Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART21)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART21)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART21

…Ceritadewasa…

.

.

.

Siang itu, Aryo

memutuskan untuk bertemu

dengan Cecil, istri dari pemilik

agensi tempat Siska berenang.

Pertemuan berlangsung di

sebuah restoran VIP dengan

Suasana yang kental akan

ketegangan. Aryo duduk diam,

menatap Cecil dengan tajam,

sementara Cecil membalas

tatapannya dengan sorot mata

penuh kebencian.

…

Berapa yang kau minta?

tanya Aryo tanpa basa-basi.

Cecil mengernyitkan dahi,

matanya menyipit. Apa

maksudmu, Tuan Aryo?

jawabnya, nada suaranya tegas

dan dingin.

Tidak usah berbelit-belit,

Nyonya. Aku tahu kalian pasti

menginginkan uang dari Siska,

ucap Aryo tanpa ragu.

Cecil mendengus kesal, lalu

menatap Aryo lebih tajam.

Anda jangan memfitnah saya,

Tuan Aryo. Semua ini terjadi

karena kesalahan istrimu,

karena anda tidak bisa mendidik

istri dengan baik, balasnya,

nadanya penuh sindiran yang

menusuk.

Aryo tersenyum tipis, tapi

pandangannya tetap dingin. Itu

urusanku, Nyonya. Bagaimana

caraku mendidik istriku bukan

urusanmu. Sekarang katakan

apa yang kalian inginkan,

tuntutnya.

Cecil menyilangkan tangan

di depan dada, lalu menyatakan

dengan nada penuh dendam,

Aku hanya ingin karir istrimu

hancur.

….

Aryo terdiam sejenak,

menatap Cecil dengan ekspresi

datar. Oh, benarkah? ucapnya

perlahan, lalu melipat

tangannya didada Kalau begitu,

silakan saja virallkan berita itu.

Kita lihat siapa yang akan

hancur. Bukan hanya karir

istriku, tapi agensi milik

suamimnu juga akan hancur.

Cecil tertegun sesaat,

tatapannya menyiratkan

amarah yang sulit ia bendung.

Namun, Arya tetap tenang,

memperlihatkan ketegasan

yang tak tergoyahkan.

Ketegangan di antara merelka

terus menguap, seakan

memenuhi ruangan dengan

aura dingin yang menusuk.

Baiklah, sekarang katakan

berapa yang bisa kau berikan

untukku, ujar Cecil akhirnya,

suaranya terdengar lebih tenang

namun sarat dengan nada licik.

Arya tertawa kecil, menatap

Cecil dengan pandangan yang

penuh kemenangan. Sudah

kuduga, gumamnya pelan.

Berapa yang Anda inginkan?

tanyanya lagi, kali ini nada

suaranya sedikit mengejek.

Sepuluh miliar, jawab

Cecil tanpa ragu, matanya

menyala dengan harapan tinggi.

Arya hanya mengernyitkan

dahinya, lalu menatap Cecil

dengan pandangan yang tajam.

Jadi Anda ingin menjual suami

Anda dengan harga sepuluh

miliar? tanyanya dengan nada

sinis. Ia mencondongkan

tubuhnya sedikit ke depan,

menekankan maksudnya. Aku

akan beri Anda lima miliar.

Tidak lebih, tidak kurang. Entah

Anda mau atau tidak, hanya itu

yang bisa aku berikan.

….

Cecil mendengus, wajahnya

merah padam. Oh, jadi ini

suami dari Siska? Aku kira Anda

sangat kaya raya, hingga

kelakuan Anda begitu sombong.

Nyatanya Anda bahkan tidak

bisa memberiku sepuluh miliar,

balas Cecil dengan nada

mengejek.

Arya tertawa pelan, lalu

menggelengkan kepala. Anda

meminta sepuluh miliar? Ini

bukan hanya kesalahan istriku,

Siska, tapi juga suami Anda.

Jadi, sebaiknya lima miliarnya

lagi Anda minta pada suami

Anda, ucap Arya dengan tenang

namun menusuk.

Tanpa banyak bicara lagi,

Arya mengeluarkan sebuah

kartu ATM dari sakunya. Di

dalam sini ada lima miliar lebih,

anggap saja sisanya sebagai

amal. Aku anggap masalah ini

selesai. Terserah Anda mau

menerimanya atau tidak,

ujarnya, lalu meletakkan kartu

itu di meja, tepat di depan Cecil.

Setelah itu, Arya bangkit

dari tempat duduknya, memberi

Cecil satu pandangan terakhir

sebelum berbalik dan pergi

meninggalkan restoran. Cecil

hanya bisa terdiam, matanya

menatap tajam ke arah kartu itu,

sementara amarahnya

memuncak. Namun, ia tidak

berkata apa-apa, hanya

termenung dalam kekesalan

yang mendidih di dadanya.

….

Hari ini, Kinan

memutuskan meminta izin

kepada Aryo untuk pulang ke

kampung halamannya demi

menjenguk ibunya yang dirawat

di rumah sakit. Karena Aryo

tidak datang ke vila hari ini,

Kinan mengirimkan pesan

melalui ponsel.

Mas, hari ini aku ingin

pulang ke kampung menemui

Ibu. Kemarin Sally

mengabariku kalau lbu masuk

rumah sakit.

Pesan itu dikirim Kinan

dengan hati yang cemas. Tak

berselang lama, ponsel Kinan

berdering. Aryo menelepon.

Halo, Mas, sapa Kinan

ketika mengangkat telepon.

Apa kamu yakin, ingin

pulang hari ini? tanya Aryo,

nadanya sedikit terkejut.

Iya, Mas. Ibu masuk

rumah sakit. Jadi aku harus

pulang sebentar untuk

menjenguknya dan memastikan

kondisinya, jawab Kinan

dengan suara lembut namun

tegas.

Aryo terdiam sejenak di

ujung telepon sebelum akhirnya

berkata, Baiklah, kalau begitu

aku akan menghubungi Pak

Danang untuk mengantarmu.

Kau juga akan pergi bersama

dua bodyguard yang ada di vila,

demi keamanan.

Walaupun merasa sedikit

keberatan dengan pengawalan

tersebut, Kinan menyadari Aryo

hanya ingin memastikan

dirinya aman. Ia pun

mengangguk kecil meskipun

Aryo tak bisa melihatnya.

Baiklah, Mas. Aku akan pergi

bersama Pak Danang dan para

bodyguard. Terima kasih.

Jaga dirimu baik-baik,

Kinan dan sampaikan salamku

pada Ibumu, ucap Aryo

sebelum menutup telepon.

Setelah panggilan berakhir,

Kinan segera bersiap-siap untuk

perjalanan pulangnya ke

kampung. Pikirannya dipenuhi

kekhawatiran tentang kondisi

ibunya, tetapi ia berusaha tetap

tenang. Dengan bantuan Pak

Danang dan pengawalan dari

para bodyguard, Kinan

berharap perjalanannya

berjalan lancar dan ia bisa

segera berada di sisi ibunya.

Setelah menempuh

perjalanan panjang, Kinan

akhirnya tiba di rumah sakit

tempat ibunya dirawat. Dengan

langkah cepat dan hati yang

gelisah, ia menuju meja

informasi untuk menanyakan

lokasi kamar ibunya.

….

Permisi, saya mau tanya, di

mana ruangan Ibu Daryati

dirawat? tanya Kinan.

Petugas informasi

memeriksa daftar pasien, lalu

menjawab, Ibu Daryati ada di

Ruangan 3, Bangsal C. Silakan

ke arah kiri, lalu belok kanan.

Kinan mengucapkan terima

kasih, kemudian berjalan cepat

menuju ruangan yang dimaksud.

Saat tiba di depan pintu, ia

berhenti sejenak, mengatur

napasnya yang terasa berat.

Kemudian ia melangkah masuk.

Matanya langsung tertuju

pada ibunya yang terbaring

lemah di salah satu tempat tidur

sendirian. Hati Kinan terasa

sesak melihat kondisi ibunya.

Ruangan itu sederhana, bahkan

penuh sesak karena harus

dihuni oleh delapan pasien,

termasuk ibunya. Kinan

mendekat dengan langkah

perlahan, matanya mulai

berkaca-kaca.

Ibu, panggil Kinan dengan

uara lirih, air matanya mulai

mengalir.

Mendengar suara putrinya,

Bu Yati membuka matanya yang

lemah. Begitu melihat Kinan,

air mata langsung mengalir di

wajahnya. Kinan… anakku,

suara Bu Yati terdengar serak

namun penuh haru.

Kinan mendekati ibunya,

lalu meraih tangan Bu Yati yang

dingin. Ia memeluknya dengan

erat. Maafkan Kinan, Bu…

Maaf Kinan baru datang

sekarang, ucap Kinan, isaknya

pecah.

Bu Yati membalas pelukan

itu dengan lemah. Maafkan Ibu,

Nak. Maaf Ibu nggak bisa

menghentikan Bapakmu waktu

itu… Maafkan Ibu yang nggak

bisa melindungimu, tangis Bu

Yati pecah di pelukan Kinan.

Kinan mencoba

menenangkan ibunya, meski

dirinya juga menangis. Sudah,

Bu… Jangan minta maaf. Ini

bukan salah Ibu. Sekarang

Kinan di sini, Ibu cepat sembuh

ya!!.

Bu Yati mengusap pipi

putrinya yang basah. Ibu

kangen sama kamu, Nak… Ibu

cari-cari informasi tentangmu,

tapi nggak ada yang tahu di

mana kamu selama ini, ucap Bu

Yati dengan suara bergetar.

Kinan menunduk, mencium

tangan ibunya dengan penuh

rasa bersalah. Maafkan Kinan,

Bu.. Maaf Kinan terlalu lama

pergi. Sekarang Kinan akan jaga

Ibu. Ibu nggak perlu khawatir

lagi.

Tangisan keduanya

memenuhi ruangan, namun

juga membawa kehangatan yang

sudah lama hilang. Di tengah

segala keterbatasan dan

kepedihan, mereka kembali

merasakan kehadiran satu sama

lain, sebuah momen yang telah

lama mereka rindukan.

….

Setelah memastikan ibunya

tertidur dengan tenang, Kinan

mengambil ponselnya dan

segera mengirimkan pesan

kepada Aryo, memberitahukan

bahwa ia sudah sampai di rumah

sakit tempat ibunya dirawat.

Tak lama setelah itu, Aryo

meneleponnya melalui vide0

call.

Halo, Mas, sapa Kinan

dengan suara lembut.

Halo, balas Aryo. Baru

ngapain?

Aku baru saja memastikan

Ibu tidur, Mas Aryo dimana

sekarang? jawab Kinan.

Aku masih di kantor, ucap

Aryo, sambil sesekali melirik

layar komputer di depannya.

Kamu di rumah sakit sama

siapa? tanyanya kemudian.

Aku sendiri, cuma sama

Ibu berdua, jawab Kinan sambil

menahan rasa lelah.

Berdua saja? Aryo tampak

heran. Tapi kenapa ramne

sekali? tanyanya lagi, terlihat

penasaran.

Kinan menghela napas, lalu

membalikkan kamera

ponselnya, memperlihatkan

suasana ruangan tempat ibunya

dirawat. Kami di Bangsal Tiga,

Mas. Jadi di satu ruangan ada

delapan pasien, termasuk Ibu,

jelas Kinan.

Aryo terkejut melihat

kondisi tersebut. Kinan,

katanya serius setelah Kinan

kembali membalikkan kamera,

sebaiknya kamu pindahkan

ibumu ke ruang VIP.

VIP? Enggak usah, Mas.

Ruang VIP di sini mahal, jawab

Kinan dengan nada ragu.

Tidak apa-apa, sahut Aryo

tegas. Aku yang akan

membayarnya. Ibumu sedang

sakit, dia butuh tempat yang

lebih tenang untuk beristirahat.

Kalau tetap di tempat seramai

itu, dia tidak akan cepat sembuh

Kinan terdiam sejenak,

merenungkan ucapan Aryo.

Perhatiannya membuat hati

Kinan sedikit hangat, walau ia

masih merasa ragu. Akhirnya,

Kinan menganggukkan

kepalanya. Baiklah, Mas. Aku

akan mengurusnya, ucapnya

perlahan.

Tidak usah, potong Aryo

cepat. Aku akan menghubungi

Joni. Biar Joni saja yang

mengurus semuanya.

Kinan tersenyum tipis.

Terima kasih, Mas, ucapnya

tulus sebelum sambungan

telepon berakhir.

….

Setelah telepon ditutup,

Kinan memandang ibunya yang

tertidur lemah. Dalam hatinya,

ia merasa sedikit lega karena

Aryo selalu ada untuk

membantunya. Dengan langkah

hati-hati, ia kembali duduk di

samping tempat tidur ibunya,

menunggu kabar dari Joni yang

akan mengurus semuanya.

Tak lama setelah Kinan

menutup teleponnya dengan

Aryo, beberapa petugas rumah

sakit datang ke Bangsal Tiga.

Salah satu dari mereka

mendekati Kinan dengan ramah.

Maaf Kak, Ibu Daryati akan

kami dipindahkan ke ruang

rawat VIP’sekrang, ujar petugas

itu.

Kinan terkejut sejenak,

meskipun ia tahu ini semua

sudah diurus oleh Joni,

bodyguard yang ditugaskan

Aryo. Oh, baik. Terima kasih,

jawabnya sambil berdiri.

Petugas lain dengan

hati-hati memindahkan Bu Yati

dari tempat tidurnya ke ranjang

dorong. Kinan terus

mendampingi, memastikan

ibunya tetap nyaman. Bu Yati

yang masih lemah hanya bisa

menatap Kinan dengan bingung.

Kinan, kita mau ke mna, Nak

? tanyanya dengan suara pelan.

Kinan meraih tangan

ibunya, menggenggamnya erat.

Kita pindah ke ruang yang lebih

tenang, Bu, biar Ibu bisa

istirahat dengan nyaman,

jawab Kinan lembut.

….

Petugas membawa mereka

ke lantai yang lebih tenang dan

eksklusif. Setelah beberapa

menit, mereka tiba di ruang VIP.

Ruangan itu jauh lebih luas dan

nyaman, dengan fasilitas yang

lebih baik dibandingkan bangsal

sebelumnya. Ada sofa, televisi,

dan kamar mandi pribadi.

Suasananya begitu tenang, jauh

dari keramaian bangsal.

Setelah memastikan Bu Yati

sudah dipindahkan dengan baik

ke tempat tidur baru, salah satu

petugas berkata, Kalau ada

kebutuhan lain, Ibu bisa

menghubungi kami. Selamat

beristirahat. Mereka pun pergi

meninggalkan ruangan.

Kinan duduk di samping

ibunya, menggenggam

tangannya lagi. Sekarang Ibu

bisa lebih nyaman di sini,

katanya.

…

Bu Yati menatap putrinya

dengan mata berkaca-kaca.

Kinan, ini pasti mahal.

Bagaimana kamu bisa

membayarnya, Nak? tanyanya

penuh kekhawatiran.

Kinan tersenyum tipis. Ibu

tidak perlu khawatir. Semua

sudah diurus. Yang penting

sekarang Ibu fokus sembuh dulu,

ya.

Bu Yati hanya bisa

mengangguk lemah, lalu

memejamkan matanya untuk

beristirahat, karena badannya

masih lemas. Kinan menghela

napas lega, bersyukur karena

Aryo membantu memberikan

kenyamanan untuk ibunya di

saat-saat sulit ini.

Dalam keheningan itu,

tiba-tiba pintu ruangan dibuka

dari luar, Brakkkk…..suaranya

begitu kencang sampai

membuat Ibu Yati bangun.

Anak kurang ajar!! Siapa

yang nyuruh kamu

memindahkan ke ruangan VIP?

! Suara pak Dody, ayah tiri

Kinan pun menggelegar

diseluruh penjuru ruangan.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART22)
Next Post: JANGAN OM (PART20)

Related Posts

TETANGGA MENGGODA (PART21) Kisah Menarik
TETANGGA MENGGODA (PART26) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART29) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART27) Kisah Menarik
Kisah Cinta di Hari Raya Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART10) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme