JANGAN OM (PART6)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART6
…Ceritadewasa…
.
.
.
Keesokan paginya, sesuai
dengan rencana yang sudah
diatur oleh Aryo, siang itu
mereka berdua menuju rumah
sakit untuk bertemu dengan
Dokter Frans, dokter spesialis
kandungan sekaligus teman
lama Aryo. Aryo dan Kinnan
duduk di ruang tunggu sambil
menunggu giliran mereka.
Kinnan tampak sedikit gugup,
sementara Aryo berusaha
menenangkannya dengan
menggenggam erat tangannya.
…
Saat giliran mereka tiba,
Dokter Frans menyambut
mereka dengan senyuman
ramah. Setelah beberapa
percakapan santai, pemeriksaan
pun dimulai. Dokter Frans
dengan teliti memeriksa kondisi
rahim Kinnan, mengevaluasi
kesehatannya secara
keseluruhan.
Selesai pemeriksaan, Dokter
Frans mengangguk puas sambil
tersenyum, Kinnan, kondisi
rahimmu sehat dan
kemungkinan besar sudah siap
untuk dibuahi, katanya dengan
nada meyakinkan. Secara
umum, tubuhmu juga dalam
kondisi baik. Namun, perlu
diperhatikan bahwa hmil di
usia muda memang sedikit lebih
berisiko, jadi penting untuk
selalu menjaga kesehatan.
Kinnan mengangguk,
merasa lega mendengar
penjelasan Dokter Frans.
Terima kasih, Dok, ucapnya
sambil tersenyum, meski ada
sedikit rasa khawatir di
wajahnya.
…
Tidak masalah, balas
Dokter Frans. Karena kamu
sedang menstrasi sekarang,
saya sarankan untuk mencoba
saat memasuki masa subur. Itu
akan meningkatkan
kemungkinan kehamilan,
tambahnya, sambil memberikan
panduan tentang cara
menghitung masa subur.
Aryo tersenyum penuh
semangat dan memandang
Kinnan dengan tatapan penuh
harap. Terima kasih Frans,
kapan-kapan kita bisa bertemu
lagi, ujarnya sambil
menggenggam tangan Kinnan.
Dokter Frans tersenyum
kecil dan mengangguk.
Sama-sama Aryo, aku selalu
menantikan hal itu. Kinan dan
Aryo pun segera pamit dan
pulang ke apartemen.
…
Sesampainya di apartemen,
Aryo langsung berpamitan pada
Kinan. la harus kembali ke
kantor untuk menyelesaikan
beberapa pekerjaan yang masih
menunggu. Sebelum Aryo
sempat melangkah pergi, Kinan
memberanikan diri untuk
meminta izin.
Mas…Aku mau ke
minimarket sebentar, Mas,
cap Kinan sambil tersenyum
canggung. Mau beli pembalut,
stoknya sudah habis.
Aryo menganggukpelan,
lalu menatapnya dengan penuh
perhatian. Kalau kamu mau
jalan-jalan sekalian, nggak
apa-apa, tapi jangan terlalu jauh,
ya. Hati-hati juga, pesannya
dengan nada lembut tapi serius.
Di Kota beda sama kampung.
Banyak orang asing dan jahat
disini.
Kinan tersenyum kecil,
mengangguk sambil
menganggam erat tasnya. Iya,
Mas. Aku nggak akan lama,
jawabnya pelan, berusaha
meyakinkan Aryo.
Aryo kemudian membalas
dengan senyuman tipis,
mengusap kepalanya dengan
lembut. Jaga dirimu, ya.
Setelah itu, Aryo pun bergegas
meninggalkan apartemen,
meninggalkan Kinan dengan
rasa hangat di hatinya.
Setelah Aryo meninggalkan
apartemen, Kinan segera
menghubungi seseorang.
Dengan suara pelan namun
penuh keyakinan, ia membuat
janji untuk bertemu di depan
minimarket yang berada di
dekat apartemen. Setelah selesai
menelepon, Kinan memasukkan
uang tunai pemberian Aryo ke
dalam tasnya, lalu dengan
sengaja meninggalkan
ponselnya di atas meja. la
seolah-olah tak ingin terlacak
atau terganggu.
….
Sebelum keluar, Kinan
menghampiri Mbok Sumi yang
sedang merapikan meja di ruang
tengah. Mbok, Kinan pergi
dulu ya. Kinan mau ke
minimarket di sebelah
apartemen. Tadi sudah pamit
sama Mas Aryo, ucap Kinan
dengan nada yang terdengar
agak berat. Makasih ya, Mbok,
sudah baik sama Kinan selama
ini.
Mbok Sumi menoleh
dengan sedikit heran, merasa
ada yang janggal dalam nada
bicara Kinan, seakan ada
sesuatu yang lebih dari sekadar
kepergian singkat ke
minimarket. Namun, ia
memilih untuk tidak banyak
bertanya, hanya tersenyum
kecil sambil mengangguk.
Hati-hati, Non, jawabnya
lembut.
Setelah mengucapkan itu,
Kinan melangkah keluar dari
apartemen dengan langkah
mantap, meninggalkan Mbok
Sumi yang masih berdiri
terpaku, merasa ada yang aneh
namun tak sepenuhnya paham
apa yang tengah terjadi.
Sudah lebih dari satu jam
sejak Kinan pergi ke
minimarket, dan Mbok Sumi
mulai merasa cemas. la
berusaha menenangkan diri,
berpikir mungkin Kinan hanya
ingin sekadar berjalan-jalan,
mencari suasana baru di luar
apartemen. Namun, seiring
berjalannya waktu hingga sore
hari, kecemasan Mbok Sumi
emakin bertambah. Pukul
enam sore pun tiba, namun
Kinan masih juga belum pulang.
Kegelisahan akhirnya
memuncak.
Dengan tangan sedikit
gemetar, Mbok Sumi segera
meraih ponsel untuk
menghubungi Kinan. Namun,
saat suara nada sambung
terdengar, Mbok Sumi
menyadari bunyi itu berasal dari
kamar Kinan. Terperanjat, ia
bergegas masuk ke kamar dan
mendapati ponsel Kinan
tergeletak di atas meja, persis di
tempat yang sama seperti saat
Kinan meninggalkannya tadi
siang.
Panik mulai menyelimuti
dirinya. Dengan tangan gemetar,
Mbok Sumi langsung
menghubungi Aryo. Begitu
panggilan tersambung,
suaranya terdengar cemas,
Tuan Aryo, ini Mbok Sumi.
Kinan belum pulang sejak siang
tadi. Tadi pamitnya cuma mau
ke minimarket di sebelah
apartemen, tapi sampai
sekarang belum pulang, tuan…
bahkan ponselnya ditinggalkan
di kamar.
Suara Aryo terdengar
tegang di ujung telepon. Apa?
belum pulang
? tanyanya dengan nada
penuh kekhawatiran. Baik,
Mbok. Saya akan segera ke
apartemen. Tolong tetap di sana,
ya,
Setelah panggilan berakhir,
Mbok Sumi hanya bisa berharap
semoga tidak ada hal buruk yang
terjadi pada Kinan.
….
Sesampainya di apartemen,
Aryo segera menemui Mbok
Sumi yang menunggu di ruang
tamu dengan wajah penuh
kecemasan. Tanpa menunda
waktu, Aryo langsung bertanya,
Mbok, sebenarnya Kinan tadi
pergi ke mana? Apa dia bilang
mau ke tempat lain?
Mbok Sumi mencoba
mengingat kembali kejadian
siang tadi. Setelah Tuan Aryo
pergi, Non Kinan pamit mau ke
minimarket, katanya mau beli
pembalut. Non Kinan bilang
sudah minta izin ke Tuan,
jawab Mbok Sumi, suaranya
terdengar sedikit gemetar. Tapi
..ada yang sedikit aneh tuan.
Sebelum pergi, Non Kinan juga
sempat mengucapkan terima
kasih ke Mbok… katanya karena
Mbok sudah baik sama dia
selama ini.
Mendengar penuturan
Mbok Sumi, Aryo merasakan
firasat buruk yang makin kuat.
Terima kasih? Aryo mengulang
dengan nada tegang, seakan
ucapan itu menyiratkan sesuatu
yang lebih dalam. Tanpa
membuang waktu, ia segera
keluar dari apartemen, bergegas
menuju minimarket yang
dimaksud Kinan tadi.
Sesampainya di minimarket,
Aryo langsung menemui salah
satu pegawai dan
memperlihatkan foto Kinan di
ponselnya. Maaf, Mbak.
Apakah tadi siang Anda melihat
perempuan muda seperti ini,
sekitar jam 1 Siang, berbelanja di
sini?
Pegawai itu melihat foto
Kinan dengan seksama, lalu
menggelengkan kepala. Maaf,
Pak, tapi saya sepertinya tidak
melihat perempuan ini datang
berbelanja tadi siang.
Jawaban itu semakin
membuat Aryo cemas. la mulai
berpikir keras, mencoba
mengingat apakah Kinan
mungkin punya alasan lain atau
hendak menemui seseorang.
Tanpa petunjuk yang jelas, Aryo
merasa terombang-ambing oleh
firasat buruk yang semakin kuat,
sementara bayangan Kinan
yang hilang tak juga
memberikan jawaban.
….
Merasa ada yang tidak beres,
Aryo segera mengeluarkan
ponselnya dan menghubungi
anak bualhnya dengan suara
tegas dan penuh kemarahan.
Samsul,aku butuh bantuanmu.
Tolong cari seorang gadis
berusia 18 tahun bernama Kinan,
dia hilang sejak siang tadi. Aku
ingin kalian cari keberadaannya
sekarang juga! ucap Aryo
dengan nada yang nyaris
meledak.
Tanpa menunggu jawaban,
Aryo langsung mengirimkan
foto Kinan ke semua kontak
Samsul. Ini fotonya. Cek setiap
tempat yang mungkin dia
datangi di sekitar apartemen,
minimarket, atau tempat lain
yang sekiranya dia bisa pergi.
Saya tidak mau tahu-pokoknya
Kinan harus ditemukan
secepatnya, Aryo mengirimkan
pesan pada Samsul.
Baik tuan, kami akan
secepatnya bergerak. Balas
Samsul.
Anak buah Samsul yang
mendengar perintah itu tidak
berani membantah sedikit pun.
Mereka segera bergerak,
nenyebar ke berbagai arah
untuk mnelacak keberadaan
Kinan. Aryo berdiri dengan
tangan mengepal, menahan
amarah dan kecemasannya yang
semakin membesar seiring
berjalannya waktu. Sialan
kamu Kinan, lihat saja,aku akan
menemukanmu?gumamnya
pelan dengan sorot mata yang
tegang dan penuh kekhawatiran.
Merasa tidak mnenemukan
petunjuk,Aryo pulang ke
apartemen.Kemarahan Aryo
memuncak, dan ia merasa
terjebak dalam perasaan frustasi
yang melanda. Dengan gemetar,
ia memandang sekeliling kamar
Kinan yang rapi, yang kini
terasa sepi. Dia melangkah maju,
menendang kursi yang adad
sudut ruangan hingga terjatuh.
….
Sialan! Anak kecil itu
berani bermain-main denganku
! teriak Aryo, suaranya
menggema di dalam ruangan
yang sunyi. Aku pikir dengan
memperlakukannya baik-baik,
dia akan menurut. Dia
seharusnya hanya tinggal patuh,
dan hidupnya akan terjamin!
Kenapa aku begitu bodoh,
sampai bisa dikelabuhi oleh
anak kamnpungan itu?
Dalam kemarahannya, Aryo
meraih benda-benda di meja
Kinan, menghancurkan segala
sesuatu yang bisa dijangkau.
Buku-buku berserakan di lantai,
vas bunga pecah semua. Ia tidak
peduli. Semua rasa marah dan
kekecewaannya tercurah dalam
tindakan merusak itu.
Dia pikir bisa melarikan
diri dariku? Tidak! Jangan
mimpi kinan. serunya, suara
membara dengan amarah yang
meluap. Dia merasa tertipu,
terkhianati oleh seseorang yang
seharusnya menurut dan
menghargai kesempatan yang
telah diberikan kepadanya.
…
Dengan setiap barang yang
dihancurkannya, Aryo semakin
merasa kehilangan kendali. Dia
menyadari betapa dia
berinvestasi dalam Kinan,
berharap bahwa gadis itu bisa
mengubah hidupnya dengan
kehadirannya. Namun, semua
harapan itu sekarang terasa
sia-sia, dan itu membuatnya
semakin marah.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts