Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART35)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART35)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART35

.

.

Gusti terkejut mendengar

ucapan Aryo. Dia mengarahkan

pandangannya ke Kinan, yang

masih diam tanpa kata. Dengan

hati-hati, Gusti bertanya,

Kinan, apa benar dia suamimu?

Kinan mengangguk pelan.

Iya, Mas. Dia suami aku.,

jawabnya lirih.

Mendengar itu, Gusti pun

segera menyingkir dari hadapan

Aryo. Lalu Aryo langsung

menarik tangan Kinan. Namun,

Kinan dengan cemas berusaha

melepaskan diri. Mas Aryo,

lepaskan aku. Aku mau kerja,

ucap Kinan dengan nada

memohon.

Namun, Aryo tidak peduli.

Kamu harus ikut aku, Kinan,

balasnya tegas.

Tapi Mas… Kinan

mencoba berbicara, tetapi

belum sempat menyelesaikan

kalimatnya, Aryo memanggil

seseorang. Joni, bilang pada

atasannya Kinan, kalau dia

mengajukan resign, perintah

Aryo.

…

Joni mengangguk tanpa

bertanya, lalu bergegas menuju

kafe tempat Kinan bekerja.

Nggak… jangan Mas, aku

butuh kerjaan itu teriak Kinan.

Namun, Aryo tetap tidak

menghiraukan teriakan Kinan.

Dia terus menarik Kinan dan

membawanya masuk ke mobil.

Kinan hanya bisa pasrah,

meskipun hatinya bergejolak.

Dia tahu, apa pun yang dia

lakukan, Aryo tidak akan

melepaskannya.

Di dalam mobil, sepanjang

perjalanan menuju hotel,

suasana dipenuhi keheningan.

Kinan dan Aryo sama-sama

tenggelam dalam pikiran

masing-masing, tanpa sepatah

kata pun terucap.

Sesampainya di hotel, Aryo

membawa Kinan ke kamarnya.

Begitu mereka masuk, Aryo

mengunci pintu dan menarik

Kinan agar duduk di sofa, Kinan

menurut tanpa suara, tubuhnya

gemetar dan matanya dipenuhi

ketakutan.

Katakan, Kinan. Kenapa

kamu pergi? Aryo bertanya

dengan nada tajam.

Kinan hanya menunduk,

tidak berani menjawab atau

sekadar melirik ke arah Aryo.

Melihat itu, Aryo kehilangan

kesabaran JAWAB AKU

KINAN!!! bentaknya keras.

Tangis Kinan pecah.

Tubuhnya gemetar hebat.

Namun, kata-kata seolah

tersangkut di tenggorokannya,

tidak mampu keluar. Aryo

mendekat, mencengkeram dagu

Kinan dengan kuat,

membuatnya meringis

kesakitan.

Jawab aku, atau aku akan

semakin marah padamu,

ancam Aryo dingin, wajahnya

begitu dekat hingga Kinan bisa

merasakan napasnya.

…

Namun Kinan tetap

bungkam. Melihat Kinan yang

tetap diam, Aryo pun meledak.

Dia menyeret Kinan ke kamar

tidur dan melempar tubuhnya

ke atas kasur dengan kasar.

Inikah yang kamu

inginkan, Kinan? Aryo

menatapnya tajam. Aku sudah

pernah bilang padamu dulu.

Jangan pernah menentangku,

karena aku tidak akan bersikap

lunak lagi padamu.

Kinan hanya bisa menangis

dalam diam, hatinya penuh

dengan ketakutan dan

penyesalan, sementara Aryo

berdiri di sana, penuh amarah

dan kekecewaan.

Kinan beringsut mundur,

menghindari Aryo yang

mendekatinya dengan tatapan

marah. Namun, gerakannya

terhenti ketika punggungnya

menabrak ujung ranjang.

Mas Aryo, tolong… Aku

mohon, maafkan aku, bisik

Kinan dengan suara gemetar.

Ketakutan menyelimuti

wajahnya. Dia tahu situasi ini

tidak akan berakhir baik,

terlebih dengan kondisinya

sekarang.

Aryo, yang amarahnya

sudah membara, tidak

mendengarkan. Dengan cepat,

dia meraih dasi yang masih

melingkar di lehernya dan

mengikat pergelangan tangan

Kinan dengan kasar. Kamu

pikir aku segampang itu

memaafkan kamu? Aku tidaklah

sebaik itu Kinan! bisiknya di

telinga Kinan yang membuat

Kinan merinding ketakutan.

Mas Aryo, tolong… Aku

mohon, jangan lakukan ini. Aku

Aku bisa jelaskan, suara

Kinan pecah di antara tangis.

…

Dia meronta, mencoba

melepaskan diri dari jeratan dasi

itu, tetapi Aryo terlalu kuat.

Aku muak dengan semua

ucapanmu, Kinan! Aku sudah

memberikanmu kesempatan

sekali, tapi kamu memilih untuk

mengkhianatiku, Aryo

membentaknya lagi, matanya

menyala penuh kemarahan.

Tanpa ragu, Aryo melucuti

pakaian Kinan, meskipun

wanita itu terus melawan.

Kinan berteriak, namun Aryo

dengan cepat menutup

mulutnya dengan tangan.

Diam kamu! Aku suamimu!

Aku berhak atas tubuhmu!

Aryo berteriak dengan penuh

emosi.

Kinan hanya bisa

menggeleng dengan air mata

mengalir deras di ppinya. Dia

takut bukan hanya karena

kekerasan Aryo, tetapi juga

karena khawatir dengan

kandungannya. Namun, dia

tidak berani mengungkapkan

kebenaran itu, takut Aryo

semakin marah jika tahu dia

sedang hmil.

Saat Kinan kembali

mencoba menolak, Aryo

menampar ppinya dengan

keras. Tamparan itu membuat

kepala Kinan tersentak ke

samping.

…

Jangan pernah menolakku!

Sialan….. bentak Aryo dengan

suara mengguntur.

Aryo kemudian meluapkan

amarahnya dengan

mengungkung tbuh Kinan. Dia

dengan kasar memsukkan

miliknya dan menyentak kasar

didalamn milik Kinan. Aryo

Tidak peduli pada tangisan atau

permohonan istrinya, dia hanya

ingin Kinan merasakan akibat

kesalahannya, melupakan

semua logika yang dimilikinya.

Hentikan Mas…ini sakit.

Aku mohon, jangan diteruskan,

rintih Kinan disela kegiatan

mereka. Namun Aryo tidak

sedikitpun mendengarkan

rintihan dan jeritan Kinan.

Setelah puas melampiaskan

amarahnya, Aryo bangkit dari

tbuh Kinan, meninggalkannya

tergletak tak berdya di atas

kasur. Kinan masih terisak, air

mata mengalir deras di pipinya.

Tbuhnya gemetar, sementara

rasa sakit menjalar di sekujur

tbuhnya.

…

Tiba-tiba, perut Kinan

terasa mencengkeram seperti

semalam, namun kali ini lebih

nyeri. Dia memegangi perutnya

dengan kedua tangan sambil

merintih. Akkhhh.. Mas,

tolong… Perutku sakit banget…

Kinan berbisik dengan lemah,

wajahnya pucat pasi.

Aryo yang sedang

mengenakan kembali bajunya

menoleh. Matanya melebar

ketika menyadari apa yang

terjadi. Seketika, rasa bersalah

menghantamnya seperti ombak

besar. Kinan, kamu kenapa?

Kamu tidak apa-apa? tanyanya,

suaranya terdengar panik.

Kinan hanya bisa

menggeleng lemah, terus

meringis sambil memegangi

perutnya. Tolong… Mas…,

rintihnya sebelum tubuhnya

terkulai lemas, dia kehilangan

kesadaran.

Kinan? Kinan! Aryo segera

mendekat, menepuk pelan

pipinya. Bangun, Kinan! Aku

mohon, jangan seperti ini.

Maafkan aku! katanya dengan

suara gemetar. Namun, tbuh

Kinan tetap tak bergerak.

..

Tiba-tiba, Aryo melihat

bercak drah yang mulai

merembes di atas kasur. Drah

itu menciptakan noda merah

yang semakin besar. Ya Tuhan,

Aryo berbisik, tbuhnya

bergetar hebat. Panik mulai

mengambil alih pikirannya.

Dia cepat-cepat

mengenakan pakaian Kinan

dengan tangan gemetar, lalu

menggendong tubuh istrinya

yang lemas. Tanpa membuang

waktu, Aryo berlari keluar

kamar menuju lobi,

terengah-engah memanggil

sopir. Cepat, antar kami ke

rumah sakit! perintahnya

dengan nada mendesak.

Di dalam mobil, Aryo terus

memegangi tangan Kinan,

mencoba

membangunkannya

meski tahu itu percuma. Kinan,

bertahanlah… Aku mohon,

 

gumamnya berulang kali.

Setibanya di rumah sakit,

Aryo langsung membawa Kinan

ke Unit Gawat Darurat. Para

dokter dan perawat segera

mengambil alih, mendorong

Kinan ke ruang pemeriksaan.

Aryo hanya bisa berdiri di luar,

tbuhnya terasa kaku.

Dia menjatuhkan diri ke

kursi tunggu, kedua tangannya

meremas rambutnya dengan

frustasi. Maafkan aku, Kinan…

Aku lupa kalau kamu sedang

hamil, katanya pelan, suaranya

dipenuhi penyesalan. Dia

mengusap wajahnya berulang

kali, mencoba mengusir rasa

bersalah yang terus menghantui.

Aryo hanya bisa menunggu,

hatinya dipemuhi ketakutan

akan kemungkinan terburuk

yang mungkin terjadi pada

Kinan dan anak yang

dikandungnya.

…

Setelah menunggu beberapa

waktu yang terasa sangat lama,

seorang dokter akhirnya keluar

dari ruang pemeriksaan. Aryo

segera berdiri dan

menghampirinya dengan

langkah tergesa.

Dok, bagaimana kondisi

istri saya? Apa yang terjadi

padanya? tanyanya dengan

wajah tegang.

Dokter itu menatap Aryo

dengan tenang sebelum

menjawab, Istri Anda

mengalami pendarahan, Pak.

Untungnya, kandungannya

masih bisa diselamatkan untuk

saat ini.

Aryo menarik napas lega

sejenak, namun dokter

melanjutkan, Tapi saya perlu

bertanya, apakah istri Anda

mengalami stres berat,

kecapekan, atau mungkin

melakukan aktivitas fisik yang

terlalu berat akhir-akhir ini?

Pertanyaan itu membuat

Aryo terdiam. Sesaat, rasa

bersalah menghantamnya lagi.

Namun, dia menekan semua itu

dalam-dalam dan menjawab,

66

Mungkin kecapekan, Dok. Dia

masih bekerja belakangan ini.

Dokter itu mengangguk

pelan. Untuk sementara, istri

Anda perlu dirawat di rumah

sakit hingga kondisinya stabil

dan pendarahannya

benar-benar berhenti. Dia harus

bedrest total, menghindari stres,

kelelahan, atau pekerjaan berat

apa pun. Kalau terjadi

pendarahan lagi, kami khawatir

kandungannya tidak bisa

diselamatkan.

Aryo mengangguk patuh,

hatinya semakin sesak

mendengar risiko yang

disebutkan dokter. Baik, Dok.

Saya akan pastikan dia istirahat

total. Terima kasih banyak.

Tak lama kemudian, Kinan

dipindahkan ke ruang

perawatan. Aryo langsung

meminta kamar VIP untuk

memastikan kenyamanan

istrinya.

Di dalam ruang perawatan,

Aryo berdiri di samping tempat

tidur Kinan yang masih

terbaring lemah. Wajahnya

pucat, dengan napas yang

terdengar berat. Aryo

menggenggam tangan Kinan

yang dingin, mencoba

meredakan rasa bersalahnya.

Maafkan aku, Kinan,

bisiknya lirih. Aku yang

membuatmu seperti ini. Aku

berjanji, aku tidak akan pernah

menyakitimu lagi.

Namun, Kinan tetap

terbaring diam, seolah tidak

mendengar kata-kata suaminya.

Aryo tahu, dia sudah

keterlaluan kali ini.

Setelah memastikan Kinan

berada di ruang perawatan

dengan nyaman, Aryo

mengambil ponselnya dan

segera menghubungi Joni,

asisten pribadinya. Suaranya

terdengar tegas namun tetap

menahan emosi.

Joni, alku butuh

bantuanmu, ujar Aryo.

Siap, tuan. Apa yang harus

saya lakukan? jawab Joni di

ujung telepon.

…

Aku ingin kamu pergi ke

rumah Kinan sekarang juga.

Temui ibunya, dan beri tahu

kalau Kinan sedang sakit dan

dirawat di rumah sakit. Jangan

bilang apa-apa yang lain, cukup

katakan kalau Kinan sakit.

Baik, tuan. Saya akan

segera ke sana, balas Joni tanpa

banyak bertanya.

Aryo mengakhiri

panggilannya dan kembali

memandang ke arah Kinan yang

masih terbaring lemah di

ranjang rumah sakit. Wajah

istrinya yang pucat membuat

rasa bersalah di dadanya

semakin berat. Dia hanya bisa

berharap, kehadiran ibunya

akan membuat Kinan merasa

lebih baik.

Sementara itu, Joni segera

menjalankan tugasnya. Dengan

mobil yang dikemudikannya,

dia menuju rumah keluarga

Kinan. Setibanya di sana, dia

mengetuk pintu dan disambut

oleh ibu Kinan yang tampak

khawatir melihat Joni muncul

tiba-tiba.

Lho sampean Mas Joni kan

dulu yang suka nemenin Kinan

kemana-mana? Ada apa Mas?

kok Mas Joni bisa tau ibu dan

Kinan tinggal di sini? cecar bu

Yati yang sedikit cemas.

Joni mencoba tetap tenang.

Bu, saya kesini diminta Pak

Aryo untuk memberi tahu Anda.

Kalau nona Kinan sedang sakit

dan sekarang dirawat di rumah

sakit. Sekarang tuan Aryo

sedang menunggu non Kinan di

rumah sakit.

Ibu Kinan tertegun, rasa

cemas langsung menghampiri

wajahnya. Sakit? Apa yang

terjadi pada anak saya?

Saya tidak tahu detailnya,

Bu. Pak Aryo hanya meminta

saya mengabarkan ini kepada

Anda. Selebihnya saya tidak

tahu, Bu.

..

Kalau begitu, bisa antarkan

Ibu kerumah sakit tempat Kinan

dirawat Mas? Ibu ingin melihat

kondisi Kinan

Setelah mendapat ijin dari

Aryo, Joni pun bersedia

mengantar bu Yati. Tanpa

menunggu lama, ibu Kinan lalu

mengambil tasnya dan

mengunci rumah. Dia segera

ikut bersama Joni, pikiranmnya

dipenuhi kekhawatiran tentang

kondisi putrinya.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART36)
Next Post: JANGAN OM (PART33)

Related Posts

Tetangga menggoda ( part4 ) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART22) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART72) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART61) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (PART15) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART74) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme