JANGAN OM (PART2)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART2
…Ceritadewasa…
.
.
.
Susi mengangguk antusias.
Oke, Madam, jawabnya dengan
suara lembut, lalu
menggandeng tangan Kinan
dengan ramah, mencoba
menghiburnya. Ayo, Sayang,
ikut Susi. Kita buat kamu cantik
luar biasa!.
…
Kinan hanya bisa
mengikutinya, bingung dan
takut, meski dalam hatinya ada
perlawanan yang tak mampu ia
suarakan. Di ruangan lain, Susi
memberinya handuk dan
pakaian bersih. Mndi dulu,
Sayang. Setelah itu, kita dandan
dan pilih pakaian yang cantik,
kata Susi lembut.
Dengan tangan gemetar,
Kinan masuk ke kamar mndi.
la merasa asing dengan semua
yang terjadi, tetapi tak ada yang
bisa ia lakukan kecuali
mengikuti. Setelah selesai
mndi, Susi dengan cekatan
mendandaninya, memulas
wajahnya dengan make-up yang
mempertegas kecantikan
alaminya. Kemudian, Susi
memberikan Kinan gaun elegan
berwarna merah muda yang
memluk tbuhnya dengan pas.
Saat Kinan berdiri di depan
cermin, ia nyaris tak mengenali
bayangan dirinya sendiri.
Wajahnya tampak memukau,
cantik dan mempesona dalam
balutan gaun yang terlihat
mahal. Kulitnya yang putih
berpadu dengan makeup dan
baju elegan, menjadikannya
seperti sosok yang lain-seorang
gadis cantik yang siap dijual ke
dunia yang tak pernah ia
bayangkan.
Susi tersenyum puas,
Lihat, Sayang, kamu cantik
sekali. Madam Sonia pasti akan
sangat puas melihatmu seperti
ini,
.
..
Malam harinya, Kinan
berdiri di sudut ruangan,
tubuhnya gemetar dan kedua
tangannya berkeringat dingin.
Ruangan itu luas, namun
remang-remang, hanya
diterangi oleh cahaya redup di
sekitar panggung di depannya.
Di sana, lampu sorot
memancarkan cahaya terang,
menyoroti setiap perempuan
yang diperkenalkan. Satu per
satu wanita muda berjalan ke
depan, diperlihatkan kepada
para lelaki yang duduk di bawah,
wajah-wajah mereka penuh
ketamakan.
…
Selanjutnya! suara Madam
Sonia terdengar lantang,
memanggil nama Kinan.
Dengan langkah berat dan
hati penuh ketakutan, Kinan
dipaksa naik ke panggung.
Lampu terang menyilaukan
matanya, membuatnya nyaris
tak bisa melihat wajah-wajah di
seberang. Namun, ia merasakan
tatapan tajam mereka, tatapan
penuh keinginan yang membuat
tbuhnya semakin kaku.
…
Madam Sonia berdiri di
sampingnya, tersenyum penuh
kemenangan.
Hadirin sekalian, kata
Madam Sonia dengan suara
penuh percaya diri, inilah yang
kalian tunggu. Perkenalkan
namanya Kinan, gadis desa yang
masih suci. Masih muda, wajah
cantik alami, kulit putih bersih.
Primadona kita malam ini.
Tatapan para lelaki di sana
tak beranjak dari Kinan, seolah
terpaku oleh kecantikannya
yang polos dan ketakutan yang
terpancar dari sorot matanya.
Senyumn malu-malu dan
ekspresi takut Kinan justru
semakin memicu ketertarikan
mereka, menjadikannya
semakin tak ternilai di mata
mereka.
..
Lelang kita buka, lanjut
Madam Sonia, suaranya
menggelegar di seluruh ruangan,
mulai dari angka 100 juta.
Suasana langsung riuh,
dengan suara-suara tawaran
yang semakin tinggi setiap
detiknya. Dua ratus! seru
salah satu lelaki di pojok
ruangan. Dua ratus lima puluh
! sahut yang lain dengan
semangat.
Kinan merasa tbuhnya
lemas, ingin berteriak namun
suaranya seolah tercekat di
tenggorokan. la hanya bisa
berdiri di sana, terjebak dalam
sorotan dan tatapan yang
menghancurkan harga dirinya.
Tiba-tiba, seorang pria di
barisan depan mengangkat
tangannya. Dengan suara
rendah tapi penuh otoritas, ia
berkata, Satu Milliar. Saya
ingin dia menjadi istri muda
saya.
…
Ruangan mendadak hening.
Semua orang menoleh ke
arahnya, terkejut oleh tawaran
fantastis tersebut. Madam Sonia
tersenyum lebar, matanya
berkilat penuh kegembiraan,
sementara Kinan hanya bisa
menatap kosong ke arah pria itu,
merasa dunianya hancur lebih
dalam.
…
Keesokan paginya, Kinan
duduk di kursi belakang mobil
yang dikendarai sopir, Madam
Sonia duduk disebelah Kinan.
Pandangannya kosong,
tangannya bergetar halus
sementara pikirannya
terperangkap dalam rasa takut
dan ketidakpastian. Sepanjang
perjalanan, Madam Sonia hanya
tersenyum puas, sesekali
melirik Kinan dengan tatapan
tajam yang tak memberi ruang
bagi pembangkangan.
Mobil berhenti di depan
sebuah gedung apartemen
mewah. Kita sampai, kata
Madam Sonia, membuka pintu
mobil dan memberi isyarat
kepada Kinan untuk ikut masuk.
Di lobi, mereka disambut
oleh petugas keamanan yang
langsung mengarahkan mereka
ke lift. Kinan nyaris tak bisa
merasa tenang, setiap langkah
menuju apartemen pria yang
membelinya seolah membawa ia
semakin dekat ke dalam jurang
yang tak berdasar. Begitu tiba di
lantai atas, Madam Sonia
mengetukpintu apartemen
dengan nomor sesuai yang
diberikan oleh pemenang lelang
Kinan tadi malam.
….
Nampak wanita paruh baya
yang menyambut mereka
dengan senyum tipis dan gestur
tenang, mengisyaratkan agar
mereka masuk. Silahkan
masuk,nyonya. Tuan Aryo
sudah memberitahu bahwa
akan ada tamu yang datang
siang ini.
Tatapannya wanita itu
tertuju lurus ke arah Kinan,
memperhatikannya dengan
senyumn manis. Namun madam
Sonia menolak masuk, dia
berkata masih banyak urusan.
…
Kinan, mulai hari ini,
kamu akan tinggal disini sebagai
milik pak Aryo. Jangan
coba-coba kabur, atau aku akan
menghabisi keluargamu
dikampung. Kata madam Sonia
dengan suara rendah, nyaris
berbisik. Baiklah, kalau begitu
aku harus pergi. Bi…tolong jaga
Kinan ya!
Kinan merasa nyalinya
menguap, seolah ruangan itu
menghisap udara dan
membuatnya sulit bernapas. Di
sampingnya, Madam Sonia
menepuk bahunya ringan,
seolah menyuruhnya untuk
patuh dan menerima nasibnya.
…
Pastikan kamu menurut
dan memuaskan pak Aryo bisik
Madam Sonia sebelum beranjak
pergi, meninggalkan Kinan
yang masih berdiri mematung,
kini sendirian diapartemen
milik Aryo,yang akan menjadi
majikannya sekarang.
NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts