Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART70)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART70)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART70

…

..

.

Setelah

menyelesaikan

urusan dengan Omnya, David,

yang sangat menguras emosi,

Aryo segera kembali ke

ruangannya. Saat sampai di

ruangannya, Aryo mendapati

sebuah kotak makanan

diletakkan di atas meja kerjanya.

la memandangnya heran.

Makanan dari siapa ini?

Apa dari Kinan? pikir Aryo

sambil memerhatikan kotak

tersebut. Ada sebuah kertas

kecil yang ditempel di atasnya.

la segera mengambil dan

membaca tulisan tangan di

kertas itu

Aku tahu kamu sangat

sibuk dan mungkin tidak

sempat istirahat untuk makan

siang. Makanya aku

mengirimkan makanan ini

untukmu. Tolong dihabiskan,

ya. Selamat menikmati. Jaga

kesehatanmu.

Di bawah pesan itu, ada

gambar bunga berwarna biru

yang serupa dengan bunga yang

dilihat Aryo di taman milik

Kinan kemarin. Aryo lalu

tersenyum tipis.

Pasti dari Kinan,

gumamnya, yakin. la pun

membuka kotak bekal itu dan

mulai menyantap isinya. Aroma

harum masakan langsung

menggugah seleranya.

Belum lama ia menikmati

makanannya, ponselnya

berdering. Nama Kinan tertera

di layar. Aryo segera

mengangkat panggilan itu.

…

Halo, Kinan. Kamu di

mana sekarang? tanya Aryo.

Aku masih di mal, Mas. Ini

baru mau makan siang, jawab

Kinan dengan nada ceria. Mas

Aryo sudah makan?

Aryo tersenyum kecil

mendengar pertanyaannya.

Sudah. Aku sedang makan

makanan yang kamu belikan,

jawab Aryo santai.

Hening sejenak di ujung

telepon, lalu Kinan bertanya,

Makanan apa, Mas?

Aryo hendak menjelaskan,

tapi suara pelayan terdengar di

latar belakang Kinan.

Mas, udah dulu, ya. Aku

mau makan dulu. Udah laper

banget soalnya! ucap Kinan

cepat-cepat. Mas Aryo juga

jangan lupa makan, ya. Jangan

sampai telat.

Sebelum Aryo sempat

menjawab, Kinan sudah

memutuskan panggilan.

Aryo menggeleng sambil

tersenyum kecil. Dasar,

sukanya buru-buru,

gumamnya. Ia kembali

menikmati makanannya dengan

pikiran yang sedikit bercampur

rasa penasaran. Apakah benar

makanan ini dari Kinan?

Kenapa Kinan bertanya begitu?

Namun Aryo mengabaikan

ucapan Kinan tadi dan lanjut

makan.

Tak lama setelah panggilan

telepon berakhir, sebuah pesan

masuk ke ponsel Aryo. Pesan itu

dari Kinan

Mas, aku mau nonton sama

teman-temanku. Kamu mau

ikut? Aku udah beliin tiket buat

kamu. Mas Aryo nyusul ke sini

aja, ya, nanti jam7. Sekalian kita

makan malam.

Aryo membaca pesan itu

sambil mendsah pelan.

Sebenarnya, ia merasa malas

pergi ramai-ramai, apalagi

harus bergaul dengan

teman-temannya Kinan yang

masih terlalu muda dan berisik

menurut Aryo. Ia khavwatir

nanti malah disangka dia adalah

sugar daddy yang punya banyak

ani- ani. Namun, di sisi lain, ini

adalah pertama kalinya Kinan

mengajalknya nonton di bioskop.

Rasanya, ia tidak tega menolak.

Akhirnya Aryo pun

menyanggupi ajakan Kinan

untuk nonton. Baiklah, jam 7

aku akan menyusul ke sana,

balas Aryo singkat.

…

Setelah mengirim pesan,

Aryo menutup ponselnya dan

bersandar sejenak di kursinya.

Pikirannya sedikit berkecamuk.

Semoga ini cuma nonton biasa

dan nggak ada drama,

gumamnya pelan

Setelah selesai menikmati

makan siangnya, Aryo

memanggil asistennya, Fiko, ke

ruangannya.

Ada apa, Pak? tanya Fiko

sambil memasuki ruangan.

Aryo langsung menjelaskan,

Tolong buatkan surat

pernyataan yang menyatakan

kalau Ketua BEM di-DO dari

kampus ini.

Mendengar itu, Fiko

terkejut. Maaf, Pak, alasan apa

yang harus saya tulis di surat

pernyataan itu? Setahu saya,

Ketua BEM selama ini

berkelakuan baik, punya banyak

prestasi, dan merupakan

mahasiswa yang pintar. Selama

ini dia juga tidak pernah

melakukan kesalahan di

kampus, ujar Fiko,

menunjukkan rasa herannya.

Aryo menghela napas

panjang, lalu berkata dengan

nada tegas, Tulis saja kalau dia

sudah melanggar kode etik di

kampus ini. Aku tidak bisa

memberitahumu apa

masalahnya. Lakukan saja

perintahku.

…

Meskipun merasa berat hati,

Fiko mengangguk. Baik, Pak,

jawabnya, lalu mengambil

catatan untuk segera mnemulai

tugasnya.

Sebelum Fiko keluar, Aryo

menambahkan, Tolong

beritahukan juga pada Ketua

BEM agar menemuiku besok

pagi, jam 8. Aku sendiri yang

akan memberikan surat itu

padanya.

Baik, Pak. Apa ada lagi yang

anda perlukan? tanya Fiko,

memastikan tidak ada instruksi

tambahan.

Aryo menggeleng. Tidak

ada, FikO. Itu saja. Terima kasih

Fiko mengangguk lagi dan

meninggalkan ruangan dengan

perasaan campur aduk. la

merasa ada sesuatu yang tidak

biasa dengan keputusan Aryo

ini, tetapi sebagai asisten, ia

hanya bisa menjalankan tugas

yang diberikan. Di sisi lain, Aryo

memandang ke luar jendela

kantornya dengan ekspresi

serius. Jelas ada alasan besar di

balik keputusannya, meskipun

ia memilih untuk

menyimpannya sendiri.

Hari ini Aryo memutuskan

untuk pulang lebih awal, tapi

sebelum itu, ia menyempatkan

diri mampir ke kantornya

sebentar untuk menyelesaikan

beberapa pekerjaan yang belum

selesai. Setelah semuanya beres,

ia akan segera bersiap untuk

bertemu Kinan di mal malam

ini.

…

Pukul enam sore, Aryo baru

sampai di villanya. la langsung

naik ke lantai atas untuk mandi

dan bersiap-siap. Setelah selesai,

ia mengenakan celana denim

berwarna krem dan kaos lengan

pendek berwarna putih.

Penampilannya sederhana, tapi

tetap terlihat keren dan segar,

bahkan tidak ada yang

menyangka kalau usianya sudah

36 tahun.

Saat turun ke lantai satu,

Aryo melihat Bi Sumi, pelayan

rumahnya, sedang membawa

empat pot bunga ke taman.

Bunga dari mana, Bi?

tanya Aryo penasaran.

Itu ada kurir nganterin,

Tuan. Katanya Nona Kinan yang

beli lewat online, jawab Bi

Sumi sambil melangkah menuju

taman.

Aryo mengangguk, lalu

menatap sekilas bunga-bunga

tersebut. la menyadari bahwa

bunga-bunga itu mirip dengan

bunga yang digambar di kertas

note yang ditinggalkan

perngirim makanan tadi siang,

dan mirip dengan bunga yang

Kinan tunjukkan kemarin

ditaman.

Apa Kinan benar-benar

suka bunga langka ini, sampai

beli lagi sebanyak ini? gumam

Aryo sambil mengerutkan dahi.

Bi Sumi yang mendengar

ucapan Aryo hanya menggeleng.

Bibi nggak tahu, Tuan. Tapi

memang belakangan ini Nona

Kinan kelihatannya senang

banget beli bunga.

Aryo tidak menanggapi

lebih lanjut. Ia hanya

memandang bunga-bunga itu

sejenak sebelum kembali

menatap Bi Sumi.

Saya pamit dulu, Bi. Mau

menyusul Kinan ke mal, ucap

Aryo.

..

Iya, Tuan. Hati-hati di

jalan, sahut Bi Sumi sambil

tersenyum.

Aryo melangkah keluar

dengan pikiran masih sedikit

penasaran tentang bunga-bunga

itu. Namun, ia

mengesampingkannya sejenak.

Fokusnya sekarang adalah

menepati janji dengan Kinan.

Setibanya di mal, Aryo

langsung menuju bioskop untuk

menemui Kinan. Di sana, ia

melihat Kinan sedang

mengantre membeli tiket

bersama Tyas, sementara Rosa,

Fuji, dan Sally mengantre

membeli makanan dan

minuman. Aryo mendekati

Kinan dan bertanya, Kamu

ngapain, Kinan?

Kinan terkejut dan menoleh

ke arah Aryo. Eh, Mas Aryo

baru datang? tanyanya. Aryo

mengangguk, lalu menarik

tangan Kinan agar

mengikutinya.

Lho, Mas mau ke mana?

Kita baru antre beli tiket. Nanti

tambah lama antreannya kalau

kita pergi, ucap Kinan.

Aryo berhenti dan bertanya,

Bukankah kamu tadi bilang

sudah beli tiket?

…

Kinan meringis dan

menggeleng. Sebenarnya aku

belum beli, Mas. Aku bilang

begitu biar Mas Aryo mau

datang aja, ucapnya sambil

menundukkan pandangan,

khawatir Aryo akan marah.

Namun, Aryo justru

menariknya lebih dekat dan

memeluk Kinan. Setelah itu, ia

mengajaknya ke ruang premium

dan memesan tiket. Sally yang

melihat Kinan dan Aryo masuk

ke ruang premium, kemudian

mengajak Fuji dan Rosa untuk

ikut ke sana. Aryo lalu memesan

enam tiket sesuai dengan

jumlah mereka semua, tetapi

Kinan menyela, Mas, tiketnya

delapan.

Aryo bertanya, Delapan?

Bukankah kita hanya berenam,

Siapa yang dua lagi?

Lalu Kinan menjawab,

Bentar lagi mereka sampai. Ah,

itu mereka, ucapnya sambil

menunjuk pintu masuk.

Ternyata, yang datang adalah

Juan dan Runa.

…

Selama menonton filmn

horor di bioskop, Kinan terus

menggenggam tangan Aryo

erat-erat. Sesekali ia menutup

wajahnya dengan selimut kecil

yang tersedia disana, tampak

jelas betapa takutnya ia.

Ruangan bioskop dipenuhi

teriakan histeris dan ketakutan

para penonton, membuat

suasana semakin mencekam.

Aryo hanya bisa menghela

napas sambil melirik Kinan.

Aku kira kinan akan

mengajakku nonton film

romantis, ternyata malah

nonton horor begini, gumam

Aryo dalam hati.

Melihat Kinan yang

terus-terusan ketakutan, Aryo

akhirnya berkata pelan, Kinan,

bagaimana kalau kita keluar

saja? Daripada kamu ketakutan

begini.

para penonton, membuat

suasana semakin mencekam.

Aryo hanya bisa menghela

napas sambil melirik Kinan.

Aku kira kinan akan

mengajakku nonton film

romantis, ternyata malah

nonton horor begini, gumam

Aryo dalam hati.

Melihat Kinan yang

terus-terusan ketakutan, Aryo

akhirnya berkata pelan, Kinan,

bagaimana kalau kita keluar

saja? Daripada kamu ketakutan

begini.

Namun, Kinan menggeleng.

Nggak, Mas. Filmnya bagus.

Nanggung, bentar lagi selesai,

jawabnya, meskipun jelas ia

masih merasa takut.

Di sisi lain, situasi Juan tak

kalah kacau. Runa, yang juga

ketakutan, tiba-tiba melompat

ke kursinya dan memeluk Juan

erat-erat di atas pangkuannya.

Juan terdiam, mencoba

menahan dirinya. Sebagai

laki-laki normal, tentu saja

pelukan Runa yang begitu dekat

membuatnya mnerasa canggung,

bahkan ada sesuatu dalam

dirinya yang bangun.

…

Setelah film selesai, Aryo

mengajak mereka makan di

sebuah restoran steak terkenal

di mal itu. Teman-teman Kinan

langsung antusias, senang

karena mendapat kesempatan

makan steak mahal secara gratis.

Ketika makanan disajikan,

Aryo terlihat memotongkan

steak milik Kinan agar lebih

mudah dimakan,. la bahkan

menyuapi Kinan sepotong steak.

Bagaimana, enak nggak?

tanya Aryo sambil tersenyum.

Kinan mengangguk sambil

mengunyah. Enak sih, tapi

lebih enak punya Mas Aryo.

Harusnya tadi pesannya

medium rare semua, lebih juicy,

ucap Kinan sambil cemberut

kecil. Rupanya, Aryo

memesankan steak well-done

untuknya.

Aryo tersenyum tipis.

Kamu sedang hamil, Kinan.

Tidak boleh makan yang

setengah matang, jawab Aryo

lembut. la lalu mengambil tisu

dan mengelap sudut bibir Kinan

yang terkena saus.

Melihat itu, Juan yang

duduk di seberang Aryo

berdecak kecil. Mesra-mesraan

tuh di rumah aja, Pak Dosen.

Kasihan ini, banyak jomblo

yang nonton di sini, ucap Juan

sambil pura-pura merajuk.

Aryo lalu menatap Juan

dengan tetapan sinis lalu

berkata, Biarkan saja toh

mereka sudah dewasa, sudah

mempunyai pacar. Jadi kalau

mereka mau bermesraan bisa

dengan pacarnya, ucap Aryo

sinis.

…

Namun juan malah

menjawab dengan nada yang

sama-sama sinis. Jadi seperti

itu pelajaran yang kamu berikan

kepada murid-muridmu di

kampus? Kamu menyuruh

mahasiswamu untuk

bermesraan dengan pacarnya?

Namun Aryo tidak marah

dengan perkataan Juan, justru

dia tertawa kecil dan menjawab,

mereka sudah dewasa Juan.

Aku tidak akan menyuruh dan

melarang mereka melakukan

apapun. Itu hak pribadi mereka,

kalau ada apa-apa dengan

mereka, toh mereka sendiri

yang akan bertanggung jawab

ucap Aryo.

Runa yang duduk di sebelah

Juan, lalu menyela pembicaraan

mereka, Mas Juan kalau mau

bermesra-mesraan denganku

boleh kok. Runa nggak

keberatan, sahut Runa dengan

polosnya

Aryo tertawa, lalu melirik

Juan dengan senyum jahil.

Makanya, cepetan nikahin tuh

Runa, biar nggak jomblo terus,

balas Aryo santai.

Mendengar itu, Runa hanya

tersenyum malu-malu di tempat

duduknya, sementara

teman-teman Kinan yang lain

tertawa kecil melihat dua lelaki

tampan didepannya sedang

berdebat. Namun, suasana ceria

di meja itu tak sepenuhnya

dirasakan semua orang. Dari

tempat duduknya, seorang

memperhatikan Aryo dan Kinan

dengan pandangan penuh iri

dan marah. Matanya menatap

tajam, menyoroti kemesraan

mereka dengan penuh iri dan

dendam yang terpendam.

Sesampainya di rumah,

Kinan langsung menuju kamar

mandi. Sementara itu, Aryo

yang sedang berganti pakaian

tiba-tiba teringat sesuatu dan

bertanya, Kinan, kenapa kamu

membeli banyak bunga lagi?

…

Apa kamu begitu menyukai

bunga itu? Bukankah kamu

bilang itu bunga langka?

Dari dalam kamar mandi,

Kinan mengerutkan dahi,

merasa bingung. Bunga yang

mana, Mas? tanyanya.

Bunga yang berwarna biru

yang kamu beli secara online.

Tadi sebelum aku berangkat ke

mal, ada kurir yang mengantar

bunga? Mirip sekali dengan

bunga yang ada di tamanmu,

jelas Aryo.

Kinan yang sudah selesai

mandi mengambil handuk,

keluar dari kamar mandi sambil

mengeringkan tubuhnya.

Aku

nggak beli lagi kok, Mas. Siapa

yang beliin, ya? ucapnya

dengan nada bingung.

Aryo menggeleng pelan.

Aku juga nggak pesan untuk

kamu, balasnya.

Kinan mengambil baju ganti

sambil berpikir. Ah, mungkin

Rosa. Besok aku coba tanya

padanya, katanya akhirnya,

seraya mulai mengenakan

pakaian.

…

Aryo hanya mengangguk,

meskipun pikirannya masih

dipenuhi tanda tanya. Ia merasa

sedikit janggal. Kenapa Rosa

membelikan Kinan bunga yang

katanya langka? Bukankah pasti

harganya mahal? pikir Aryo.

Namun, ia tidak ingin berpikir

yang macam-macam.

Aryo memutuskan untuk

mengesampingkan rasa

penasarannya untuk saat ini.

Setelah semuanya selesai,

mereka berdua beristirahat.

Di sebuah kamar hotel, dua

sejoli terbaring di atas ranjang,

tubuh mereka basah oleh peluh.

Nafas keduanya masih belum

teratur setelah momen panas

yang baru saja mereka lewati.

Sang lelaki memeluk

perempuan itu erat.

Sayang, apakah

menurutmu rencanamu kali ini

akan berhasil? tanya Niko

dengan suara pelan namun

serius, matanya menatap

langit-langit kamar.

Perempuan itu berbalik

badan, menatap Niko dengan

senyum penuh keyakinan. Aku

yakin, kali ini akan berhasil,

sayang, kamu tenang saja,’

jawabnya tenang, tanpa ragu

sedikit pun.

Namun, Niko masih gelisah.

Tapi bagaimana kalau PakAryo

menyadari rencanamu?

Bagaimana kalau dia

mengetahui soal bunga yang

kamu kirimkan kepada Kinan?

tanyanya lagi, mencoba

menggali kepastian.

…

Perempuan itu tersenyum

tipis, mengelus wajah Niko

dengan lembut. Tenanglah,

Niko. Pak Aryo itu tipe orang

yang cuek. Dia tidak akan

mengurusi hobi istrinya.

Lagipula, bunga jenis yang

langka, jadi jarang ada orang

yang mengetahuinya. Racunnya

perlahan-lahan akan membuat

Kinan mengalami gangguan

pernapasan. Dan yang paling

fatal, dia akan kehilangan

bayinya, ucapnya dengan nada

dingin, namun penuh kepuasan.

Mendengar itu, Niko

tersenyum kecil, akhirnya

merasa tenang. Kamu memang

hebat, Sayang, semoga saja kita

bisa mendapatkan apa yang kita

mau, ujarnya sambil mendekat

untuk mencium bibir

perempuan itu. Mereka pun

memulai lagi kegiatan panas

mereka.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART71)
Next Post: JANGAN OM (PART69)

Related Posts

JANGAN OM (PART4) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART75) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART57) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART80) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART73) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART66) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme