak boleh makan yang
setengah matang, jawab Aryo
lembut. la lalu mengambil tisu
dan mengelap sudut bibir Kinan
yang terkena saus.
Melihat itu, Juan yang
duduk di seberang Aryo
berdecak kecil. Mesra-mesraan
tuh di rumah aja, Pak Dosen.
Kasihan ini, banyak jomblo
yang nonton di sini, ucap Juan
sambil pura-pura merajuk.
Aryo lalu menatap Juan
dengan tetapan sinis lalu
berkata, Biarkan saja toh
mereka sudah dewasa, sudah
mempunyai pacar. Jadi kalau
mereka mau bermesraan bisa
dengan pacarnya, ucap Aryo
sinis.
…
Namun juan malah
menjawab dengan nada yang
sama-sama sinis. Jadi seperti
itu pelajaran yang kamu berikan
kepada murid-muridmu di
kampus? Kamu menyuruh
mahasiswamu untuk
bermesraan dengan pacarnya?
Namun Aryo tidak marah
dengan perkataan Juan, justru
dia tertawa kecil dan menjawab,
mereka sudah dewasa Juan.
Aku tidak akan menyuruh dan
melarang mereka melakukan
apapun. Itu hak pribadi mereka,
kalau ada apa-apa dengan
mereka, toh mereka sendiri
yang akan bertanggung jawab
ucap Aryo.
Runa yang duduk di sebelah
Juan, lalu menyela pembicaraan
mereka, Mas Juan kalau mau
bermesra-mesraan denganku
boleh kok. Runa nggak
keberatan, sahut Runa dengan
polosnya
Aryo tertawa, lalu melirik
Juan dengan senyum jahil.
Makanya, cepetan nikahin tuh
Runa, biar nggak jomblo terus,
balas Aryo santai.
Mendengar itu, Runa hanya
tersenyum malu-malu di tempat
duduknya, sementara
teman-teman Kinan yang lain
tertawa kecil melihat dua lelaki
tampan didepannya sedang
berdebat. Namun, suasana ceria
di meja itu tak sepenuhnya
dirasakan semua orang. Dari
tempat duduknya, seorang
memperhatikan Aryo dan Kinan
dengan pandangan penuh iri
dan marah. Matanya menatap
tajam, menyoroti kemesraan
mereka dengan penuh iri dan
dendam yang terpendam.
Sesampainya di rumah,
Kinan langsung menuju kamar
mandi. Sementara itu, Aryo
yang sedang berganti pakaian
tiba-tiba teringat sesuatu dan
bertanya, Kinan, kenapa kamu
membeli banyak bunga lagi?
…
Apa kamu begitu menyukai
bunga itu? Bukankah kamu
bilang itu bunga langka?
Dari dalam kamar mandi,
Kinan mengerutkan dahi,
merasa bingung. Bunga yang
mana, Mas? tanyanya.
Bunga yang berwarna biru
yang kamu beli secara online.
Tadi sebelum aku berangkat ke
mal, ada kurir yang mengantar
bunga? Mirip sekali dengan
bunga yang ada di tamanmu,
jelas Aryo.
Kinan yang sudah selesai
mandi mengambil handuk,
keluar dari kamar mandi sambil
mengeringkan tubuhnya.
Aku
nggak beli lagi kok, Mas. Siapa
yang beliin, ya? ucapnya
dengan nada bingung.
Aryo menggeleng pelan.
Aku juga nggak pesan untuk
kamu, balasnya.
Kinan mengambil baju ganti
sambil berpikir. Ah, mungkin
Rosa. Besok aku coba tanya
padanya, katanya akhirnya,
seraya mulai mengenakan
pakaian.
…
Aryo hanya mengangguk,
meskipun pikirannya masih
dipenuhi tanda tanya. Ia merasa
sedikit janggal. Kenapa Rosa
membelikan Kinan bunga yang
katanya langka? Bukankah pasti
harganya mahal? pikir Aryo.
Namun, ia tidak ingin berpikir
yang macam-macam.
Aryo memutuskan untuk
mengesampingkan rasa
penasarannya untuk saat ini.
Setelah semuanya selesai,
mereka berdua beristirahat.
Di sebuah kamar hotel, dua
sejoli terbaring di atas ranjang,
tubuh mereka basah oleh peluh.
Nafas keduanya masih belum
teratur setelah momen panas
yang baru saja mereka lewati.
Sang lelaki memeluk
perempuan itu erat.
Sayang, apakah
menurutmu rencanamu kali ini
akan berhasil? tanya Niko
dengan suara pelan namun
serius, matanya menatap
langit-langit kamar.
Perempuan itu berbalik
badan, menatap Niko dengan
senyum penuh keyakinan. Aku
yakin, kali ini akan berhasil,
sayang, kamu tenang saja,’
jawabnya tenang, tanpa ragu
sedikit pun.
Namun, Niko masih gelisah.
Tapi bagaimana kalau PakAryo
menyadari rencanamu?
Bagaimana kalau dia
mengetahui soal bunga yang
kamu kirimkan kepada Kinan?
tanyanya lagi, mencoba
menggali kepastian.
…
Perempuan itu tersenyum
tipis, mengelus wajah Niko
dengan lembut. Tenanglah,
Niko. Pak Aryo itu tipe orang
yang cuek. Dia tidak akan
mengurusi hobi istrinya.
Lagipula, bunga jenis yang
langka, jadi jarang ada orang
yang mengetahuinya. Racunnya
perlahan-lahan akan membuat
Kinan mengalami gangguan
pernapasan. Dan yang paling
fatal, dia akan kehilangan
bayinya, ucapnya dengan nada
dingin, namun penuh kepuasan.
Mendengar itu, Niko
tersenyum kecil, akhirnya
merasa tenang. Kamu memang
hebat, Sayang, semoga saja kita
bisa mendapatkan apa yang kita
mau, ujarnya sambil mendekat
untuk mencium bibir
perempuan itu. Mereka pun
memulai lagi kegiatan panas
mereka.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts