Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART12)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART12)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART12

…Ceritadewasa…

.

.

.

Kinan mengangguk

perlahan, menatap wajah om

Aryo yang serius di hadapannya.

la mencoba menyampaikan

persetujuannya dengan nada

yang tegas, meskipun hatinya

masih berdebar cemas.

Baik, Om. Aku setuju

dengan perjanjian ini, tapi

dengan syarat-Om tidak boleh

mengurungku lagi di dalam

kamar, apalagi memaksaku

berhubungan ujar Kinan,

suaranya terdengar penuh

ketegasan.

Om Aryo terdiam sejenak,

memandang Kinan dengan

tatapan yang sulit diartikan.

Namun akhirnya ia

mengangguk dan tersenyum

tipis.

…

Baiklah, aku setuju, jawab

Om Aryo. Tapi kamu tetap

tidak boleh keluar rumah. Aku

khawatir kamu akan mencoba

kabur lagi, Kinan.

Kinan menghela napas lega.

Setidaknya, ia tidak akan

terkunci lagi dalam ruangan

sempit itu. Tidak apa-apa, Om.

Aku akan menurut, asal tidak

dikurung di dalam kamar.

Dengan tangan yang sedikit

gemetar, Kinan mengambil

surat perjanjian di hadapannya.

Surat itu tampak sederhana,

tetapi isi perjanjiannya sangat

jelas dan memiliki konsekuensi

yang besar.

Kinan mengambil napas

panjang dan segera

menandatangani surat

perjanjian itu dengan perasaan

campur aduk. Aryo menatapnya,

lalu mulai menjelaskan dengan

nada datar, seolah-olah mereka

sedang membicarakan sesuatu

yang sederhana.

….

Kau tidak ingin membaca

isi surat perjanjian itu dulu?

tanya Aryo memastikan.

Kinan pun menggeleng

pelan, tidak!! aku percaya

padamu Om. kamu tidak

mungkin membohongiku.

Sepertinya kau begitu

yakin padaku Kinan, Kamu

tidak takut, kalau aku ternyata

seorang pembohong? Ucap

Aryo menggoda Kinan.

Reflek Kinan pun

melototkan matanya ke arah

Aryo,dan berkata, aku akan

mengirim santet padamu Om,

kalau kau berani

membohongiku.

Aryo pun tertawa kecil,

mendengar ancaman Kinan

padanya.Seperti yang aku

katakan kemarin, ujar Aryo,

suaranya tenang namun penuh

makna. Sampai kamu belum

hamil, kamu harus tinggal di

sini bersamaku. Aku akan

memberikan uang bulanan

sesuai yang tertera di perjanjian

ini. Setelah kamu melahirkan,

kamu akan bebas pergi, sesuai

janjiku. Dan aku akan tetap

memberikan uang bulanan

ingga kamu menikah nanti.

Kinan mengangguk,

menerima penjelasan itu

meskipun di dalam hatinya

masih ada keraguan yang

terpendam. Namun, demi

memastikan tidak ada

kekurangan, ia bertanya,’

Baiklah. Apakah ada

persyaratan lain yang harus aku

patuhi, Om?

…

Aryo menggeleng pelan.

Tidak ada. Kamu hanya perlu

menurut padaku dan

mengandung anakku. Selain itu,

kamu bebas melakukan apa pun,

asal tidak melanggar aturanku.

Kinan mendengarkan

perkataan Aryo dengan

hati-hati, menyadari bahwa

meskipun ia diberi kebebasan,

ada batasan yang tidak boleh ia

langgar.

Setelah menandatangani

perjanjian, Kinan masih

menyimpan beberapa

pertanyaan. la menatap Aryo

dan bertanya dengan hati-hati,

Sampai kapan aku tidak boleh

keluar dari rumah ini, Om?

Aryo terdiam sejenak,

tampak mempertimbangkan

jawabannya. Kamu boleh

keluar dari rumah ini, tapi

hanya bersama denganku,

jawabnya akhirnya. Atau kalau

tidak, kamu bisa keluar dengan

pengawalan beberapa

bodyguard yang akan

menjagamu, agar kamu tidak

mencoba kabur lagi. Tentu,

semua itu harus dengan

persetujuanku.

Kinan mengangguk, lalu

bertanya lagi, kali ini dengan

nada sedikit ragu, Lalu…

apakah aku boleh punya pacar?

Aryo langsung terdiam, da

raut wajahnya berubah.

Tatapannya menjadi dingin da

penuh kemarahan. Tentu saja

tidak, Kinan, jawabnya dengan

nada tegas. Kamnu masih

istriku. Ingat itu baik-baik.

Selama kamu masih terikat

kontrak ini denganku, kamu

tidak boleh berhubungan

dengan laki-laki mana pun,

tanpa terkecuali. Kau tetap

milikku.

…..

Kinan terdiam mendengar

kata-kata Aryo yang tegas itu.

Pertanyaannya terjawab sudah,

tapi ia sadar sepenuhnya bahwa

kehidupan barunya bersama

Aryo akan dipenuhi dengan

aturan-aturan yang

membosankan.

Sebelum beranjak pergi,

Aryo berhenti sejenak dan

menatap Kinan. Bisakah kamu

tidak memanggilku ‘Om’

Kinan? katanya dengan nada

datar. Aku geli mendengar

panggilan itu. Aku ini suamimu,

bukan… ‘sugar daddy

Kinan menatapnya dengan

pandangan santai dan

tersenyum kecil. Tidak!! kau

terlalu tua untuk kupanggil

Mas’. Lagipula, kau memang

pantas dipanggil Om. Kau kan

memang’sugar Daddy’ yang

membeliku, jawabnya dengan

nada ringan dan sedikit

menggoda.

Aryo hanya menghela napas

panjang mendengar jawaban itu,

merasa frustrasi namun enggan

memperpanjang perdebatan.

Tanpa banyak kata lagi, ia

berbalik dan pergi, tetapi tidak

lupa menoleh sekali lagi untuk

mengingatkan Kinan agar tidak

melanggar perjanjian yang telah

mereka buat.

…

Sejak hidupnya sedikit lebih

bebas, Kinan merasa

hari-harinya mulai terasa lebih

baik. Meski belum sepenuhnya

bisa bergerak sesuka hati,

setidaknya ia sudah tidak lagi

terkurung di dalam kamarnya.

Ia paling suka duduk di halaman

belakang rumah setiap sore,

menikmati ketenangan alam

yang memanjakan matanya. Di

belakang rumah itu, terdapat

hutan yang tampak tenang dan

rimbun di siang hari, namun

entah mengapa terasa

menyeramkan saat malam tiba.

Kinan sering bertanya-tanya

dalam hati, apa mungkin ada

setan yang berkeliaran di atas

pohon-pohon jika malam hari.

Seperti sore ini, ia duduk di

kursi kayu sambil menyeruput

coklat panas, pandangannya

tertuju ke arah hutan.

Pikirannya melayang,

membayangkan apa yang

mungkin bersembunyi di balik

pepohonan gelap itu.

….

Kira-kira di dalam sana ada

apa, ya? Kinan bergumam

sendiri. Ada harimau atau

singa, nggak ya? Atau malah

kuntilanak, genderuwo, atau

pocong?

Sesaat kemudian, Kinan

tersenyum sendiri,

membayangkan sesuatu yang

konyol. Kalau Om Aryo

dibuang ke tengah hutan sana,

dimakan kuntilanak, nggak ya?

Atau jangan-jangan, malah

kuntilanaknya seneng ketemu

Om Aryo, ujarnya pelan.

Tiba-tiba terdengar suara

dari belakang, membuat Kinan

terlonjak kaget. Kuntilanaknya

takut sama aku, Kinan, sahut

Aryo dengan nada santai.

Kinan memegang dadanya,

mencoba menenangkan detak

jantungnya yang tiba-tiba

berpacu cepat. OM ARYO…!

Mau bikin aku jantungan, ya?

sergahnya dengan nada marah.

Ngagetin aja kayak setan!

Minimal, kalau mukanya nggak

ganteng, kelakuannya jangan

kayak setan, sindir Kinan

sambil memutar matanya,

meski tak bisa menahan tawa

kecil.

….

Aryo hanya tertawa

mendengar ucapan Kin

Kalau kamnu penasaran dengan

hutan itu, aku bersedia

mengantar kamu ke tengah

hutan, Biar kamu ketemu

sendiri dengan kuntilanaknya,

katanya sambil tersenyum

nakal.

Kinan hanya bisa berdecih

pelan,menatap Aryo dengan

pandangan sinis. Ngapain Om

Aryo ke sini? Bukannya

seharusnya masih di kantor?

Biasanya kan baru kesini malam

ujarnya dengan nada jutek.

Dengan santai, Aryo hanya

tersenyum kecil. Ternyata

kamu perhatian juga sama aku,

Kinan. Aku ini bosnya, jadi mau

pulang jam berapa pun bebas,

balasnya, nada bicaranya

terdengar penuh percaya diri.

Lagipula, tidak ada yang berani

marah padaku.

Aryo mengulurkan tangan,

menyodorkan sebuah ponsel ke

Kinan. Oh ya, ini buat kamu,

katanya, sambil mengangkat

alis. Tapi ingat, awas kalau

kamu pakai untuk hal-hal aneh.

Kinan memandang ponsel

itu sejenak, menyadari bahwa

benda tersebut adalah

ponselnya yang dulu. Senyum

kecil muncul di wajahnya saat ia

menerima ponsel itu dengan

perasaan senang. Kini, ia bisa

kembali menghubungi

teman-temannya, dan

keluarganya di kampung. Rasa

bebas yang dulu hilang seolah

kembali seiring dengan ponsel

itu di genggamannya, meski ia

tahu Aryo tetap mengawasinya.

Setelah menyerahkan

ponsel itu, Aryo menatap Kinan

serius. Bagaimana? Apa kamu

sudah merasakan tanda-tanda

kehamilan? tanyanya tiba-tiba.

Kinan tertegun mendengar

pertanyaan Aryo yang langsung

ke inti. Hamil? Emangnya

tanda-tanda orang hamil itu apa,

Om? tanyanya polos, masih

kebingungan.

Aryo mengerutkan kening,

sedikit bingung. Sejujurnya, ia

juga tidak tahu tanda-tanda

kehamilan secara pasti, karena

istrinya, Siska, belum pernah

hmil.

…

Kalau begitu, besok kita

pergi ke dokter kandungan lagi,

ucap Aryo akhirnya. Kita bisa

bertanya langsung dan

memeriksa apakah kamu sudah

hamil atau belum.

Kinan hanya mengangguk

pelan, tak membantah rencana

Aryo. Di dalam hatinya, ia

masih merasa canggung dengan

situasi ini, namun ia tahu ini

adalah bagian dari perjanjian

mereka.

Lalu, ponsel Aryo pun

bergetar,tanda Ada seseorang

yang menghubunginya. Aryo

segera menjauh dari Kinan dan

mengangkat panggilan itu, dan

wajahnya tampak serius saat

berbicara.

….

Baiklah, aku akan ke sana

sekarang, ucap Aryo tegas.

Tak lama kemudian, Aryo

berpamitan pada Kinan. Ada

urusan penting. Aku harus pergi

sekarang.

Kinan hanya mengangguk

pelan, menatap Aryo tanpa

ekspresi. Pergilah Om,semoga

saja kamu tidak kembali lagi

malam ini, katanya dingin.

Arya pun tak menjawab

ucapan Kinan,dia langsung

berlalu dan berjalan keluar.

NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART13)
Next Post: JANGAN OM (PART11)

Related Posts

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART22) Kisah Menarik
TETANGGA IDAMAN (PART27) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 14) Kisah Menarik
Inspired by ENNY ARROW Kisah Menarik
Nostalgia di Kamar Mandi: Petualangan Cinta yang Tak Kisah Menarik
ADUK IPAR PELIPUR LARA (PART4) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme