Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART51)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART51)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART51

…

..

.

Keesokan harinya, kondisi

Kinan mulai membaik. Meski

begitu, dokter masih

menyarankan agar ia

beristirahat total di tempat tidur

dan menghindari aktivitas berat.

Pagi itu, setelah selesai makan

dengan bantuan Mbok Sumi

yang menyuapinya, Kinan

memilih untuk bermain ponsel

sambil bersandar di ranjang.

Aryo, yang baru saja keluar

dari kamar mandi dengan

penampilan rapi mengenakan

kemeja dan celana kain,

menghampirinya. la berdiri di

sisi ranjang dan menatap Kinan

dengan lembut.

Bagaimana kondisimu?

Sudah lebih baik? tanya Aryo.

Kinan mengangguk kecil.

…

Aku sudah nggak terlalu lemas

kayak kemarin, Mas. Perutku

juga udah nggak begitu sakit,

jawabnya dengan suara pelan.

Baguslah, balas Aryo

sambil tersenyum lega. Tapi

dokter belum

mengizinkanmu

banyak bergerak. Kamu masih

harus istirahat di kasur, paling

tidak tiga hari, Kinan.

Iya, Mas, sahut Kinan,

mengangguk patuh.

Matanya kemudian

menganmati Aryo dari atas

sampai bawah. Penampilan

suaminya yang rapi

membuatnya penasaran. Mas

Aryo mau ke mana? Mau ke

kampus? tanyanya.

Aryo mendekat dan

mencium kening Kinan dengan

lembut. Nggak, hari ini Mas

mau pulang ke rumah dulu. Ada

sesuatu yang harus aku urus,

jelasnya. Kamu jangan terlalu

lama main HP ya. Habis ini lebih

baik tidur. Takutnya nanti

kamu pusing lagi.

Kinan hanya mengangguk

pelan, mengikuti nasihat

suaminya. Aryo lalu menoleh ke

arah Mbok Sumi yang berdiri

tak jauh dari mereka.

Mbok, saya titip Kinan ya.

Saya ada urusan sebentar. Kalau

sudah selesai, saya bakal

cepat-cepat ke sini lagi,

pesannya.

….

Mbok Sumi mengangguk

dengan senyum menenangkan.

Iya, Tuan Aryo. Mbok bakal

jagain Non Kinan. Kalau ada

apa-apa, Mbok pasti langsung

hubungi Tuan.

Aryo mengangguk,

mengucapkan terima kasih, lalu

beranjak pergi. Sementara itu,

Kinan hanya memperhatikan

punggung Aryo yang menjauh,

merasa sedikit lega sekaligus

senang dengan perhatian

lembut suaminya.

 

Tak berapa lama, Aryo tiba

di rumah keluarganya dengan

langkah mantap. Di halaman, ia

melihat mobil Siska sudah

terparkir rapi. la memang

sengaja meminta Siska datang

hari ini. Saat Aryo memasuki

rumah, Siska segera

menghampirinya dengan

ekspresi dramatis. Tanpa ragu,

ia langsung memeluk Aryo erat.

Mas, kamu ke mana aja?

Kemarin malam aku

kebingungan mencarimu

karena kamu tiba-tiba pergi

tanpa pamit. Aku khawatir

banget, Mas, ucap Siska dengan

nada yang dibuat-buat.

Namun, Aryo hanya diam

tanpa ekspresi. Ia tidak

membalas pelukan itu, bahkan

tidak menjawab pertanyaan

Siska. Setelah beberapa detik, ia

melepaskan pelukan Siska

dengan dingin dan

menyuruhnya duduk.

Duduk, ucapnya singkat.

Nada suaranya begitu datar,

membuat Siska tertegun

sejenak. Namun, sebelum Siska

sempat membalas, suara Bu

Kartika, ibunya Aryo, terdengar

memecah keheningan.

….

Aryo! Siska itu

mengkhawatirkanmu.

Bagaimana bisa kamu tega

meninggalkannya di pesta

sendirian? Walaupun kamu

sedang mabuk, tetap saja kamu

tidak boleh pergi begitu saja dan

membuatnya cemas! sergah Bu

Kartika dengan nada marah.

Aryo melirik ibunya sekilas,

lalu menghela napas. Ia tahu

Siska sudah mengarang cerita

yang membuat dirinya tampak

buruk di mata keluarganya.

Sialan kamu, Siska, batin Aryo

kesal, tapi ia tetap memilih

untuk diam.

Pak Bambang, ayah Aryo,

yang sejak tadi memperhatikan,

akhirnya angkat bicara. Ada

apa sebenarnya, Aryo? Kenapa

kamu mnenyuruh kami semua

berkumpul di sini? Apa yang

ingin kamu bicarakan?

tanyanya tenang, tapi dengan

sorot mata penuh kewibawaan.

Aryo berdiri tegap di

hadapan keluarganya, yang kini

sudah berkumpul lengkap,

termasuk nenek Lasmi yang

duduk di sofa dekat Siska.

Terima kasih sudah

meluangkan waktu untuk

datang ke sini. Saya punya

sesuatu yang harus dibicarakan

dengan kalian semua, ucap

Aryo, suaranya terdengar tegas

dan penuh emosi terpendam.

Siska hanya menatapnya

dengan tatapan gugup, seolah

berusaha menebak apa yang

akan dikatakan Aryo.

 

 

Aryo menarik napas

panjang sebelum melanjutkan

penjelasannya. Kemarin

malam, Kinan tiba-tiba

mengalami kram perut yang

parah setelah meminum jamu

yang diberikan oleh pembantu

di rumah ini. Akibatnya, Kinan

mengalami pendarahan dan

langsung dilarikan ke rumah

sakit, jelasnya dengan nada

dingin, namun tegas.

Bu Lasmi, yang duduk

tenang, terkejut mendengar

kabar itu. Apa? Kinan

mengalami pendarahan? Lalu

bagaimana kondisinya

sekarang? tanyanya cemas.

Aryo menatap neneknya,

memahami kekhawatirannya.

la memang sengaja

menyembunyikan kondisi

Kinan dari sang nenek

sebelumnya agar tidak

membuatnya panik. Kondisi

Kinan sudah mulai membaik

sekarang, Nek. Tapi dia masih

harus dirawat dan bedrest

sementara waktu, jawab Aryo,

mencoba menenangkan.

..

.

Bu Lasmi menghela napas

lega, meski raut khawatir masih

terlihat di wajahnya. Tapi

bagaimana bisa Kinan

meminum jamu? Bukankah

dokter sudah melarang ibu

hamil untuk minum jamu

sembarangan? tanyanya penuh

kebingungan.

Lalu Aryo mengangguk

perlahan. Benar, Nek. Jamu

memang tidak diperbolehkan

untuk ibu hamil. Tapi Kinan

meminumnya karena pembantu

itu mengatakan bahwa jamu itu

dari Nenek.

Ucapan Aryo membuat

suasana ruangan menjadi

tegang. Bu Kartika, yang sejak

tadi duduk di sudut dengan

gelisah, tampak semakin cemas.

Siska melirik ke arah Bu Kartika,

mencoba memberikan isyarat

agar sang ibu mertuanya tetap

tenang.

Mendengar itu, Bu Lasmi

langsung membantah. Nenek

tidak pernah memberikan jamu

apa pun untuk Kinan, Aryo.

Bahkan, sejak dulu Nenek tidak

suka aroma jamu tradisional.

Jadi, mana mungkin nenek

menyuruh Kinan untuk

meminumnya! tegasnya.

Aryo tersenyum tipis,

tatapannya penuh arti. Aryo

tahu, Nek. Orang yang

menyuruh pembantu itu pasti

sengaja menggunakan nama

Nenek agar Kinan percaya dan

mau meminumnya, ujarnya,

menatap tajam ke arah tertentu.

Bu Lasmi mengepalkan

tangan. Jahat sekali! Siapa

orang itu, Aryo? Nenek tidak

akan membiarkannya!

Pak Bambang, yang sejak

tadi diam, hanya mengamati

situasi tanpa memberikan

komentar. Bahkan ia sendiri

baru mengetahui bahwa Kinan

sedang dirawat di rumah sakit

akibat pendarahan.

 

Tanpa menunggu lama,

Aryo mengeluarkan ponselnya

dan menelepon seseorang. Joni,

bawa ke sini pembantu itu,

perintahnya dingin.

Semua orang di ruangan itu

langsung terdiam, penasaran

dengan siapa yang akan dibawa

masuk. Tak lama kemudian,

pintu ruang tamu terbuka, dan

Joni masuk bersama dengan

Ana pembantu yang sempat

bekerja di rumah ini.

…

Sementara itu, Bu Kartika

tampak semakin gelisah,

menggenggam tangannya erat

di pangkuan. Aryo hanya berdiri

dengan tenang, matanya tajam

mengawasi setiap gerak-gerik di

ruangan.

Kemudian Aryo berdiri

tegas di samping Ana, menatap

pembantu itu dengan tajam.

Suasana ruangan begitu tegang,

semua mata tertuju pada

keduanya.

Katakan, siapa namamu?

tanya Aryo dingin.

Ana menggigit bibirnya,

gugup, tapi akhirnya menjawab,

Nama saya Ana, Tuan. Saya

pembantu di rumah ini.

Sudah berapa lama kamu

bekerja di sini?

Sudah dua bulan, Tuan,

jawab Ana pelan.

Aryo mengangguk kecil,

Sekarang, ceritakan bagaimana

kejadian kemarin malam.

Bagaimana bisa Kinan

meminum jamu itu hingga

menyebabkan pendarahan. Dan

siapa yang menyuruhmu.

Ana terdiam sejenak.

Matanya melirik ke arah Bu

Kartika, yang menatapnya

dengan tajam, seolah

mengancamnya agar tidak

membuka mulut. Namun,

tatapan Aryo yang dingin dan

penuh ancaman membuat Ana

lebih takut. Akhirnya, ia

menghela napas dan berkata,

Malam itu, Bu Kartika

memanggil saya ke ruang

tengah. Beliau memberikan saya

sebuah plastik berisi jamu dan

berkata kalau jamu itu dari Bu

Lasmi. Bu Kartika menyuruh

saya memberikan jamu itu

kepada Non Kinan. Saya tidak

berani membantah, Tuan,

karena saya pegawai baru.

….

Selain itu, Bu Kartika

mengancam akan memecat saya

dan melaporkan saya ke polisi

dengan tuduhan mencuri jika

saya tidak menurut.

Aryo mendengarkan

dengan ekspresi tenang tapi

penuh tekanan. Apa kamu tahu

jamu apa yang diberikan oleh

ibu saya? tanyanya tajam,

melirik ke arah ibunya yang

tampak pucat.

Ana menggeleng cepat.

Saya tidak tahu, Tuan. Saya

tidak berani bertanya. Saya

hanya menjalankan perintah.

Mendengar pengakuan itu,

Bu Kartika langsung

membantah dengan suara keras.

Tidak, Aryo! Itu tidak benar!

Ibu tidakpernah memberikan

apa pun kepada pembantu itu,

apalagi menyuruhnya

memberikan jamu kepada

Kinan! Ini semua fitnah! seru

Bu Kartika sambil berdiri, lalu

berjalan mendekati Ana dan

menamparnya keras.

Aryo segera memegang

tangan ibunya, menghentikan

tindakan itu. Cukup, Bu!

Biarkan pembantu ini berbicara

dulu, ucapnya tegas.

Namun, Bu Kartika malah

meronta. Lepaskan, Aryo! Ibu

harus menghukum pembantu

kurang ajar ini yang sudah

berani memfitnah ibu!

Aryo menatap ibunya tajam,

suaranya penuh tekanan.

Kalau memangibu merasa tidak

bersalah, seharusnya ibu tidak

perlu marah. Atau..

jangan-jangan, apa yang

diucapkan pembantu ini benar?

tanyanya tajam.

…

Bu Kartika menatap Aryo

dengan marah dan tidak

percaya. Jadi kamu lebih

percaya pada ucapan pembantu

sialan ini daripada ibumu

sendiri? Aku ini ibumu, Aryo!

teriaknya.

Aryo menahan emosinya

dan menyuruh ibunya duduk.

Ibu, Aryo bukan orang bodoh

yang percaya begitu saja pada

ucapan orang lain. Tapi Aryo

punya bukti.

Semua orang di ruangan itu

terkejut ketika Aryo membuka

laptop yang dibawanya. Ia

memutar rekaman CCTV yang

terpasang di ruang tengah.

Dalam video itu, terlihat jelas Bu

Kartika memberikan sebuah

plastik kepada Ana.

Suasana berubah hening.

Semua nmata kini tertuju pada Bu

Kartika, yang duduk dengan

wajah tegang. Tidak… ini tidak

mungkin! Bagaimana bisa ada

CCTV di ruangan itu? ucapnya

panik.

Aryo tersenyum tipis.

Bagaimana, Bu? Apa ibu masih

mau mengelak lagi? tanyanya

tajam.

Pak Bambang, yang duduk

di sebelah istrinya, menatapnya

dengan kekecewaan mendalam.

Bu, apa-apaan ini? Bapak tidak

pernah menyangka ibu akan

berbuat sejahat ini kepada

menantu dan calon cucu ibu

sendiri. Bapak tahu ibu tidak

menyukai Kinan, tapi Bapak

tidak pernah membayangkan

ibu bisa melakukan hal seperti

ini.

Nenek Lasmi juga ikut

bersuara, tatapannya penuh

kebencian. Kartika, bagaimana

bisa kamu berubah menjadi

monster seperti ini? Ibu tidak

menyangka selama ini kamu

begitu sopan dan baik, tapi

ternyata hatimu sangat jahat!

Bu Kartika mulai gugup,

tapi ia tetap menyangkal.

Tidak! Ini tidak seperti yang

kalian pikirkan. Aku tidak

pernah berniat jahat kepada

Kinan! Aku juga tidak pernah

memberikan apa pun kepada

pembantu itu. Ini semua fitnah!

Itu tidak benar!

….

Namun, semua orang di

ruangan itu hanya menatapnya

dengan rasa kecewa yang

mendalam, termasuk Aryo.

Bu Kartika, yang semakin

terdesalk oleh bukti-bukti dan

tekanan dari semua orang,

akhirnya berteriak dengan

penuh emosi. Ini semua bukan

salahku! Aku hanya disuruh!

Siska yang memberikan jamu

itu kepadaku untuk diberikan

kepada Kinan! Aku tidak tahu

kalau itu bisa menyebabkan

pendarahan. Siska hanya bilang

kalau jamu itu akan membuat

Kinan sakit perut. Aku hanya

ingin memberikan pelajaran

kecil untuk Kinan!

Semua orang di ruangan itu

langsung terkejut mendengar

pengakuan tersebut, terutama

Siska. Wajahnya memucat,

tetapi ia segera menyangkal.

Ibu, apa yang ibu katakan? Aku

tidak pernah menyuruh ibu apa

pun! Jangan melibatkan dan

memfitnahku, Ibu! serunya

marah.

Namun, Bu Kartika tidak

kalah emosi. Apa maksudmu,

Siska? Kamu tidak mau

mengakui perbuatanmu? Kamu

sendiri yang menyuruh ibu

memberikan jamu itu kepada

Kinan! Kamu bilang itu hanya

akan mnembuat Kinan sakit

perut, tapi kamu tidak bilang

kalau itu bisa menyebabkan

pendarhan!

Aryo, yang sejak tadi diam

mendengar perdebatan mereka,

akhirnya bersuara dengan nada

tegas. Hentikan semuanya! Aku

sudah tahu, Siska, kalau kamu

terlibat dalam kasus ini.

Siska menoleh kepada Aryo,

wajahnya dipenuhi ketakutan

dan keterkejutan. Mas,

bagaimana mungkin kamu

menuduhku seperti itu? Saat itu

aku sedang berada di pesta

bersamamu! Aku tidak pernah

berniat mencelakai Kinan,

walaupun aku tidak

menyukainya. Tapi aku tidak

akan sejahat itu! ujarnya,

mencoba membela diri.

Aryo menatap Siska dengan

tajam. Benarkah? Bukankah

kamu sengaja memberikan obat

tidur padaku agar aku tidak bisa

menolong Kinan saat dia

kesakitan? tanyanya dengan

nada dingin.

Mendengar tuduhan itu,

Siska langsung terkejut. Apa

maksudmu, Mas? Aku tidak

tahu apa yang kamu bicarakan!

jawabnya, suaranya mulai

gemetar.

….

Aryo tidak berkata apa-apa.

Dia hanya melirik ke pintu, dan

tak lama kemudian, seorang

wanita masuk ke ruangan itu.

Wajah wanita itu tampak gugup,

tetapi ia berdiri tegak di depan

semua orang. Siska langsung

terlihat gelisah saat melihatnya.

Pelayan ini adalah orang

yang kamu suruh untuk

mencampurkan obat tidur ke

dalam minumanku malam itu

kan, Siska, ucap Aryo tajam.

Sekarang, ceritakan semuanya!

Pelayan itu menunduk

sejenak, lalu mulai berbicara.

Dia menceritakan semuanya

kejadian yang terjadi di malam

pesta itu. Wanita itu bercerita

saat Siska memberikannya botol

berisi obat tdur untuk

dicampur ke minuman Aryo dan

memberikan imbalan segepok

uang padanya. Lalu Aryo juga

memutar rekaman CCTV di

lorong, yang memnperlihatkan

video saat Siska memberikan

obat itu kepada wanita itu, agar

Siska tidak bisa menyangkalnya

lagi.

Siska panik mendengar

pengakuan itu. Itu tidak benar!

Dia berbohong! Aku tidak

pernah memberikan obat apa

pun padanya! Rekaman CCTV

itu juga pasti editan serunya

sambil menunjuk pelayan itu.

Namun, Aryo tetap tenang

dan menatap Siska dingin.

Cukup, Siska. Bukti dan saksi

sudah lebih dari cukup.

Berhenti berbohong.

Pak Bambang, yang sejak

tadi terdiam, akhirnya angkat

bicara dengan nada penuh

kekecewaan. Siska, bagaimana

mungkin kamu melakukan

semua ini? Kamnu tidak hanya

mencelakai Kinan, tapi juga

mencoba menghancurkan

keluarga ini. Apa sebenarnya

tujuanmu?

Siska tidak mampu

menjawab, matanya mulai

berkaca-kaca. Namun, Aryo

tidak menunjukkan belas

kasihan.

…

Kamu akan

bertanggung jawab atas semua

ini, Siska. Aku tidak akan

membiarkan siapa pun

menyakiti Kinan atau anakku.

Siska hanya bisa nenangis

dan meminta maaf kepada Aryo

dan juga keluarganya. Namun

tiba-tiba saja Aryo menatap

tajam ke arah Siska dan berkata,

Siska Anindya Putri Pradipta,

mulai hari ini kamu bukan lagi

istriku. Aku menjatuhkan talak

padamu,ucap Aryo dengan

Tegas

..

NoteL..i..k.e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART52)
Next Post: JANGAN OM (PART50)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART21) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART23) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (PART9) Kisah Menarik
Nostalgia di Kamar Mandi Kisah Menarik
TERDIAM DALA TAKDIR (PART3) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART56) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme