Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART60)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART60)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART60

…

..

.

Pagi yang semua Osang

sibuk dengan aktifitas mereka

masing-masing. Aryo sibuk

menghadapi tekanan rapat

dewan pengawas di kampus,

sementara Pak Bambang

menemani istrinya, Kartika,

menghadiri acara kolega

sosialitanya. Acara itu diadakan

di sebuah gedung mewah yang

dipenuhi dengan tamu-tamu

berkelas. Saat Pak Bambang dan

Kartika baru saja tiba, mereka

langsung disambut oleh Pak

Heri dan istrinya, Ratna, yang

segera mendekat dengan

ekspresi penuh tanya.

Pak Bambang, apakah Anda

tidak bisa membujuk Aryo,

untuk tidak menceraikan Siska?

tanya Pak Heri tanpa basa-basi,

kepada besannya itu.

…

Pak Bambang terkejut

dengan pertanyaan itu,

sementara Kartika hanya

tersenyum tipis. Pak Heri, saya

rasa itu adalah urusan

Keluarganya Aryo. Saya tidak

berhak ikut campur masalah ini

. jawab Pak Bambang dengan

nada datar, mencoba menutupi

kegelisahan yang mulai muncul.

Namun, Pak Heri merasa

tidak puas dengan jawaban pak

Bambang. Saya sudah

menganggap Aryo anak saya

sendiri dari dulu pak. Saya

sangat kecewa dengan

keputusan Aryo. Apalagi

berhembus kabar adanya orang

ketiga, ini bisa berdampak

buruk pada reputasi kita semua.

Kartika hanya tersenyum

dingin dan terdiam tidak

membela sang suami. Pak

Bambang, yang merasa tidak

nyaman, hanya diam dan

mencoba menikmati acara

meskipun pikirannya terganggu

oleh gosip yang terus beredar.

Sementara itu, di kediaman

Bu Lasmi, suasana tenang

seperti biasa. Pagi itu, Bu Lasmi

bersiap untuk melakukan

kontrol rutin ke rumah sakit.

Namun, saat ia hendak bersiap,

tiba-tiba kepalanya terasa

berdenyut hebat. la memegang

pelipisnya, mencoba menahan

rasa pusing yang tiba-tiba

menyerang.

Melihat kondisi itu, Mbak

Asih, perawat pribadi yang setia

menjaga Bu Lasmi, segera

mendekat. Nyonya, sebaiknya

kita menunda jadwal ke rumah

sakit. Saya akan menelepon

Dokter Agus untuk datang ke

sini dan memeriksa Anda, ucap

Mbak Asih dengan nada

khawatir.

…

Namun, Bu Lasmi, dengan

sikap keras kepala yang sudah

menjadi ciri khasnya,

menggeleng pelan. Tidak perlu,

Asih. Kita tetap ke rumah sakit

saja. Sekalian aku bisa minta

obat pusing di sana. Ini tidak

seberapa, jawabnya tegas.

Mbak Asih hanya bisa

mengangguk, menghormati

keputusan majikannya. la

segera membantu Bu Lasmi

bersiap dan memastikan

semuanya berjalan lancar. Tak

lama kemudian, mereka berdua

naik ke mobil yang sudah

disiapkan oleh sopir keluarga.

Di dalam mobil, Bu Lasmi

bersandar dengan mata

tertutup, mencoba meredakan

rasa pusing yang masih

menyelimuti. Namun, di balik

rasa pusing itu, pikirannya terus

berputar, memikirkan berbagai

hal-mulai dari konflik

keluarga, kedatangan David,

hingga situasi di kampus yang

semakin rumit. la tidak tahu,

pagi itu akan muncul kejadian

yang lebih besar yang akan

menimpa dirinya.

Mobil awalnya melaju

dengan baik, semnua berjalan

lancar. Namun, tiba-tiba mobil

terasa sedikit oleng.

Ada apa, Pak? tanya Mbak

Asih yang duduk di kursi

belakang, menyadari ada

sesuatu yang tidak beres dengan

cara Pak Yanto menyetir.

Pak Yanto menggelengkan

kepala, wajahnya terlihat

bingung. Nggak tahu, Mbak.

Tiba-tiba kok saya ngantuk

banget, ya? Padahal biasanya

saya nggak pernah seperti ini,

ucapnya sambil berusaha tetap

fokus memegang kemudi.

Mendengar itu, Bu Lasmi

yang duduk di kursi belakang

langsung merespons. Ya sudah,

kita putar balik saja. Mumpung

masih dekat dengan rumah, biar

nanti Pak Hamdan yang

gantikan kamu menyetir, kata

Bu Lasmi dengan nada tenang

namun tegas.

…..

Pak Yanto mengangguk,

setuju dengan usulan Bu Lasmi.

la kemudian menyalakan lampu

sein untuk memutar balik

kendaraan. Namun, saat mobil

mulai berputar, tiba-tiba dari

arah berlawanan muncul

sebuah truk besar yang melaju

sangat kencang.

Pak Yanto, awas! teriak

Mbak Asih panik.

Namun, semuanya terjadi

begitu cepat. Truk itu

menghantam sisi kiri mobil

dengan keras, tepat di bagian

tempat Bu Lasmi duduk.

Tabrakan tersebut membuat

mobil terseret beberapa meter

ke depan. Suara benturan logam

dan kaca pecah terdengar

memekakkan telinga, membuat

warga sekitar terkejut dan

berteriak histeris.

Suasana pagi yang tenang di

jalanan mendadak berubah

menjadi kacau. Mobil yang

ditumpangi Bu Lasmi, Mbak

Asih, dan Pak Yanto kini

terhenti dalam kondisi cukup

mengenaskan di tengah jalan.

Bagian kiri mobil penyok parah,

kaca jendela pecah

berhamburan, dan asap tipis

mulai keluar dari kap mobil.

Sejumlah warga yang

melihat kecelakaan itu langsung

berlari mendekat. Tolong! Ada

kecelakaan! Cepat panggil

ambulans! teriak seorang pria

paruh baya dengan suara panik.

Beberapa orang lainnya segera

mengeluarkan ponsel mereka

untuk menghubungi layanan

darurat, sementara yang lain

mencoba membantu para

korban yang masih terjebak di

dalam mobil.

….

Di dalam mobil, suasana

penuh kepanikan. Pak Yanto,

yang duduk di kursi pengemudi,

berusaha membuka pintu mobil

yang sudah penyok, namun

tubuhnya terasa lemah akibat

benturan keras. Sementara itu,

Mbak Asih, yang duduk di

sebelah Bu Lasmni, mencoba

tetap tenang meski pelipisnya

terluka dan darah mengalir

pelan ke wajahnya. la

memandang ke arah Bu Lasmi

yang tampak tidak sadarkan diri.

Nyonya! nyonya Lasmi!

panggil Mbak Asih dengan suara

serak, mengguncang tubuh

majikannya yang terkulai di

kursi belakang. Namun, tidak

ada respons. Kekhawatiran

menyelimuti wajah Mbak Asih.

Salah satu warga, seorang

pria muda dengan tubuh kekar,

berhasil membuka pintu depan

mobil. Pak, tahan sebentar.

Kami akan membantu! katanya

sambil menarik tubuh Pak

Yanto keluar dari kursi

pengemudi. Pak Yanto hanya

mengangguk lemah, terlihat

masih syok dengan apa yang

baru saja terjadi.

….

Di sisi lain, beberapa warga

mencoba membuka pintu

belakang untuk mengeluarkan

Bu Lasmi dan Mbak Asih. Pintu

itu macet, tetapimereka terus

berusaha dengan alat seadanya.

Hati-hati! Jangan sampai

melukai korban lebih parah,

kata seorang pria yang tampak

lebih berpengalaman,

kemungkinan seorang mekanik

dari sekitar.

Tak lama kemudian, suara

sirine ambulans dan polisi

terdengar mendekat. Minggir!

Minggir! Berikan ruang! teriak

petugas medis saat tiba di lokasi.

Dengan cepat, mereka

memeriksa kondisi para korban

dan mulai memberikan

pertolongan pertama.

Pasien dalam kondisi kritis.

Kita harus segera membawanya

ke rumah sakit! ucap salah satu

paramedis sambil memasang

alat bantu pernapasan pada Bu

Lasmi.

Mbak Asih, meski terluka,

tetap memohon kepada petugas.

Tolong, selamatkan Nyonya

saya… Dia harus selamat.,

ucapnya dengan suara bergetar.

Petugas membawa semua

korban ke dalam ambulans dan

segera menuju rumah sakit

terdekat. Di lokasi kecelakaan,

polisi mulai mengamankan

tempat kejadian, mencatat

identitas truk yang terlibat dan

mengamankan sopir truk, serta

mengatur lalu lintas yang

sempat macet.

Di kampus, saat baru saja

memasuki ruang kelas untuk

memberikan mata kuliah, Aryo

tiba-tiba mendapatkan telepon

dari perawat neneknya. la

langsung merasa ada sesuatu

yang tidak beres. Perawat Nenek

Lasmi jarang sekali

menghubunginya, apalagi di

jam seperti ini.

….

Aryo memutuskan untuk

pamit sebentar kepada

mahasiswanya dan segera

menuju luar kelas untuk

mengangkat panggilan tersebut.

la menjawab tanpa basa-basi,

Halo, Mbak, ada apa?

Dari seberang telepon

terdengar suara gemetar

perawat itu. Tuan Aryo…

Nyonya Lasmi mengalami

kecelakaan. Sekarang beliau

sedang dibawa ke rumah sakit

Mitra Sehat, kata Mbak Asih

terbata-bata.

Aryo tertegun sejenak,

mencoba mencerna apa yang

baru saja didengarnya. Apa?

Bagaimana bisa? Baiklah, Mbak,

aku akan segera ke sana. Tolong

terus kabari aku tentang kondisi

 

Nenek.

Setelah menutup telepon,

Aryo kembali masuk ke dalam

kelas. Ia berdiri di depan para

mahasiswa dan berkata, Maaf,

saya harus pergi karena ada

urusan mendesak. Kuliah hari

ini diliburkan. Mohon

pengertiannya.

Tanpa membuang waktu,

Aryo mengajak Kinan, untuk

ikut bersamanya. Di dalam

mobil, suasana terasa tegang.

Baru setelah mobil melaju,

Kinan memberanikan diri

bertanya, Ada apa, Mas? Apa

yang terjadi? Mas Aryo

kelihatan cemas.

….

Aryo menjawab cepat tanpa

menoleh, pandangannya lurus

ke jalan. Nenek kecelakaan,

Kinan. Sekarang dia di rumah

sakit. Kondisinya kritis.

Kinan terkejut mendengar

kabar itu. Astagfirullah..,

ucapnya lirih. la ingin bertanya

lebih banyak, tetapi melihat

wajah Aryo yang penuh

kekhawatiran, Kinan memilih

diam. Ia hanya bisa berdoa

dalam hati agar semuanya

baik-baik saja.

Sepanjang perjalanan, Aryo

terus memacu mobilnya dengan

pikiran yang penuh

kekhawatiran, berharap ia bisa

segera tiba di rumah sakit.

Aryo melajukan mobilnya

dengan kecepatan tinggi menuju

Rumah Sakit Mitra Sehat.

Wajahnya tegang, tatapannya

lurus ke depan, seakan enggan

kehilangan waktu barang

sedetik pun. Di sampingnya,

Kinan duduk diam, sesekali

melirik Aryo dengan khawatir,

tetapi memilih untuk tidak

mengganggu fokus suaminya.

Semoga tidak terjadi

apa-apa pada Nenek,gumam

Aryo pelan, hampir seperti

berbicara pada dirinya sendiri.

Kinan hanya mengangguk

kecil sambil memanjatkan doa

dalam hati. Ia tahu, Bu Lasmi

adalah sosok yang sangat berarti

bagi Aryo, dan kecelakaan ini

pasti mengguncang hati

suaminya.

….

Setibanya di rumah sakit,

Aryo langsung memarkir mobil

di dekat area pintu masuk

darurat. Ia segera turun dan

berlari menuju ruang gawat

darurat, diikuti oleh Kinan.

Di depan ruang IGD, Aryo

melihat Mbak Asih berdiri

dengan wajah pucat dan mata

sembab, serta terdapat perban di

dahi dan lengannya. Ketika

melihat Aryo datang, Mbak Asih

segera mendekat. Tuan Aryo…

nyonya Lasmi masih belum

sadarkan diri. Kondisinya cukup

serius, tapi dokter bilang

mereka akan melakukan yang

terbaik, ucap Mbak Asih sambil

menahan isak tangis.

Aryo mencoba tetap tenang

meski hatinya kacau. Terima

kasih, Mbak Asih. Tolong

ceritakan, bagaimana

kecelakaan ini bisa terjadi?

tanyanya dengan suara bergetar.

Mbak Asih menghela napas

panjang sebelum menjawab.

Pak Yanto tiba-tiba merasa

mengantuk saat mengemudi,

padahal sebelumnya dia tidak

menunjukkan tanda-tanda

kelelahan. Saat memutar balik

mobil, tiba-tiba ada truk yang

melaju kencang dari arah

berlawanan dan menabrak sisi

kiri mobil. Nyonya Lasmi

terkena benturan yang cukup

keras… suara Mbak Asih

semakin lirih.

Kinan yang berdiri di

samping Aryo ikut terkejut

mendengar penjelasan itu. Apa

mbak Asih dan pak Yanto

baik-baik saja? tanya Kinan

dengan nada cemas.

Pak Yanto mengalami

patah dilengannya dan saya

hanya mengalami luka ringan,

tetapi Nyonya Lasmi… dia yang

paling parah. Dokter bilang ada

cedera di kepala dan tulang

rusuknya, jawab Mbak Asih, air

matanya mulai mengalir lagi.

….

Aryo mengepalkan

tangannya, mencoba menahan

rasa marah dan cemas yang

bercampur aduk dalam dirinya.

Aku harus menemui dokter.

Tunggu di sini, ucap Aryo tegas

sebelum melangkah cepat

menuju ruang dokter.

Kinan mengangguk kepada

Aryo dengan lembut sebelum

dia pergi. Iya mas, ucap Kinan

dengan suara lembut. Aryo

menoleh sekilas, tanpa berkata

apa-apa, lalu melanjutkan

langkahnya.

Di dalam hatinya, Aryo

merasa ada yang tidak beres

dengan kejadian ini. Pak Yanto

tiba-tiba mengantuk? Ini tidak

masuk akal…Aku mengenal pak

Yanto bertahun-tahun. Dia

bukan orang yang teledor dalam

bekerja, pikirnya. Namun,

untuk saat ini, fokus utamanya

adalah memastikan

keselamatan neneknya yang

sedang berjuang antara hidup

dan mati.

Setelah menendengar

penjelasan Dokter mengenai

kondisi neneknya, Aryo masih

merasa ada sesuatu yang

mengganjal dalam pikirannya.

Apalagi setelah peristiwa yang

terjadi beberapa waktu

belakangan ini. la segera

mencari Pak Yanto, yangjuga

sedang dirawat di IGD. Ketika

Aryo tiba, ia melihat Pak Yanto

sedang berbaring dengan wajah

pucat dan tampak lengan

kanannya di gips.

…

Pak Yanto, bisa kita bicara

sebentar? tanya Aryo seraya

duduk di hadapannya.

Pak Yanto menatap Aryo

dengan sorot mata penuh rasa

bersalah. Silakan, Tuan Aryo.

Sebelumnya, saya mohon maaf

sebesar-besarnya. Karena

keteledoran saya, kecelakaan ini

sampai terjadi, ucapnya dengan

nada penuh penyesalan.

Aryo menarik napas dalam,

berusaha tetap tenang. Bisa

Bapak ceritakan apa yang

sebenarnya terjadi sampai

kecelakaan itu bisa terjadi?

tanyanya serius.

Pak Yanto menghela napas

panjang sebelum memulai

ceritanya. Seperti biasa, pagi

tadi saya mengantar Bu Lasmi

ke rumah sakit untuk check-up

kesehatan. Namun, baru sekitar

15 menit perjalanan, tiba-tiba

saya merasa sangat mengantuk.

Rasanya berat sekali, seperti

tidak bisa saya tahan, padahal

sebelumnya saya tidak pernah

seperti ini.

Aryo mendengarkan

dengan cermat.Apa tadi malam

Bapak begadang? tanyanya

mencoba menggali lebih dalam.

Tidak, Tuan, jawab Pak

Yanto tegas.

Kalau begitu, apa Bapak

makan atau minum sesuatu

beberapa menit sebelum

berangkat? Minum obat

mungkin yang bisa

mengakibatkan mengantuk,

tanya Aryo mendesak.

….

Pak Yanto terlihat berpikir

sejenak. Saya tidak

mengkonsumsi obat apapun

tuan. Seperti biasa, saya pagi ini

hanya minum teh panas. Tapi,

memang hari ini agak berbeda

dari hari biasanya. Doni, satpam

di rumah, tiba-tiba

membuatkan teh untuk saya.

Biasanya dia tidak pernah

melakukannya, karena kami

memang tidak terlalu dekat.

Doni bilang kalau dia sekalian

membuat untuk dirinya sendiri.

Aryo mencatat informasi itu

dalam pikirannya, tapi ia tetap

menyembunyikan

kekhawatirannya. Lalu,

bagaimana dengan truk yang

menabrak mobil nenek? Apakah

ada hal yang janggal menurut

Bapak?

Pak Yanto terdiam beberapa

saat, seperti mengingat-ingat.

Sebenarnya, ada satu hal aneh.

Truk itu awalnya berjalan pelan

dan masih cukup jauh dari

posisi mobil kami. Makanya,

saya merasa aman untuk

memotong jalan. Tapi, entah

kenapa, tiba-tiba truk itu

mempercepat lajunya dengan

kecepatan tinggi. Saya tidak

punya waktu untuk

menghindar, dan tabrakan itu

pun tidak terelakkan,

Wajah Aryo semakin serius

mendengar penjelasan itu. Ada

terlalu banyak kejanggalan-

dari teh buatan Doni hingga

perilaku truk yang tiba-tiba

berubah. Dalam hati, Aryo

bertekad untuk menyelidiki

kejadian ini lebih dalam. Ada

sesuatu yang tidak beres, dan ia

harus memastikan apa yang

sebenarnya sedang terjadi.

Setelah mendengar

penjelasan dari Pak Yanto, Aryo

merasa ada terlalu banyak

kejanggalan. Ia segera

menghubungi Joni, yang bisa

diandalkan dalam situasi seperti

ini. Jon, aku butuh bantuanmu.

Nenekku mengalami

kecelakaan dijalan Thamrin.

Cari saksi disekitar kejadian,

dan temui sopir truk yang

menabrak nenekku dan cari

tahu, apa yang sebenarnya

terjadi. Aku merasa ada yang

aneh, ucap Aryo dengan nada

tegas di telepon. Joni segera

melakukan perintah

majikannya itu.

….

Selesai berbicara dengan

Joni, Aryo kembali ke ruang

IGD, tempat Kinan dan Mbak

Asih menunggui neneknya. Saat

sampai di sana, Aryo melihat

kedua orang tuanya, Bu Kartika

dan Pak Bambang, baru saja tiba.

Mereka masih mengenakan

pakaian pesta, terlihat

tergesa-gesa karena langsung

menuju rumah sakit setelah

mendengar kabar kecelakaan

tersebut.

Pak Bambang segera

mendekati Aryo dengan wajah

penuh kekhawatiran.

Bagaimana kondisi nenek, Yo?

Kata Kinan, kamu baru saja

bicara dengan dokter.

Aryo menelan ludah, lalu

menjawab dengan nada sedih.

Kondisi Nenek Lasmi masih

kritis, Pak. Benturannya cukup

keras. Dokter bilang kondisinya

masih lemah, jadi kita harus

menunggu perkembangan lebih

lanjut.

Aryo menundukkan

kepalanya, mencoba

menenangkan diri dari rasa

sedih dan kalut. Namun, saat ia

menatapibunya tanpa sengaja,

ekor matanya menangkap

sesuatu yang membuatnya

terkejutseulas senyum tipis di

wajah ibunya, saat mendengar

kabar kondisi Nenek Lasmi yang

kritis.

Aryo tercekat. Apa aku salah

lihat? pikirnya dalam hati.

….

Senyum itu begitu cepat, seperti

bayangan, tetapi cukup nyata

untuk membuat Aryo

terguncang. Meskipun sangat

tipis, nyaris seperti garis di tisu,

Aryo tahu matanya terlalu jeli

dalam mengamati sesuatu.

la berusaha menenangkan

pikirannya, mencoba mencari

alasan lain untuk apa yang baru

saja ia lihat. Mungkin hanya

refleks… atau mungkin aku

terlalu lelah… Namun, perasaan

janggal itu tidak bisa hilang. Ada

sesuatu dalam senyum ibunya

yang membuat Aryo merasa

tidak nyaman.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART61)
Next Post: JANGAN OM (PART59)

Related Posts

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART06) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART09) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART18) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART66) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART7) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART58) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme