JANGAN OM (PART12)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART12
…Ceritadewasa…
.
.
.
Kinan mengangguk
perlahan, menatap wajah om
Aryo yang serius di hadapannya.
la mencoba menyampaikan
persetujuannya dengan nada
yang tegas, meskipun hatinya
masih berdebar cemas.
Baik, Om. Aku setuju
dengan perjanjian ini, tapi
dengan syarat-Om tidak boleh
mengurungku lagi di dalam
kamar, apalagi memaksaku
berhubungan ujar Kinan,
suaranya terdengar penuh
ketegasan.
Om Aryo terdiam sejenak,
memandang Kinan dengan
tatapan yang sulit diartikan.
Namun akhirnya ia
mengangguk dan tersenyum
tipis.
…
Baiklah, aku setuju, jawab
Om Aryo. Tapi kamu tetap
tidak boleh keluar rumah. Aku
khawatir kamu akan mencoba
kabur lagi, Kinan.
Kinan menghela napas lega.
Setidaknya, ia tidak akan
terkunci lagi dalam ruangan
sempit itu. Tidak apa-apa, Om.
Aku akan menurut, asal tidak
dikurung di dalam kamar.
Dengan tangan yang sedikit
gemetar, Kinan mengambil
surat perjanjian di hadapannya.
Surat itu tampak sederhana,
tetapi isi perjanjiannya sangat
jelas dan memiliki konsekuensi
yang besar.
Kinan mengambil napas
panjang dan segera
menandatangani surat
perjanjian itu dengan perasaan
campur aduk. Aryo menatapnya,
lalu mulai menjelaskan dengan
nada datar, seolah-olah mereka
sedang membicarakan sesuatu
yang sederhana.
….
Kau tidak ingin membaca
isi surat perjanjian itu dulu?
tanya Aryo memastikan.
Kinan pun menggeleng
pelan, tidak!! aku percaya
padamu Om. kamu tidak
mungkin membohongiku.
Sepertinya kau begitu
yakin padaku Kinan, Kamu
tidak takut, kalau aku ternyata
seorang pembohong? Ucap
Aryo menggoda Kinan.
Reflek Kinan pun
melototkan matanya ke arah
Aryo,dan berkata, aku akan
mengirim santet padamu Om,
kalau kau berani
membohongiku.
Aryo pun tertawa kecil,
mendengar ancaman Kinan
padanya.Seperti yang aku
katakan kemarin, ujar Aryo,
suaranya tenang namun penuh
makna. Sampai kamu belum
hamil, kamu harus tinggal di
sini bersamaku. Aku akan
memberikan uang bulanan
sesuai yang tertera di perjanjian
ini. Setelah kamu melahirkan,
kamu akan bebas pergi, sesuai
janjiku. Dan aku akan tetap
memberikan uang bulanan
ingga kamu menikah nanti.
Kinan mengangguk,
menerima penjelasan itu
meskipun di dalam hatinya
masih ada keraguan yang
terpendam. Namun, demi
memastikan tidak ada
kekurangan, ia bertanya,’
Baiklah. Apakah ada
persyaratan lain yang harus aku
patuhi, Om?
…
Aryo menggeleng pelan.
Tidak ada. Kamu hanya perlu
menurut padaku dan
mengandung anakku. Selain itu,
kamu bebas melakukan apa pun,
asal tidak melanggar aturanku.
Kinan mendengarkan
perkataan Aryo dengan
hati-hati, menyadari bahwa
meskipun ia diberi kebebasan,
ada batasan yang tidak boleh ia
langgar.
Setelah menandatangani
perjanjian, Kinan masih
menyimpan beberapa
pertanyaan. la menatap Aryo
dan bertanya dengan hati-hati,
Sampai kapan aku tidak boleh
keluar dari rumah ini, Om?
Aryo terdiam sejenak,
tampak mempertimbangkan
jawabannya. Kamu boleh
keluar dari rumah ini, tapi
hanya bersama denganku,
jawabnya akhirnya. Atau kalau
tidak, kamu bisa keluar dengan
pengawalan beberapa
bodyguard yang akan
menjagamu, agar kamu tidak
mencoba kabur lagi. Tentu,
semua itu harus dengan
persetujuanku.
Kinan mengangguk, lalu
bertanya lagi, kali ini dengan
nada sedikit ragu, Lalu…
apakah aku boleh punya pacar?
Aryo langsung terdiam, da
raut wajahnya berubah.
Tatapannya menjadi dingin da
penuh kemarahan. Tentu saja
tidak, Kinan, jawabnya dengan
nada tegas. Kamnu masih
istriku. Ingat itu baik-baik.
Selama kamu masih terikat
kontrak ini denganku, kamu
tidak boleh berhubungan
dengan laki-laki mana pun,
tanpa terkecuali. Kau tetap
milikku.
…..
Kinan terdiam mendengar
kata-kata Aryo yang tegas itu.
Pertanyaannya terjawab sudah,
tapi ia sadar sepenuhnya bahwa
kehidupan barunya bersama
Aryo akan dipenuhi dengan
aturan-aturan yang
membosankan.
Sebelum beranjak pergi,
Aryo berhenti sejenak dan
menatap Kinan. Bisakah kamu
tidak memanggilku ‘Om’
Kinan? katanya dengan nada
datar. Aku geli mendengar
panggilan itu. Aku ini suamimu,
bukan… ‘sugar daddy
Kinan menatapnya dengan
pandangan santai dan
tersenyum kecil. Tidak!! kau
terlalu tua untuk kupanggil
Mas’. Lagipula, kau memang
pantas dipanggil Om. Kau kan
memang’sugar Daddy’ yang
membeliku, jawabnya dengan
nada ringan dan sedikit
menggoda.
Aryo hanya menghela napas
panjang mendengar jawaban itu,
merasa frustrasi namun enggan
memperpanjang perdebatan.
Tanpa banyak kata lagi, ia
berbalik dan pergi, tetapi tidak
lupa menoleh sekali lagi untuk
mengingatkan Kinan agar tidak
melanggar perjanjian yang telah
mereka buat.
…
Sejak hidupnya sedikit lebih
bebas, Kinan merasa
hari-harinya mulai terasa lebih
baik. Meski belum sepenuhnya
bisa bergerak sesuka hati,
setidaknya ia sudah tidak lagi
terkurung di dalam kamarnya.
Ia paling suka duduk di halaman
belakang rumah setiap sore,
menikmati ketenangan alam
yang memanjakan matanya. Di
belakang rumah itu, terdapat
hutan yang tampak tenang dan
rimbun di siang hari, namun
entah mengapa terasa
menyeramkan saat malam tiba.
Kinan sering bertanya-tanya
dalam hati, apa mungkin ada
setan yang berkeliaran di atas
pohon-pohon jika malam hari.
Seperti sore ini, ia duduk di
kursi kayu sambil menyeruput
coklat panas, pandangannya
tertuju ke arah hutan.
Pikirannya melayang,
membayangkan apa yang
mungkin bersembunyi di balik
pepohonan gelap itu.
….
Kira-kira di dalam sana ada
apa, ya? Kinan bergumam
sendiri. Ada harimau atau
singa, nggak ya? Atau malah
kuntilanak, genderuwo, atau
pocong?
Sesaat kemudian, Kinan
tersenyum sendiri,
membayangkan sesuatu yang
konyol. Kalau Om Aryo
dibuang ke tengah hutan sana,
dimakan kuntilanak, nggak ya?
Atau jangan-jangan, malah
kuntilanaknya seneng ketemu
Om Aryo, ujarnya pelan.
Tiba-tiba terdengar suara
dari belakang, membuat Kinan
terlonjak kaget. Kuntilanaknya
takut sama aku, Kinan, sahut
Aryo dengan nada santai.
Kinan memegang dadanya,
mencoba menenangkan detak
jantungnya yang tiba-tiba
berpacu cepat. OM ARYO…!
Mau bikin aku jantungan, ya?
sergahnya dengan nada marah.
Ngagetin aja kayak setan!
Minimal, kalau mukanya nggak
ganteng, kelakuannya jangan
kayak setan, sindir Kinan
sambil memutar matanya,
meski tak bisa menahan tawa
kecil.
….
Aryo hanya tertawa
mendengar ucapan Kin
Kalau kamnu penasaran dengan
hutan itu, aku bersedia
mengantar kamu ke tengah
hutan, Biar kamu ketemu
sendiri dengan kuntilanaknya,
katanya sambil tersenyum
nakal.
Kinan hanya bisa berdecih
pelan,menatap Aryo dengan
pandangan sinis. Ngapain Om
Aryo ke sini? Bukannya
seharusnya masih di kantor?
Biasanya kan baru kesini malam
ujarnya dengan nada jutek.
Dengan santai, Aryo hanya
tersenyum kecil. Ternyata
kamu perhatian juga sama aku,
Kinan. Aku ini bosnya, jadi mau
pulang jam berapa pun bebas,
balasnya, nada bicaranya
terdengar penuh percaya diri.
Lagipula, tidak ada yang berani
marah padaku.
Aryo mengulurkan tangan,
menyodorkan sebuah ponsel ke
Kinan. Oh ya, ini buat kamu,
katanya, sambil mengangkat
alis. Tapi ingat, awas kalau
kamu pakai untuk hal-hal aneh.
Kinan memandang ponsel
itu sejenak, menyadari bahwa
benda tersebut adalah
ponselnya yang dulu. Senyum
kecil muncul di wajahnya saat ia
menerima ponsel itu dengan
perasaan senang. Kini, ia bisa
kembali menghubungi
teman-temannya, dan
keluarganya di kampung. Rasa
bebas yang dulu hilang seolah
kembali seiring dengan ponsel
itu di genggamannya, meski ia
tahu Aryo tetap mengawasinya.
Setelah menyerahkan
ponsel itu, Aryo menatap Kinan
serius. Bagaimana? Apa kamu
sudah merasakan tanda-tanda
kehamilan? tanyanya tiba-tiba.
Kinan tertegun mendengar
pertanyaan Aryo yang langsung
ke inti. Hamil? Emangnya
tanda-tanda orang hamil itu apa,
Om? tanyanya polos, masih
kebingungan.
Aryo mengerutkan kening,
sedikit bingung. Sejujurnya, ia
juga tidak tahu tanda-tanda
kehamilan secara pasti, karena
istrinya, Siska, belum pernah
hmil.
…
Kalau begitu, besok kita
pergi ke dokter kandungan lagi,
ucap Aryo akhirnya. Kita bisa
bertanya langsung dan
memeriksa apakah kamu sudah
hamil atau belum.
Kinan hanya mengangguk
pelan, tak membantah rencana
Aryo. Di dalam hatinya, ia
masih merasa canggung dengan
situasi ini, namun ia tahu ini
adalah bagian dari perjanjian
mereka.
Lalu, ponsel Aryo pun
bergetar,tanda Ada seseorang
yang menghubunginya. Aryo
segera menjauh dari Kinan dan
mengangkat panggilan itu, dan
wajahnya tampak serius saat
berbicara.
….
Baiklah, aku akan ke sana
sekarang, ucap Aryo tegas.
Tak lama kemudian, Aryo
berpamitan pada Kinan. Ada
urusan penting. Aku harus pergi
sekarang.
Kinan hanya mengangguk
pelan, menatap Aryo tanpa
ekspresi. Pergilah Om,semoga
saja kamu tidak kembali lagi
malam ini, katanya dingin.
Arya pun tak menjawab
ucapan Kinan,dia langsung
berlalu dan berjalan keluar.
NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts