JANGAN OM (PART17)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART17
…Ceritadewasa…
.
.
.
Saat tiba di ruang CCTV,
Aryo langsung mengambil alih
dan mulai memeriksa rekaman
CCTV pada jam pelajaran
pertama Kinan. Tepat pukul 10
pagi, terlihat Kinan keluar dari
ruang kelasnya dan berjalan
menyusuri lorong. Tak lama
kemudian, pada CCTV di
koridor, terlihat seorang
perempuan menghampirinya
dan mengajak Kinan berjalan ke
arah belakang. Namun,
sayangnya, akan memeriksa
CCTV di wilayah belakang
kampus cctv-nya mati.
…
Apakah, di area belakang
kampus memang tidak ada
CCTV yang aktif? Aryo
bertanya, kepada petugas
keamanan yang berada di sana.
Maaf, Pak, jawab satpam,
CCTV di bagian belakang sudah
lama rusak. Kami sudah
melaporkannya ke pihak
manajemen kampus, tapi
sampai sekarang belum ada
penggantian.
Kalau begitu, bilang ke
manajemen bahwa ini perintah
dari saya. Ganti semua CCTV
yang rusak, ujar Aryo dengan
nada tegas.
Satpam itu segera
mengangguk dan bergegas
menjalankan perintah Aryo.
Sekarang, Aryo masih tidak bisa
memastikan ke mana perginya
Kinan, karena rekaman CCTV di
area belakang tidak tersedia.
Aryo memutuskan, untuk
mengajak salah satu satpam,
untuk menemaninya mencari
Kinan ke area belakang kampus.
Setibanya di sana, Aryo
memberikan instruksi,
Telusuri semua ruangan di
sebelah kiri, aku akan mencari
di sebelah kanan.
Baik, Pak, jawab satpam
itu sambil mengangguk.
Aryo pun mulai berjalan,
menyusuri area tersebut
sembari memanggil nama Kinan
dengan suara lantang. Di dalam
gudang, Kinan yang masih
menangis mendengar suara
Aryo. Dengan cepat, dia mulai
menggedor-gedor pintu dan
berteriak, Om Aryo….! Tolong.
..Aku di sini!
…
Suara gedoran dan teriakan
itu segera ditangkap oleh Aryo.
Dia bergegas menuju gudang
dan mencoba membuka pintu,
namun pintu itu terkunci rapat.
Setelah berusaha sekuat tenaga,
Aryo akhirnya berhasil
mendobrak pintu tersebut.
Setelah pintu berhasil
dibuka, Aryo melihat Kinan
berdiri di belakang pintu,
menangis dan gemetar. Begitu
melihat Aryo, Kinan langsung
memluknya erat. Aku takut di
sini om… Di sini ada hantu,
ucapnya dengan suara gemetar.
Aryo menenangkan Kinan
dengan mengusap lembut
punggungnya. Tenang, Kinan.
Kita keluar dari sini, ya?
ucapnya sambil menggiring
Kinan keluar dari gudang.
Setelah berada di luar, Aryo
memanggil satpam yang tadi
membantunya. Cari tahu siapa
wanita yang mengajak Kinan ke
gudang ini, dan laporkan
hasilnya besok pagi,
instruksinya.
…
Satpam itu mengangguk
patuh dan berjanji akan segera
menyelidiki. Aryo pun
mengajak Kinan pulang,
meninggalkan kampus dengan
harapan kejadian ini tak akan
terulang lagi.
Di dalam mobil, Aryo
menoleh ke kinan dan berkata,
Sebaiknya hubungi temanmu,
Fuji. Beritahu dia kalau kamu
sudah pulang. Dia tadi juga ikut
mencarimu.
Kinan mengangguk dan
segera menelepon Fuji. Setelah
beberapa nada sambung, Fuji
mengangkat telepon, terdengar
lega, Kinan! Kamu di mana?
Aku dan Sally dari tadi
mencarimu, ke semua ruang
kelas tapi tidak ketemu
Kinan menjawab singkat,
Aku tadi terkunci di gudang
belakang kampus.
Fuji terkejut mendengar itu.
Hah…. terkunci di gudang?
Bagaimana bisa kamu sampai
terkunci di sana? tanyanya,
penasaran.
Besok saja kalau kita
ketemu, akan aku jelaskan
semuanya, kata Kinan, tidak
ingin membahasnya lebih lanjut
saat itu.
Baiklah, hati-hati ya,lain
kali jawab Fuji, sebelum
akhirnya memutuskan
panggilan.
….
Sesampainya di rumah,
Aryo melihat Kinan masih
tampak lelah dan ketakutan.
Tanpa banyak bicara, dia
menggendong Kinan masuk,
lalu dengan lembut
menurunkannya diruang
makan, memintanya untuk
makan dan beristirahat. Aryo
memutuskan tidak menanyakan
apapun tentang kejadian di
gudang, menyadari bahwa
Kinan masih terlihat syok. Dia
masih bisa melihat sisa
ketakutan di wajahnya, dan
napasnya pun belum
sepenuhnya tenang.
Kamu pasti lelah dan lapar,
Kinan. Makan dulu, supaya
kamu tidak lemas. Setelah itu
istirahat saja, ucap Aryo
dengan nada lembut dan penuh
perhatian.
Kinan hanya mengangguk
pelan, menerima saran itu tanpa
kata-kata. Bi Sumi lalu
menyiapkan makanan
untuknya, memastikan Kinan
makan sampai kenyang,
sebelum mememani ke kamar
untuk beristirahat, sesuai
instruksi Aryo.
….
Malam harinya, Aryo
memutuskan untuk menemui
Kinan di kamarnya. Setelah
melihat bahwa Kinan sudah
sedikit lebih tenang, Aryo pun
akhirnya memberanikan diri
untuk bertanya.
Sebenarnya, apa yang
terjadi tadi siang, Kinan?
Bagaimana bisa kamu sampai
terkunci di gudang? tanyanya
dengan nada lembut namun
penuh rasa ingin tahu.
Kinan menunduk sejenak,
lalu mulai bercerita. Tadi siang,
setelah selesai mata kuliah
pertama, ada seorang
perempuan yang menghampiri
aku, Om. Aku tidak mengenal
dia, tapi dia bilang disuruh Bu
Susi untuk mengambil barang di
gudang. Dia minta tolong
padaku menemaninya, karena
katanya dia takut.
Kinan menghela napas,
mencoba menenangkan diri
sebelum melanjutkan. Aku
nggak curiga sama sekali, jadi
aku setuju saja. Tapi setelah
sampai di gudang, perempuan
itu mengunciku dari luar dan
meninggalkan aku sendirian.
Aku dengar suara tawa dari
beberapa perempuan di luar
gudang, sepertinya mereka
sengaja mengerjaiku. Salah satu
dari mereka bilang, agar aku
jangan macam-macam sebagai
siswa baru dan jangan
kecentilan.
Apa yang kamu lakukan,
sehingga mereka sampai
mengancammu agar tidak
kecentilan? tanya Aryo dengan
penasaran.
….
Kinan pun lalu mendengus
kesal, aku nggak pernah
ngapa-ngapain O. Aku ke
kampus hanya untuk belajar, itu
saja. Bahkan aku tidak pernah
mempunyai teman cowok.
Mendengar cerita itu, Aryo
menatap Kinan dengan prihatin.
Sudahlah Jangan dipikirkan
lagi, besok lebih baik kamu tidak
usah berangkat ke kampus dulu.
Besok pagi, aku akan mencari
tahu siapa pelaku di balik
kejadian ini, ucap Aryo dengan
tegas, memastikan Kinan
merasa terlindungi.
Kinan mengangguk pelan,
sedikit merasa lega mendengar
kata-kata Aryo. Terima kasih,
Om Aryo, katanya dengan
suara lemah namun penuh rasa.
syukur.
Aryo tersenyum dan
mengusap pundak Kinan
dengan lembut. Tidurlah,
Kinan. Aku akan menemanimu
di sini malam ini. Kinan pun
lalu merebahkan badannya dan
mulai menutup matanya.
Malam ini, untuk pertama
kalinya Kinan merasa senang,
karena Aryo menemaninya.
…
Keesokan harinya, Aryo
menerima laporan dari satpam,
yang sebelumnya dia tugaskan
untuk mencari tahu, siapa
pelaku yang mengurung Kinan
di gudang. Satpam itu
melaporkan bahwa pelaku
utama adalah seorang
mahasiswa bernama Nina, dari
jurusan Ekonomi, semester lima.
Mendengar informasi
tersebut, Aryo segera
memberikan instruksi. Cari
Nina dan minta dia untuk segera
menghadap ke ruanganku, kata
Aryo dengan nada tegas,
menunjukkan keseriusannya
dalam menangani kasus ini.
Satpam tersebut
mengangguk dan pamit, lalu
segera keluar dari ruangan Aryo
untuk mencari Nina di area
kampus. Aryo duduk di
kursinya sambil memijit
pelipisnya pelan, mencoba
menghilangkan rasa pening di
kepalanya. Semalaman, dia
tidak bisa tertiur dengan
nyenyak, karena harus
menahan keinginannya saat
tidur bersama Kinan.
…
Sekitar lima belas menit
kemudian, terdengar ketukan di
pintu ruangan Aryo. Masuk,
jawab Aryo dengan nada tegas.
Seorang perempuan masuk
dengan wajah gugup dan
kebingungan. Itu adalah Nina,
mahasiswi yang diduga
membawa kinan ke gudang
kemarin. Dengan suara
hati-hati, Nina menyapa,
Selamat siang, Pak. Kata Pak
Hengki, Bapak mencari saya.
Duduklah, jawab Aryo
dengan nada dingin, tatapan
matanya tajam mengarah pada
Nina.
Merasakan tatapan Aryo
yang serius, Nina semakin
gugup. Dia duduk di kursi di
depan Aryo, menunduk dan
sesekali mencuri pandang ke
arah dosennya itu.
Katakan, siapa yang
menyuruhmu? tanya Aryo
langsung, tanpa basa-basi.
Nina tampak bingung, dan
dengan suara pelan, dia
bertanya, Maksud Bapak apa
ya?
Siapa yang menyuruhmu
mengunci Kinan di gudang
kemarin? Aryo bertanya lagi,
tatapannya tak beralih dari
wajah Nina.
Dengan nada penuh
ketakutan, Nina mencoba
menyangkal, Saya tidak pernah
mengunci Kinan di gudang, Pak
Aryo mendsah
dalam-dalam, menahan
kesabarannya. Benarkah?
Jangan berbohong, Nina. Aku
sudah punya bukti rekaman
CCTV. Jika kamu masih
mengelak, aku bisa langsung
mengambil tindakan, untuk
mengeluarkanmu dari kampus
ini sekarang juga, ancam Aryo,
tegas.
…
Merasa terpojok, Nina
akhirnya mengaku, meski
dengan suara bergetar, Salsa,
Pak… Salsa yang menyuruh saya
untuk mengajak Kinan ke
gudang. Tapi, saya bukan yang
menguncinya di sana. Sungguh,
Pak, Salsa yang melakukannya.
Aryo memperhatikan Nina
sejenak, mengamati wajahnya
untuk melihat apakah dia jujur
atau hanya berusaha
menyelamatkan dirinya sendiri.
Baik, kata Aryo akhirnya.
Kalau begitu, besok jam 9 pagi,
aku ingin kamu dan Salsa
datang ke ruangan ini untuk
memberikan penjelasan.
Setelah selesai mengajar di
kampus hari itu, Aryo
memutuskan untuk pulang ke
rumahnya terlebih dahulu.
Sesampainya di rumah, suasana
sepi seperti biasa
menyambutnya. Rumah itu
terasa hampa, tanpa ada
kehidupan di dalamnya. Aryo
pun memanggil pembantu yang
sedang bersih-bersih di ruang
tamu.
…
Kemana Nyonya? tanya
Aryo, suaranya datar namun
penuh rasa penasaran.
Pembantu itu berhenti
sejenak dan menjawab, Nyonya
tidak ada di rumah, Tuan.
Sudah tiga hari ini beliau pergi
dan belum pulang.
Pergi kemana dia? tanya
Aryo lagi, menambah
ketegangan dalam percakapan.
Nyonya berkata kalau dia
pergi ke luar negeri, Tuan. Tapi,
Nyonya tidak mengatakan
berapa hari dia akan berada di
luar negeri, jawab pembantu
itu dengan suara pelan.
Aryo menarik napas berat,
merasa lelah dengan keadaan
yang terus seperti ini Baiklah,
terima kasih, katanya singkat,
lalu melangkah pergi dan
menuju kamarnya
Sesampainya di kamar,
Aryo berdiri di depan meja,
memandang foto
pernikahannya dengan Siska.
Wajah mereka tersenyum di
foto itu, namun tak ada
kebahagiaan yang benar-benar
terpancar di mata mereka. Aryo
bergumam dengan hati yang
penuh kekecewaan, Sampai
kapan, Siska? Sampai kapan
kamu akan seperti ini? Sudah
bertahun-tahun kita menikah,
dan kamu selalu saja tidak
pernah berubah. Kamu tidak
pernah menghargaiku sebagai
suami…
Pandangannya semakin
tajam, menatap foto itu dengan
rasa frustrasi yang mendalam.
Semakin lama, kesabaranku bisa
habis, Siska, gumam Aryo
pelan.
Dia memandangi wajah
Siska di foto itu, seolah mencari
tanda-tanda kebahagiaan yang
pernah ada di masa lalu. Namun
yang ia temui hanya kehampaan.
Tanpa terasa, Aryo merasakan
semakin berat untuk
melanjutkan kehidupannya
dalam rumah yang terasa seperti
neraka itu-rumah yang tidak
pernah memberikan
kehangatan atau keharmonisan,
hanya suasana dingin dan sepi.
Akhirnya, Aryo
memutuskan untuk pergi dari
rumah itu. Tanpa banyak
berpikir, ia mengambil jas dan
kunci mobilnya, lalu
meninggalkan rumahnya. Dia
menuju villa tempat Kinan
tinggal, berharap bisa
menemukan ketenangan dan
pelarian dari kekosongan yang
telah lama mengisi hidupnya.
…
Saat sampai di villa suasana
sepi, Aryo lalu bergegas menuju
kamar Kinan, dia membuka
pelan pintu kamar Kinan yang
tidak terkunci. Saat pintu
terbuka, Arya terpesona dengan
pemandangan yang ada di
depannya. Kinan dengan tubuh
polosnya karena habis mandi,
berdiri didepan meja rias sedang
mengoleskan lotion keseluruh
tubuhnya, sambil menonton
video tutorial make up di
youtube.
Dengan pelan, Aryo
mendekatinya dan
segera
memeluknya dar belakang, yang
reflek membuat Kinan menjerit
.Kenapa Om masuk ke
kamarku? Teriak kinan, sambil
berusaha melepas tangan Aryo
yang sudah mulai meremas
miliknya pelan.
Jangan panggil aku Om,
Kinan. Aku merasa seperti pedf
1 kalau kamu memanggilku Om.
Panggil aku Mas, atau aku akan
memberikan hukuman yang
nikmat padamu. Bisik Aryo
ditelinga Kinan.
Kinan pun hanya bisa
mengangguk menuruti
keinginan Aryo, Baik Mas.
Kalau begitu… bisakah kamu
lepaskan tanganmu sekarang?
Tidak….karena aku
menginginkanmu.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts