Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART32)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART32)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART32

.

.

.

Aryo duduk dengan tatapan

tajam di ruangan kerjanya.

Sudah seminggu ini anak

buahnya dikerahkan untuk

mencari informasi tentang

keberadaan Kinan, namun

hasilnya nihil. Jalan buntu

selalu menghadang di setiap

usaha mereka.

Bagaimana? Apa kalian

sudah menemukan sesuatu?

tanya Aryo dengan nada tegas

kepada salah satu anak buahnya

yang berdiri di depannya.

Pria itu menundukkan

kepala, sedikit ragu sebelum

menjawab. Maafkan kami, Bos.

Kami mengalami kesulitan kali

ini. Sepertinya ada seseorang

yang sengaja membantu Nona

Kinan pergi. Kami sudah

memeriksa CCTV di selkitar

kampus, terminal, bandara, dan

pelabuhan, tapi rekaman di

tempat-tempat itu pada hari

kepergian Nona Kinan

tampaknya dihapus. Bahkan,

beberapa rekaman hilang begitu

saja.

…

Aryo mengerutkan

keningnya. Jelas ada sesuatu

yang tidak beres. Ia tahu Kinan

tidak mungkin melakukan

semua itu sendirian. Kinan

terlalu polos dan tidak memiliki

koneksi atau kemampuan untuk

menyusun rencana seperti ini.

Kalau begitu, siapa yang

membantu dia? gumamnya

pelan, tapi cukup keras untuk

didengar anak buahnya. Ia

menggigit bibirnya, mencoba

menganalisis kemungkinan.

Wajahnya semalkin tegang.

Pria di depannya

memberanikan diri untuk

melanjutkan. Kami menduga

ada seseorang yang sengaja

menghapus rekaman CCTV dan

memalsukan identitas keluarga

Nona Kinan saat proses

keberangkatan. Tapi kami

belum tahu siapa.

Aryo berdiri dari kursinya,

berjalan perlahan ke arah

jendela. Tangannya mengepal,

tatapannya tajam menerawang

ke kejauhan. Terus cari. Aku

tidak peduli berapa lama waktu

yang dibutuhkan atau apa yang

harus kalian lakukan. Aku harus

menemukan keberadaan Kinan.

Temukan dia. Secepatnya.

Baik, Bos, jawab anak

buahnya sambil menunduk, lalu

bergegas meninggalkan

ruangan.

…

Di balik wajah tenangnya,

Aryo tahu ini bukan sekadar

pelarian biasa. Ada sesuatu-

atau seseorang yang sengaja

menutupi jejak Kinan. Dan dia

tidak akan berhenti sampai

menemukan jawabannya.

Hari ini, Aryo memutuskan

untuk pergi ke vila. Setelah

memastikan kondisi Nenek

Lasmi sudah membaik dan bisa

beristirahat di rumah, ia merasa

butuh waktu untuk merenung.

Sudah lebih dari seminggu sejak

Kinan pergi, dan vila ituyang

dulu terasa hangat dengan

keberadaan Kinan-kini hanya

menyisakan kehampaan.

Setibanya di vila, Aryo

melangkah masuk dengan hati

yang berat. Kakinya otomatis

menuju kamar Kinan, kamar

yang dulu penuh dengan tawa

dan senyum lembutnya. Saat

membuka pintu, suasana dingin

langsung menyergap, membuat

hatinya semakin terasa kosong.

Aryo melangkah perlahan ke

arah ranjang dan merebahkan

dirinya di atas kasur. Harum

khas Kinan masih tertinggal di

sana, membangkitkan

kenangan-kenangan indah yang

ia coba abaikan.

Aryo memejamkan

matanya, mencoba meresapi

aroma itu. Rasa rindunya begitu

menyakitkan, lebih dari yang

pernah ia bayangkan. Ia tahu

sekarang hatinya telah berlabuh

pada Kinan, meskipun ia

terlambat menyadarinya.

Dalam keheningan itu, ia

berbisik lirih, Di mana kamu

sekarang, Kinan? Aku

merindukanmu.

Setelah beberapa saat, Aryo

membuka matanya dan

mengalihkan perhatian ke laci

meja samping ranjang. Ia tahu

di sana ada foto Kinan yang dulu

ia simpan. Namun, saat

membuka laci, matanya malah

tertumbuk pada dua buah

tespek yang terselip di

dalamnya. Aryo tertegun.

Tespek? Punya siapa ini?

tanyanya dalam hati, bingung.

Dengan tangan gemetar, ia

mengambil benda itu dan

memperhatikannya lebih dekat.

Dua garis merah terlihat jelas di

sana, membuat jantung Aryo

berdetak kencang. Ia membeku

sejenak, otaknya mencoba

mencerna apa yang baru saja ia

lihat.

Tidak mungkin… Apakah

Kinan hamil? bisiknya lirih,

hampir tidak percaya. Rasa

terkejut bercampur dengan

berbagai emosi lain memenuhi

hatinya. Jika benar Kinan hamil,

kenapa ia tidak pernah

mengatakan apa pun? Dan yang

lebih penting, di mana Kinan

sekarang? Bagaimana

kondisinya saat ini?

Aryo duduk terpaku di

ranjang, menggenggam tespek

itu erat. Pertanyaan-pertanyaan

tak berjawab membanjiri

pikirannya, menambah rasa

penyesalan yang kian

mendalam. Satu hal yang ia tahu

pasti ia harus mnenemukan

Kinan. Apa pun yang terjadi, ia

tidak akan menyerah sampai

tahu keberadaannya.

Aryo turun ke lantai bawah

dengan langkah tergesa,

pikirannya kalut oleh berbagai

pertanyaan yang tidak kunjung

mendapatkan jawaban. Di

dapur, ia menemukan Mbok

Sumi sedang membersihkan

meja. Tanpa banyak basa-basi,

Aryo langsung mengeluarkan

dua tespek yang ia temukan di

kamar Kinan dan

menunjukkannya kepada Mbok

Sumi.

…

Mbok, apakah Kinan

hamil? tanya Aryo, suaranya

tegas namun menyimpan nada

gelisah.

Mbok Sumi terkejut melihat

tespek yang dibawa oleh Aryo.

la menatap benda itu sejenak

sebelum kembali menatap

tuannya. Mbok nggak tahu,

Tuan. Tuan Aryo dapat tespek

ini darimana? tanyanya,

bingung.

Dari laci kamarnya Kinan,

Mbok. Apa Kinan tidak pernah

menceritakan sesuatu kepada

Mbok? Aryo menatap Mbok

Sumi dengan penuh harap,

berharap ada penjelasan yang

bisa meredakan keresahannya.

Mbok Sumi menggeleng

pelan, wajahnya ikut

mencerminkan kekhawatiran.

Enggak, Tuan. Kinan nggak

pernah cerita apa-apa ke Mbok

kalau dia hamil. Mbok juga baru

tahu sekarang.

Aryo mengusap wajahnya

dengan kasar, frustrasi.

Bagaimana kalau Kinan

benar-benar hamil, Mbok?

Sekarang bahkan aku belum

tahu di mana dia. Bagaimana

kondisinya sekarang? Apa dia

baik-baik saja? ucap Aryo

dengan nada yang semakin

sedih.

Mbok Sumi menghela napas

berat, ikut merasakan

kegelisahan Aryo. Mbok juga

sangat khawatir dengan

keadaan Nona Kinan, Tuan.

Mudah-mudahan Nona Kinan

segera ditemukan, ya.

Aryo mengangguk pelan.

Aku nggak bisa hanya diam,

Mbok. Aku akan menemui

temanku yang seorang polisi.

Mungkin dia bisa membantu

mempercepat pencarian Kinan.

Semakin banyak yang

membantu, semakin besar

kemungkinan kita

menemukannya.

….

Setelah berpamitan dengan

Mbok Sumi, Aryo segera keluar

dari vila. Di dalam hatinya, ia

bertekad untuk menemukan

Kinan bagaimanapun caranya.

Jika benar Kinan sedang

mengandung, ia tahu ia

memiliki tanggung jawab besar

yang harus ia pikul. Kini, yang

ia inginkan hanyalah

memastikan Kinan dan calon

anak mereka berada dalam

keadaan amar

Ditempat lain, Kinan

memulai harinya dengan

semangat. Ia berangkat kerja ke

kafe tempatnya bekerja sebagai

kasir. Sesampainya di sana,

Kinan langsung bersiap di

belakang meja kasir, menyapa

pelanggan dengan senyum

ramah. Tidak lama kemudian,

suasana kafe mulai ramai.

Banyak pelanggan, terutama

mahasiswa dari kampus dekat

kafe, datang untuk sarapan.

Dengan harga yang terjangkau

dan suasana tempat yang

nyaman, kafe ini memang

menjadi favorit banyak orang.

Hari berlalu cepat, dan sore

pun tiba. Setelah menyelesaikan

pekerjaannya, Kinan bersiap

pulang. la berjalan keluar dari

kafe, menuju tempat biasa ia

mencari ojek. Namun, tiba-tiba

ada seorang penjambret yang

mendekat dan merebut tasnya.

Jambret! Tolong! teriak

Kinan panik, mencoba mengejar

tapi langkahnya terhenti.

…

Seorang pria yang kebetulan

melintas dengan sepeda motor

mendengar teriakannya. Tanpa

berpikir panjang, pria itu segera

mengejar penjambret tersebut.

Kejar-kejaran terjadi, dan

berkat keberaniannya, pria itu

berhasil merebut kembali tas

Kinan. la segera kembali dan

menyerahkan tas itu kepada

Kinan.

Ini tasnya, Mbak, katanya

sambil menyerahkan tas itu.

Kinan menerima tas itu

dengan wajah lega. Iya, Mas.

Makasih banget ya. Kalau Mas

nggak ada, entah bagaimana

 

jadinya, ujar Kinan tulus.

Sama-sama, Mbak.

Mbaknya kerja di Kafe

Harmony, ya? tanya pria itu,

sambil memperhatikan wajah

Kinan.

Kinan mengangguk. Iya,

Mas. Saya Kinan, kebetulan

kerja sebagai kasir di sana,

jawabnya, memperkenalkan

diri.

Perkenalkan, aku Gusti,

kata pria itu sambil tersenyum.

Aku juga pelanggan di Kafe

Harmony. Lain kali hati-hati ya,

Mbak. Daerah sini memang

rawan jambret.

Iya, Mas Gusti. Sekali lagi

terima kasih banyak, ucap

Kinan dengan penuh rasa

syukur.

Gusti hanya mengangguk

sambil tersenyum. Sama-sama,

Mbak Kinan. Jaga diri ya,

katanya sebelum melanjutkan

perjalanannya.

Kinan menatap

kepergiannya dengan senyum

kecil. Hari yang awalnya biasa

saja berubah menjadi penuh

kejadian tak terduga. Namun, ia

merasa bersyukur bertemu

seseorang seperti Gusti yang

mau membantunya tanpa

pamrih.

..

Sesampainya di rumah,

Kinan langsung menceritakan

kejadian penjambretan yang

dialaminya kepada Bu Yati.

Sang ibu mendengarkannya

dengan wajah cemas.

Ya Allah, Nduk, kamu

nggak apa-apa, kan? tanya Bu

Yati, suaranya penuh

kekhawatiran.

Kinan tersenyum tipis,

mencoba menenangkan ibunya.

Nggak apa-apa, Bu. Kinan

baik-baik saja. Alhamdulillah

tadi ada orang baik yang

nolongin Kinan, jadi tas Kinan

nggak jadi dijambret.

Bu Yati menghela napas

lega. Syukurlah, Nduk. Tapi

lain kali hati-hati, ya. Makanya

Ibu itu nggak terlalu suka kamu

kerja jauh-jauh. Ibu khawatir.

Kalau cuma tasmu yang diambil

sih masih mending, tapi kalau

sampai ada yang mencelakai

kamu bagaimana? Apalagi kamu

sedang hamil, katanya sambil

mengusap tangan Kinan dengan

lembut.

Kinan tersenyum dan

memeluk ibunya. Insya Allah,

Bu, Kinan hati-hati kok. Doain

aja ya, Bu, supaya kerjaan Kinan

lancar terus.

Bu Yati mengangguk, tapi

raut khawatirnya belum

sepenuhnya hilang. Nduk,

kamu kan masih punya

tabungan dari uang yang Mbak

Siska kasih waktu itu. Gimana

kalau kamu pakai uang itu buat

beli motor aja? Jadi kamu nggak

perlu repot-repot naik ojek. Ojek

sekarang kan susah dicari,

belum lagi kalau

dihitung-hitung malah jadi

boros.

Kinan terdiam, memikirkan

usulan ibunya. Memang selama

ini ia cukup kesulitan mencari

ojek, terutama di jam-jam sibuk,

dan biayanya juga lumayan

menguras kantong.

Iya juga ya, Bu. Sepertinya

memang lebih baik kalau Kinan

punya motor sendiri. Besok pas

Kinan libur, Kinan coba cari

motoryang murah-murah buat

kerja, jawab Kinan akhirnya.

Bu Yati tersenyum lega. Iya

Nduk. Yang penting kamu tetap

hati-hati ya, apalagi sekarang

kamu nggak sendirian, ada

calon cucu Ibu juga.

Kinan tersenyum

mendengar kata-kata ibunya. Ia

merasa bersyukur memiliki ibu

yang begitu peduli dan selalu

memberikan solusi terbaik

untuknya. Di dalam hati, dia

berjanji akan lebih berhati-hati

demi dirinya dan calon buah

hatinya.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART33)
Next Post: JANGAN OM (PART31)

Related Posts

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART75) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART20) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART19) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART41) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 1) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART23) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme