JANGAN OM (PART35)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART35
.
.
Gusti terkejut mendengar
ucapan Aryo. Dia mengarahkan
pandangannya ke Kinan, yang
masih diam tanpa kata. Dengan
hati-hati, Gusti bertanya,
Kinan, apa benar dia suamimu?
Kinan mengangguk pelan.
Iya, Mas. Dia suami aku.,
jawabnya lirih.
Mendengar itu, Gusti pun
segera menyingkir dari hadapan
Aryo. Lalu Aryo langsung
menarik tangan Kinan. Namun,
Kinan dengan cemas berusaha
melepaskan diri. Mas Aryo,
lepaskan aku. Aku mau kerja,
ucap Kinan dengan nada
memohon.
Namun, Aryo tidak peduli.
Kamu harus ikut aku, Kinan,
balasnya tegas.
Tapi Mas… Kinan
mencoba berbicara, tetapi
belum sempat menyelesaikan
kalimatnya, Aryo memanggil
seseorang. Joni, bilang pada
atasannya Kinan, kalau dia
mengajukan resign, perintah
Aryo.
…
Joni mengangguk tanpa
bertanya, lalu bergegas menuju
kafe tempat Kinan bekerja.
Nggak… jangan Mas, aku
butuh kerjaan itu teriak Kinan.
Namun, Aryo tetap tidak
menghiraukan teriakan Kinan.
Dia terus menarik Kinan dan
membawanya masuk ke mobil.
Kinan hanya bisa pasrah,
meskipun hatinya bergejolak.
Dia tahu, apa pun yang dia
lakukan, Aryo tidak akan
melepaskannya.
Di dalam mobil, sepanjang
perjalanan menuju hotel,
suasana dipenuhi keheningan.
Kinan dan Aryo sama-sama
tenggelam dalam pikiran
masing-masing, tanpa sepatah
kata pun terucap.
Sesampainya di hotel, Aryo
membawa Kinan ke kamarnya.
Begitu mereka masuk, Aryo
mengunci pintu dan menarik
Kinan agar duduk di sofa, Kinan
menurut tanpa suara, tubuhnya
gemetar dan matanya dipenuhi
ketakutan.
Katakan, Kinan. Kenapa
kamu pergi? Aryo bertanya
dengan nada tajam.
Kinan hanya menunduk,
tidak berani menjawab atau
sekadar melirik ke arah Aryo.
Melihat itu, Aryo kehilangan
kesabaran JAWAB AKU
KINAN!!! bentaknya keras.
Tangis Kinan pecah.
Tubuhnya gemetar hebat.
Namun, kata-kata seolah
tersangkut di tenggorokannya,
tidak mampu keluar. Aryo
mendekat, mencengkeram dagu
Kinan dengan kuat,
membuatnya meringis
kesakitan.
Jawab aku, atau aku akan
semakin marah padamu,
ancam Aryo dingin, wajahnya
begitu dekat hingga Kinan bisa
merasakan napasnya.
…
Namun Kinan tetap
bungkam. Melihat Kinan yang
tetap diam, Aryo pun meledak.
Dia menyeret Kinan ke kamar
tidur dan melempar tubuhnya
ke atas kasur dengan kasar.
Inikah yang kamu
inginkan, Kinan? Aryo
menatapnya tajam. Aku sudah
pernah bilang padamu dulu.
Jangan pernah menentangku,
karena aku tidak akan bersikap
lunak lagi padamu.
Kinan hanya bisa menangis
dalam diam, hatinya penuh
dengan ketakutan dan
penyesalan, sementara Aryo
berdiri di sana, penuh amarah
dan kekecewaan.
Kinan beringsut mundur,
menghindari Aryo yang
mendekatinya dengan tatapan
marah. Namun, gerakannya
terhenti ketika punggungnya
menabrak ujung ranjang.
Mas Aryo, tolong… Aku
mohon, maafkan aku, bisik
Kinan dengan suara gemetar.
Ketakutan menyelimuti
wajahnya. Dia tahu situasi ini
tidak akan berakhir baik,
terlebih dengan kondisinya
sekarang.
Aryo, yang amarahnya
sudah membara, tidak
mendengarkan. Dengan cepat,
dia meraih dasi yang masih
melingkar di lehernya dan
mengikat pergelangan tangan
Kinan dengan kasar. Kamu
pikir aku segampang itu
memaafkan kamu? Aku tidaklah
sebaik itu Kinan! bisiknya di
telinga Kinan yang membuat
Kinan merinding ketakutan.
Mas Aryo, tolong… Aku
mohon, jangan lakukan ini. Aku
Aku bisa jelaskan, suara
Kinan pecah di antara tangis.
…
Dia meronta, mencoba
melepaskan diri dari jeratan dasi
itu, tetapi Aryo terlalu kuat.
Aku muak dengan semua
ucapanmu, Kinan! Aku sudah
memberikanmu kesempatan
sekali, tapi kamu memilih untuk
mengkhianatiku, Aryo
membentaknya lagi, matanya
menyala penuh kemarahan.
Tanpa ragu, Aryo melucuti
pakaian Kinan, meskipun
wanita itu terus melawan.
Kinan berteriak, namun Aryo
dengan cepat menutup
mulutnya dengan tangan.
Diam kamu! Aku suamimu!
Aku berhak atas tubuhmu!
Aryo berteriak dengan penuh
emosi.
Kinan hanya bisa
menggeleng dengan air mata
mengalir deras di ppinya. Dia
takut bukan hanya karena
kekerasan Aryo, tetapi juga
karena khawatir dengan
kandungannya. Namun, dia
tidak berani mengungkapkan
kebenaran itu, takut Aryo
semakin marah jika tahu dia
sedang hmil.
Saat Kinan kembali
mencoba menolak, Aryo
menampar ppinya dengan
keras. Tamparan itu membuat
kepala Kinan tersentak ke
samping.
…
Jangan pernah menolakku!
Sialan….. bentak Aryo dengan
suara mengguntur.
Aryo kemudian meluapkan
amarahnya dengan
mengungkung tbuh Kinan. Dia
dengan kasar memsukkan
miliknya dan menyentak kasar
didalamn milik Kinan. Aryo
Tidak peduli pada tangisan atau
permohonan istrinya, dia hanya
ingin Kinan merasakan akibat
kesalahannya, melupakan
semua logika yang dimilikinya.
Hentikan Mas…ini sakit.
Aku mohon, jangan diteruskan,
rintih Kinan disela kegiatan
mereka. Namun Aryo tidak
sedikitpun mendengarkan
rintihan dan jeritan Kinan.
Setelah puas melampiaskan
amarahnya, Aryo bangkit dari
tbuh Kinan, meninggalkannya
tergletak tak berdya di atas
kasur. Kinan masih terisak, air
mata mengalir deras di pipinya.
Tbuhnya gemetar, sementara
rasa sakit menjalar di sekujur
tbuhnya.
…
Tiba-tiba, perut Kinan
terasa mencengkeram seperti
semalam, namun kali ini lebih
nyeri. Dia memegangi perutnya
dengan kedua tangan sambil
merintih. Akkhhh.. Mas,
tolong… Perutku sakit banget…
Kinan berbisik dengan lemah,
wajahnya pucat pasi.
Aryo yang sedang
mengenakan kembali bajunya
menoleh. Matanya melebar
ketika menyadari apa yang
terjadi. Seketika, rasa bersalah
menghantamnya seperti ombak
besar. Kinan, kamu kenapa?
Kamu tidak apa-apa? tanyanya,
suaranya terdengar panik.
Kinan hanya bisa
menggeleng lemah, terus
meringis sambil memegangi
perutnya. Tolong… Mas…,
rintihnya sebelum tubuhnya
terkulai lemas, dia kehilangan
kesadaran.
Kinan? Kinan! Aryo segera
mendekat, menepuk pelan
pipinya. Bangun, Kinan! Aku
mohon, jangan seperti ini.
Maafkan aku! katanya dengan
suara gemetar. Namun, tbuh
Kinan tetap tak bergerak.
..
Tiba-tiba, Aryo melihat
bercak drah yang mulai
merembes di atas kasur. Drah
itu menciptakan noda merah
yang semakin besar. Ya Tuhan,
Aryo berbisik, tbuhnya
bergetar hebat. Panik mulai
mengambil alih pikirannya.
Dia cepat-cepat
mengenakan pakaian Kinan
dengan tangan gemetar, lalu
menggendong tubuh istrinya
yang lemas. Tanpa membuang
waktu, Aryo berlari keluar
kamar menuju lobi,
terengah-engah memanggil
sopir. Cepat, antar kami ke
rumah sakit! perintahnya
dengan nada mendesak.
Di dalam mobil, Aryo terus
memegangi tangan Kinan,
mencoba
membangunkannya
meski tahu itu percuma. Kinan,
bertahanlah… Aku mohon,
gumamnya berulang kali.
Setibanya di rumah sakit,
Aryo langsung membawa Kinan
ke Unit Gawat Darurat. Para
dokter dan perawat segera
mengambil alih, mendorong
Kinan ke ruang pemeriksaan.
Aryo hanya bisa berdiri di luar,
tbuhnya terasa kaku.
Dia menjatuhkan diri ke
kursi tunggu, kedua tangannya
meremas rambutnya dengan
frustasi. Maafkan aku, Kinan…
Aku lupa kalau kamu sedang
hamil, katanya pelan, suaranya
dipenuhi penyesalan. Dia
mengusap wajahnya berulang
kali, mencoba mengusir rasa
bersalah yang terus menghantui.
Aryo hanya bisa menunggu,
hatinya dipemuhi ketakutan
akan kemungkinan terburuk
yang mungkin terjadi pada
Kinan dan anak yang
dikandungnya.
…
Setelah menunggu beberapa
waktu yang terasa sangat lama,
seorang dokter akhirnya keluar
dari ruang pemeriksaan. Aryo
segera berdiri dan
menghampirinya dengan
langkah tergesa.
Dok, bagaimana kondisi
istri saya? Apa yang terjadi
padanya? tanyanya dengan
wajah tegang.
Dokter itu menatap Aryo
dengan tenang sebelum
menjawab, Istri Anda
mengalami pendarahan, Pak.
Untungnya, kandungannya
masih bisa diselamatkan untuk
saat ini.
Aryo menarik napas lega
sejenak, namun dokter
melanjutkan, Tapi saya perlu
bertanya, apakah istri Anda
mengalami stres berat,
kecapekan, atau mungkin
melakukan aktivitas fisik yang
terlalu berat akhir-akhir ini?
Pertanyaan itu membuat
Aryo terdiam. Sesaat, rasa
bersalah menghantamnya lagi.
Namun, dia menekan semua itu
dalam-dalam dan menjawab,
66
Mungkin kecapekan, Dok. Dia
masih bekerja belakangan ini.
Dokter itu mengangguk
pelan. Untuk sementara, istri
Anda perlu dirawat di rumah
sakit hingga kondisinya stabil
dan pendarahannya
benar-benar berhenti. Dia harus
bedrest total, menghindari stres,
kelelahan, atau pekerjaan berat
apa pun. Kalau terjadi
pendarahan lagi, kami khawatir
kandungannya tidak bisa
diselamatkan.
Aryo mengangguk patuh,
hatinya semakin sesak
mendengar risiko yang
disebutkan dokter. Baik, Dok.
Saya akan pastikan dia istirahat
total. Terima kasih banyak.
Tak lama kemudian, Kinan
dipindahkan ke ruang
perawatan. Aryo langsung
meminta kamar VIP untuk
memastikan kenyamanan
istrinya.
Di dalam ruang perawatan,
Aryo berdiri di samping tempat
tidur Kinan yang masih
terbaring lemah. Wajahnya
pucat, dengan napas yang
terdengar berat. Aryo
menggenggam tangan Kinan
yang dingin, mencoba
meredakan rasa bersalahnya.
Maafkan aku, Kinan,
bisiknya lirih. Aku yang
membuatmu seperti ini. Aku
berjanji, aku tidak akan pernah
menyakitimu lagi.
Namun, Kinan tetap
terbaring diam, seolah tidak
mendengar kata-kata suaminya.
Aryo tahu, dia sudah
keterlaluan kali ini.
Setelah memastikan Kinan
berada di ruang perawatan
dengan nyaman, Aryo
mengambil ponselnya dan
segera menghubungi Joni,
asisten pribadinya. Suaranya
terdengar tegas namun tetap
menahan emosi.
Joni, alku butuh
bantuanmu, ujar Aryo.
Siap, tuan. Apa yang harus
saya lakukan? jawab Joni di
ujung telepon.
…
Aku ingin kamu pergi ke
rumah Kinan sekarang juga.
Temui ibunya, dan beri tahu
kalau Kinan sedang sakit dan
dirawat di rumah sakit. Jangan
bilang apa-apa yang lain, cukup
katakan kalau Kinan sakit.
Baik, tuan. Saya akan
segera ke sana, balas Joni tanpa
banyak bertanya.
Aryo mengakhiri
panggilannya dan kembali
memandang ke arah Kinan yang
masih terbaring lemah di
ranjang rumah sakit. Wajah
istrinya yang pucat membuat
rasa bersalah di dadanya
semakin berat. Dia hanya bisa
berharap, kehadiran ibunya
akan membuat Kinan merasa
lebih baik.
Sementara itu, Joni segera
menjalankan tugasnya. Dengan
mobil yang dikemudikannya,
dia menuju rumah keluarga
Kinan. Setibanya di sana, dia
mengetuk pintu dan disambut
oleh ibu Kinan yang tampak
khawatir melihat Joni muncul
tiba-tiba.
Lho sampean Mas Joni kan
dulu yang suka nemenin Kinan
kemana-mana? Ada apa Mas?
kok Mas Joni bisa tau ibu dan
Kinan tinggal di sini? cecar bu
Yati yang sedikit cemas.
Joni mencoba tetap tenang.
Bu, saya kesini diminta Pak
Aryo untuk memberi tahu Anda.
Kalau nona Kinan sedang sakit
dan sekarang dirawat di rumah
sakit. Sekarang tuan Aryo
sedang menunggu non Kinan di
rumah sakit.
Ibu Kinan tertegun, rasa
cemas langsung menghampiri
wajahnya. Sakit? Apa yang
terjadi pada anak saya?
Saya tidak tahu detailnya,
Bu. Pak Aryo hanya meminta
saya mengabarkan ini kepada
Anda. Selebihnya saya tidak
tahu, Bu.
..
Kalau begitu, bisa antarkan
Ibu kerumah sakit tempat Kinan
dirawat Mas? Ibu ingin melihat
kondisi Kinan
Setelah mendapat ijin dari
Aryo, Joni pun bersedia
mengantar bu Yati. Tanpa
menunggu lama, ibu Kinan lalu
mengambil tasnya dan
mengunci rumah. Dia segera
ikut bersama Joni, pikiranmnya
dipenuhi kekhawatiran tentang
kondisi putrinya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts