JANGAN OM (PART51)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART51
…
..
.
Keesokan harinya, kondisi
Kinan mulai membaik. Meski
begitu, dokter masih
menyarankan agar ia
beristirahat total di tempat tidur
dan menghindari aktivitas berat.
Pagi itu, setelah selesai makan
dengan bantuan Mbok Sumi
yang menyuapinya, Kinan
memilih untuk bermain ponsel
sambil bersandar di ranjang.
Aryo, yang baru saja keluar
dari kamar mandi dengan
penampilan rapi mengenakan
kemeja dan celana kain,
menghampirinya. la berdiri di
sisi ranjang dan menatap Kinan
dengan lembut.
Bagaimana kondisimu?
Sudah lebih baik? tanya Aryo.
Kinan mengangguk kecil.
…
Aku sudah nggak terlalu lemas
kayak kemarin, Mas. Perutku
juga udah nggak begitu sakit,
jawabnya dengan suara pelan.
Baguslah, balas Aryo
sambil tersenyum lega. Tapi
dokter belum
mengizinkanmu
banyak bergerak. Kamu masih
harus istirahat di kasur, paling
tidak tiga hari, Kinan.
Iya, Mas, sahut Kinan,
mengangguk patuh.
Matanya kemudian
menganmati Aryo dari atas
sampai bawah. Penampilan
suaminya yang rapi
membuatnya penasaran. Mas
Aryo mau ke mana? Mau ke
kampus? tanyanya.
Aryo mendekat dan
mencium kening Kinan dengan
lembut. Nggak, hari ini Mas
mau pulang ke rumah dulu. Ada
sesuatu yang harus aku urus,
jelasnya. Kamu jangan terlalu
lama main HP ya. Habis ini lebih
baik tidur. Takutnya nanti
kamu pusing lagi.
Kinan hanya mengangguk
pelan, mengikuti nasihat
suaminya. Aryo lalu menoleh ke
arah Mbok Sumi yang berdiri
tak jauh dari mereka.
Mbok, saya titip Kinan ya.
Saya ada urusan sebentar. Kalau
sudah selesai, saya bakal
cepat-cepat ke sini lagi,
pesannya.
….
Mbok Sumi mengangguk
dengan senyum menenangkan.
Iya, Tuan Aryo. Mbok bakal
jagain Non Kinan. Kalau ada
apa-apa, Mbok pasti langsung
hubungi Tuan.
Aryo mengangguk,
mengucapkan terima kasih, lalu
beranjak pergi. Sementara itu,
Kinan hanya memperhatikan
punggung Aryo yang menjauh,
merasa sedikit lega sekaligus
senang dengan perhatian
lembut suaminya.
Tak berapa lama, Aryo tiba
di rumah keluarganya dengan
langkah mantap. Di halaman, ia
melihat mobil Siska sudah
terparkir rapi. la memang
sengaja meminta Siska datang
hari ini. Saat Aryo memasuki
rumah, Siska segera
menghampirinya dengan
ekspresi dramatis. Tanpa ragu,
ia langsung memeluk Aryo erat.
Mas, kamu ke mana aja?
Kemarin malam aku
kebingungan mencarimu
karena kamu tiba-tiba pergi
tanpa pamit. Aku khawatir
banget, Mas, ucap Siska dengan
nada yang dibuat-buat.
Namun, Aryo hanya diam
tanpa ekspresi. Ia tidak
membalas pelukan itu, bahkan
tidak menjawab pertanyaan
Siska. Setelah beberapa detik, ia
melepaskan pelukan Siska
dengan dingin dan
menyuruhnya duduk.
Duduk, ucapnya singkat.
Nada suaranya begitu datar,
membuat Siska tertegun
sejenak. Namun, sebelum Siska
sempat membalas, suara Bu
Kartika, ibunya Aryo, terdengar
memecah keheningan.
….
Aryo! Siska itu
mengkhawatirkanmu.
Bagaimana bisa kamu tega
meninggalkannya di pesta
sendirian? Walaupun kamu
sedang mabuk, tetap saja kamu
tidak boleh pergi begitu saja dan
membuatnya cemas! sergah Bu
Kartika dengan nada marah.
Aryo melirik ibunya sekilas,
lalu menghela napas. Ia tahu
Siska sudah mengarang cerita
yang membuat dirinya tampak
buruk di mata keluarganya.
Sialan kamu, Siska, batin Aryo
kesal, tapi ia tetap memilih
untuk diam.
Pak Bambang, ayah Aryo,
yang sejak tadi memperhatikan,
akhirnya angkat bicara. Ada
apa sebenarnya, Aryo? Kenapa
kamu mnenyuruh kami semua
berkumpul di sini? Apa yang
ingin kamu bicarakan?
tanyanya tenang, tapi dengan
sorot mata penuh kewibawaan.
Aryo berdiri tegap di
hadapan keluarganya, yang kini
sudah berkumpul lengkap,
termasuk nenek Lasmi yang
duduk di sofa dekat Siska.
Terima kasih sudah
meluangkan waktu untuk
datang ke sini. Saya punya
sesuatu yang harus dibicarakan
dengan kalian semua, ucap
Aryo, suaranya terdengar tegas
dan penuh emosi terpendam.
Siska hanya menatapnya
dengan tatapan gugup, seolah
berusaha menebak apa yang
akan dikatakan Aryo.
Aryo menarik napas
panjang sebelum melanjutkan
penjelasannya. Kemarin
malam, Kinan tiba-tiba
mengalami kram perut yang
parah setelah meminum jamu
yang diberikan oleh pembantu
di rumah ini. Akibatnya, Kinan
mengalami pendarahan dan
langsung dilarikan ke rumah
sakit, jelasnya dengan nada
dingin, namun tegas.
Bu Lasmi, yang duduk
tenang, terkejut mendengar
kabar itu. Apa? Kinan
mengalami pendarahan? Lalu
bagaimana kondisinya
sekarang? tanyanya cemas.
Aryo menatap neneknya,
memahami kekhawatirannya.
la memang sengaja
menyembunyikan kondisi
Kinan dari sang nenek
sebelumnya agar tidak
membuatnya panik. Kondisi
Kinan sudah mulai membaik
sekarang, Nek. Tapi dia masih
harus dirawat dan bedrest
sementara waktu, jawab Aryo,
mencoba menenangkan.
..
.
Bu Lasmi menghela napas
lega, meski raut khawatir masih
terlihat di wajahnya. Tapi
bagaimana bisa Kinan
meminum jamu? Bukankah
dokter sudah melarang ibu
hamil untuk minum jamu
sembarangan? tanyanya penuh
kebingungan.
Lalu Aryo mengangguk
perlahan. Benar, Nek. Jamu
memang tidak diperbolehkan
untuk ibu hamil. Tapi Kinan
meminumnya karena pembantu
itu mengatakan bahwa jamu itu
dari Nenek.
Ucapan Aryo membuat
suasana ruangan menjadi
tegang. Bu Kartika, yang sejak
tadi duduk di sudut dengan
gelisah, tampak semakin cemas.
Siska melirik ke arah Bu Kartika,
mencoba memberikan isyarat
agar sang ibu mertuanya tetap
tenang.
Mendengar itu, Bu Lasmi
langsung membantah. Nenek
tidak pernah memberikan jamu
apa pun untuk Kinan, Aryo.
Bahkan, sejak dulu Nenek tidak
suka aroma jamu tradisional.
Jadi, mana mungkin nenek
menyuruh Kinan untuk
meminumnya! tegasnya.
Aryo tersenyum tipis,
tatapannya penuh arti. Aryo
tahu, Nek. Orang yang
menyuruh pembantu itu pasti
sengaja menggunakan nama
Nenek agar Kinan percaya dan
mau meminumnya, ujarnya,
menatap tajam ke arah tertentu.
Bu Lasmi mengepalkan
tangan. Jahat sekali! Siapa
orang itu, Aryo? Nenek tidak
akan membiarkannya!
Pak Bambang, yang sejak
tadi diam, hanya mengamati
situasi tanpa memberikan
komentar. Bahkan ia sendiri
baru mengetahui bahwa Kinan
sedang dirawat di rumah sakit
akibat pendarahan.
Tanpa menunggu lama,
Aryo mengeluarkan ponselnya
dan menelepon seseorang. Joni,
bawa ke sini pembantu itu,
perintahnya dingin.
Semua orang di ruangan itu
langsung terdiam, penasaran
dengan siapa yang akan dibawa
masuk. Tak lama kemudian,
pintu ruang tamu terbuka, dan
Joni masuk bersama dengan
Ana pembantu yang sempat
bekerja di rumah ini.
…
Sementara itu, Bu Kartika
tampak semakin gelisah,
menggenggam tangannya erat
di pangkuan. Aryo hanya berdiri
dengan tenang, matanya tajam
mengawasi setiap gerak-gerik di
ruangan.
Kemudian Aryo berdiri
tegas di samping Ana, menatap
pembantu itu dengan tajam.
Suasana ruangan begitu tegang,
semua mata tertuju pada
keduanya.
Katakan, siapa namamu?
tanya Aryo dingin.
Ana menggigit bibirnya,
gugup, tapi akhirnya menjawab,
Nama saya Ana, Tuan. Saya
pembantu di rumah ini.
Sudah berapa lama kamu
bekerja di sini?
Sudah dua bulan, Tuan,
jawab Ana pelan.
Aryo mengangguk kecil,
Sekarang, ceritakan bagaimana
kejadian kemarin malam.
Bagaimana bisa Kinan
meminum jamu itu hingga
menyebabkan pendarahan. Dan
siapa yang menyuruhmu.
Ana terdiam sejenak.
Matanya melirik ke arah Bu
Kartika, yang menatapnya
dengan tajam, seolah
mengancamnya agar tidak
membuka mulut. Namun,
tatapan Aryo yang dingin dan
penuh ancaman membuat Ana
lebih takut. Akhirnya, ia
menghela napas dan berkata,
Malam itu, Bu Kartika
memanggil saya ke ruang
tengah. Beliau memberikan saya
sebuah plastik berisi jamu dan
berkata kalau jamu itu dari Bu
Lasmi. Bu Kartika menyuruh
saya memberikan jamu itu
kepada Non Kinan. Saya tidak
berani membantah, Tuan,
karena saya pegawai baru.
….
Selain itu, Bu Kartika
mengancam akan memecat saya
dan melaporkan saya ke polisi
dengan tuduhan mencuri jika
saya tidak menurut.
Aryo mendengarkan
dengan ekspresi tenang tapi
penuh tekanan. Apa kamu tahu
jamu apa yang diberikan oleh
ibu saya? tanyanya tajam,
melirik ke arah ibunya yang
tampak pucat.
Ana menggeleng cepat.
Saya tidak tahu, Tuan. Saya
tidak berani bertanya. Saya
hanya menjalankan perintah.
Mendengar pengakuan itu,
Bu Kartika langsung
membantah dengan suara keras.
Tidak, Aryo! Itu tidak benar!
Ibu tidakpernah memberikan
apa pun kepada pembantu itu,
apalagi menyuruhnya
memberikan jamu kepada
Kinan! Ini semua fitnah! seru
Bu Kartika sambil berdiri, lalu
berjalan mendekati Ana dan
menamparnya keras.
Aryo segera memegang
tangan ibunya, menghentikan
tindakan itu. Cukup, Bu!
Biarkan pembantu ini berbicara
dulu, ucapnya tegas.
Namun, Bu Kartika malah
meronta. Lepaskan, Aryo! Ibu
harus menghukum pembantu
kurang ajar ini yang sudah
berani memfitnah ibu!
Aryo menatap ibunya tajam,
suaranya penuh tekanan.
Kalau memangibu merasa tidak
bersalah, seharusnya ibu tidak
perlu marah. Atau..
jangan-jangan, apa yang
diucapkan pembantu ini benar?
tanyanya tajam.
…
Bu Kartika menatap Aryo
dengan marah dan tidak
percaya. Jadi kamu lebih
percaya pada ucapan pembantu
sialan ini daripada ibumu
sendiri? Aku ini ibumu, Aryo!
teriaknya.
Aryo menahan emosinya
dan menyuruh ibunya duduk.
Ibu, Aryo bukan orang bodoh
yang percaya begitu saja pada
ucapan orang lain. Tapi Aryo
punya bukti.
Semua orang di ruangan itu
terkejut ketika Aryo membuka
laptop yang dibawanya. Ia
memutar rekaman CCTV yang
terpasang di ruang tengah.
Dalam video itu, terlihat jelas Bu
Kartika memberikan sebuah
plastik kepada Ana.
Suasana berubah hening.
Semua nmata kini tertuju pada Bu
Kartika, yang duduk dengan
wajah tegang. Tidak… ini tidak
mungkin! Bagaimana bisa ada
CCTV di ruangan itu? ucapnya
panik.
Aryo tersenyum tipis.
Bagaimana, Bu? Apa ibu masih
mau mengelak lagi? tanyanya
tajam.
Pak Bambang, yang duduk
di sebelah istrinya, menatapnya
dengan kekecewaan mendalam.
Bu, apa-apaan ini? Bapak tidak
pernah menyangka ibu akan
berbuat sejahat ini kepada
menantu dan calon cucu ibu
sendiri. Bapak tahu ibu tidak
menyukai Kinan, tapi Bapak
tidak pernah membayangkan
ibu bisa melakukan hal seperti
ini.
Nenek Lasmi juga ikut
bersuara, tatapannya penuh
kebencian. Kartika, bagaimana
bisa kamu berubah menjadi
monster seperti ini? Ibu tidak
menyangka selama ini kamu
begitu sopan dan baik, tapi
ternyata hatimu sangat jahat!
Bu Kartika mulai gugup,
tapi ia tetap menyangkal.
Tidak! Ini tidak seperti yang
kalian pikirkan. Aku tidak
pernah berniat jahat kepada
Kinan! Aku juga tidak pernah
memberikan apa pun kepada
pembantu itu. Ini semua fitnah!
Itu tidak benar!
….
Namun, semua orang di
ruangan itu hanya menatapnya
dengan rasa kecewa yang
mendalam, termasuk Aryo.
Bu Kartika, yang semakin
terdesalk oleh bukti-bukti dan
tekanan dari semua orang,
akhirnya berteriak dengan
penuh emosi. Ini semua bukan
salahku! Aku hanya disuruh!
Siska yang memberikan jamu
itu kepadaku untuk diberikan
kepada Kinan! Aku tidak tahu
kalau itu bisa menyebabkan
pendarahan. Siska hanya bilang
kalau jamu itu akan membuat
Kinan sakit perut. Aku hanya
ingin memberikan pelajaran
kecil untuk Kinan!
Semua orang di ruangan itu
langsung terkejut mendengar
pengakuan tersebut, terutama
Siska. Wajahnya memucat,
tetapi ia segera menyangkal.
Ibu, apa yang ibu katakan? Aku
tidak pernah menyuruh ibu apa
pun! Jangan melibatkan dan
memfitnahku, Ibu! serunya
marah.
Namun, Bu Kartika tidak
kalah emosi. Apa maksudmu,
Siska? Kamu tidak mau
mengakui perbuatanmu? Kamu
sendiri yang menyuruh ibu
memberikan jamu itu kepada
Kinan! Kamu bilang itu hanya
akan mnembuat Kinan sakit
perut, tapi kamu tidak bilang
kalau itu bisa menyebabkan
pendarhan!
Aryo, yang sejak tadi diam
mendengar perdebatan mereka,
akhirnya bersuara dengan nada
tegas. Hentikan semuanya! Aku
sudah tahu, Siska, kalau kamu
terlibat dalam kasus ini.
Siska menoleh kepada Aryo,
wajahnya dipenuhi ketakutan
dan keterkejutan. Mas,
bagaimana mungkin kamu
menuduhku seperti itu? Saat itu
aku sedang berada di pesta
bersamamu! Aku tidak pernah
berniat mencelakai Kinan,
walaupun aku tidak
menyukainya. Tapi aku tidak
akan sejahat itu! ujarnya,
mencoba membela diri.
Aryo menatap Siska dengan
tajam. Benarkah? Bukankah
kamu sengaja memberikan obat
tidur padaku agar aku tidak bisa
menolong Kinan saat dia
kesakitan? tanyanya dengan
nada dingin.
Mendengar tuduhan itu,
Siska langsung terkejut. Apa
maksudmu, Mas? Aku tidak
tahu apa yang kamu bicarakan!
jawabnya, suaranya mulai
gemetar.
….
Aryo tidak berkata apa-apa.
Dia hanya melirik ke pintu, dan
tak lama kemudian, seorang
wanita masuk ke ruangan itu.
Wajah wanita itu tampak gugup,
tetapi ia berdiri tegak di depan
semua orang. Siska langsung
terlihat gelisah saat melihatnya.
Pelayan ini adalah orang
yang kamu suruh untuk
mencampurkan obat tidur ke
dalam minumanku malam itu
kan, Siska, ucap Aryo tajam.
Sekarang, ceritakan semuanya!
Pelayan itu menunduk
sejenak, lalu mulai berbicara.
Dia menceritakan semuanya
kejadian yang terjadi di malam
pesta itu. Wanita itu bercerita
saat Siska memberikannya botol
berisi obat tdur untuk
dicampur ke minuman Aryo dan
memberikan imbalan segepok
uang padanya. Lalu Aryo juga
memutar rekaman CCTV di
lorong, yang memnperlihatkan
video saat Siska memberikan
obat itu kepada wanita itu, agar
Siska tidak bisa menyangkalnya
lagi.
Siska panik mendengar
pengakuan itu. Itu tidak benar!
Dia berbohong! Aku tidak
pernah memberikan obat apa
pun padanya! Rekaman CCTV
itu juga pasti editan serunya
sambil menunjuk pelayan itu.
Namun, Aryo tetap tenang
dan menatap Siska dingin.
Cukup, Siska. Bukti dan saksi
sudah lebih dari cukup.
Berhenti berbohong.
Pak Bambang, yang sejak
tadi terdiam, akhirnya angkat
bicara dengan nada penuh
kekecewaan. Siska, bagaimana
mungkin kamu melakukan
semua ini? Kamnu tidak hanya
mencelakai Kinan, tapi juga
mencoba menghancurkan
keluarga ini. Apa sebenarnya
tujuanmu?
Siska tidak mampu
menjawab, matanya mulai
berkaca-kaca. Namun, Aryo
tidak menunjukkan belas
kasihan.
…
Kamu akan
bertanggung jawab atas semua
ini, Siska. Aku tidak akan
membiarkan siapa pun
menyakiti Kinan atau anakku.
Siska hanya bisa nenangis
dan meminta maaf kepada Aryo
dan juga keluarganya. Namun
tiba-tiba saja Aryo menatap
tajam ke arah Siska dan berkata,
Siska Anindya Putri Pradipta,
mulai hari ini kamu bukan lagi
istriku. Aku menjatuhkan talak
padamu,ucap Aryo dengan
Tegas
..
NoteL..i..k.e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts