JANGAN OM (PART11)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART11
…Ceritadewasa…
.
.
.
Kinan merasa tbuhnya
lemas. Sudah berulang kali dia
mencoba kabur dari villa ini,
tapi setiap usahanya selalu
kandas. Setiap kali ia berhasil
keluar dari kamar, baru
beberapa langkah saja dia sudah
tertangkap oleh para penjaga
atau pembantu di rumah ini.
Seolah ada mata-mata di
mana-mana yang tak pernah
membiarkan Kinan pergi jauh.
…
Pagi itu, Kinan kembali
nekat mencoba melarikan diri.
Saat seorang penmbantu masuk
untuk membersihkan kamar,
Kinan melihat kesempatan itu
dan langsung menerobos keluar.
la berlari secepat mungkin
menuju taman belakang,
berharap bisa menemukan celah
untuk kabur dari villa yang
selama ini menahannya.
….
Non…jangan lari… tolong.
…non Kinan kabur.., teriak
Tika yang bertugas
membersihkan kamar Kinan.
Aryo sudah mengijinkan
pembantu lain membersihkan
kamar Kinan, karena Mbok
Sumi sudah terlalu tua, kasihan
dia kecapekan kalau mengurus
Kinan sendirian.
Tika pun langsung lari
Turun ke bawah,dan mencari
penjaga yang berada di ruang
depan, untuk mengatakan kalau
Kinan baru saja lari keluar dari
kamarnya.
Tolong Pak!!! nona kinan
lari keluar saat alku ingin
membersihkan kamarnya.
Tolong cari nona Kinan
secepatnya. Aku takut kalau dia
mau melarikan diri lagi. Ucap
Tika sambil terengah-engah.
Sementara, Kinan yang
berlari ke taman belakang pun
tertegun, dia terdiam di tempat.
Di hadapannya hanya ada
hamparan hutan lebat yang
membentang luas. Tembok
belakang villa memang tidak
setinggi yang di depan, tapi
hutan yang tak terjamah di
baliknya tampak gelap dan
penuh bahaya. Kinan
membayangkan kemungkinan
adanya hewan buas di sana, dan
rasa takut mulai menggerogoti
keberaniannya.
….
Haduh…gimana nih!!!!
Ternyata disini hutan. Kalau
aku dimakan hewan buas
gimana? Akhirnya, dengan
berat hati, ia mengurungkan
niatnya. Sebelum sempat
kembali, langkahnya terhenti
saat seorang penjaga
Masuk
menangkapnya dari belakang.
Lepaskan aku, botak! Aku
mau pergi dari sini! teriak
Kinan, berusaha melepaskan
diri sambil memaki penjaga itu
dengan kesal.
Penjaga berkepala plontos
itu tetap tenang dan tak
menghiraukan teriakan Kinan.
Tanpa banyak bicara, ia
menyeret Kinan kembali ke
villa, membawanya menaiki
tangga menuju lantai dua,
tempat kamarnya berada. Meski
Kinan terus meronta dan
berteriak, penjaga itu tidak
goyah. Sesampainya di kamar,
ia menguncinya lagi di dalam,
meninggalkan Kinan yang kini
kelelahan dan frustrasi.
Kinan terduduk di lantai
kamarnya, merasa putus asa.
Semua usahanya terasa sia-sia,
dan harapan untuk bebas
tampak semakin jauh.
Akibatnya, hukuman pun
selalu menantinya. Aryo tak
pernah segan untuk
menunjukkan kemarahan dan
kekerasannya. Kinan mendapati
dirinya lagi-lagi terikat di atas
ranjang dengan kondisi yang
mengenaskan,dengan Aryo
berdiri di sampingnya, tatapan
dingin namun mengintimidasi
tertuju padanya.
….
Sekali lagi kamu mencoba
untuk kabur… ucap Aryo
dengan nada rendah namun
tajam, …maka aku akan
mengikatmu selamanya di sini.
Kinan merasakan getaran
takut yang mendalam dalam
hatinya, tapi juga tak kuasa
melawan tekad yang entah
bagaimana masih tersisa. la
hanya bisa memandangi Aryo
dengan tatapan yang berisi
dendam dan ketakutan
bercampur menjadi satu, meski
tahu bahwa usahanya untuk
melawan hampir tak berarti di
hadapan sosok yang begitu
berkuasa ini.
Sudah tiga hari Kinan
berusaha menghindari konflik
dan hanya berdiam diri di
kamarnya, menghabiskan
waktu dengan membaca novel
yang entah berapa kali ia
ulang-ulang.Ia sudah
emutuskan untuk menuruti
saran Mbok Sumi-untuk tidak
lagi melawan, setidaknya untuk
sementara waktu, agar
kehidupannya di villa ini tidak
semakin sulit.
….
Saat Aryo datang dan duduk
di depannya, Kinan
mengalihkan pandangannya
dari halaman buku yang tengah
ia baca, melirik sekilas tanpa
berkata-kata. Ada ketegangan
yang terasa begitu nyata di
antara mereka, dan Kinan masih
bisa merasakan ketakutan
bercampur dengan kebencian
yang terus ia pendam.
Aryo menatap Kinan
dengan tajam, seakan menca
tanda-tanda kebohongan di
dalam dirinya. Mbok Sumi
bilang kamu sudah mulai jinak?
Sudah tiga hari kamu tak coba
kabur lagi, katanya perlahan
namun penuh pengawasan.
Kinan mengangguk pelan,
tidak menanggapi dengan
kata-kata. Ia tahu, percuma saja
membela diri atau mengatakan
apapun Aryo tak akan mudah
percaya begitu saja. Sementara
itu, Aryo tetap mengawasi
dengan tatapan penuh
kewaspadaan, seolah menilai
perubahan sikap Kinan apakah
benar tulus atau hanya
akal-akalannya semata.
….
Kenapa? Tanya Aryo
penasaran.
Capek!! Jawab Kinan
singkat,seperti pertanyaan
Aryo tadi.
Jangan berpikir aku akan
lengah hanya karena kamu
tampak tenang, Aryo
memperingatkan, nada
suaranya dingin namun tegas.
Kamu terlalu licik, Kinan. Aku
tak akan mudah percaya.
Kinan hanya menundukkan
kepala sedikit, berusaha
menahan diri agar tidak
terpancing untuk membalas
kata-kata Aryo. Hatinya tetap
memberontak, tapi kali ini ia
mencoba membiarkan Aryo
berpikir bahwa ia benar-benar
mulai menyerah dan berusaha
berdamai.
Terserah, Om.Kinan
menutup novel yang sedang ia
baca, menaruhnya di samping
dengan perlahan tanpa
menimbulkan suara. Kinan
hanya menatap Aryo sejenak,
lalu mengalihkan
pandangannya, tidak
menanggapi dengan kata-kata.
Ada perasaan campur aduk
dalam hatinya-antara takut
dan benci, namun ia tetap
berusaha menunjukkan
ketenangan di luar.
….
Aku tak tahu seberapa
lama sikap ini akan bertahan,
lanjut Aryo, mengamati ekspresi
wajah Kinan, seolah mencari
tahu. Tapi bisa aku pastikan,
kalau kamu berulah lagi, aku
akan menghancurkan hidupmu
dan keluargamu.
Kinan mengangguk pelan,
berusaha menunjukkan bahwa
ia mengerti. la tahu, dalam
posisi seperti ini, berbicara
hanya akan memperkeruh
keadaan. Maka, ia memilih
diam, membiarkan Aryo
berpikir bahwa ia sudah
menyerah dan mulai mencoba
berdamai.
Aryo menatap Kinan
dengan senyum mengejek di
wajahnya, seakan puas melihat
reaksi kaget yang tergambar
jelas di wajahnya.
Apakah itu artinya, kau
sudah mau menurut padaku,
Kinan? tanya Aryo, suaranya
terdengar begitu yakin akan
jawabannya.
Kinan menghela napas, lalu
berdecih sebelum menjawab,
Jangan harap, Om. Walaupun
aku tidak mencoba untuk kabur,
itu bukan berarti aku akan
menuruti keinginanmu untuk..
hmil.
Aryo tertawa kecil, tawa
yang membuat Kinan semakin
jengah. Oh, benarkah? Kau
yakin tidak akan hmil?
tanyanya, suaranya penuh
sindiran.
….
Kinan mengernyit, merasa
bingung dan tak nyaman
dengan arah pembicaraan ini.
Apa maksudmu, Om?
Dengan nada yang tenang
namun penuh makna, Aryo
menjawab, Kau lupa kalau kita
sudah melakukan hubungan
berulang kali? Apa kau yakin
bahwa kau tidak akan hamil?
Perkataan Aryo membuat
mata Kinan melebar seketika. Ia
terdiam, pikirannya berputar
cepat. Benar juga, ia belum
memikirkan soal kemungkinan
itu. Rasa takut yang tak terduga
mulai muncul di benaknya, dan
ia hanya bisa menatap Aryo
dengan perasaan campur aduk.
Aryo menatap Kinan
dengan tatapan serius, mencoba
membuat tawarannya terdengar
masuk akal dan menggiurkan.
Menurutlah padaku, Kinan,
ucapnya tenang, maka
hidupmu akan lebih tenang.
….
Aku akan menjamin
kehidupanmu ke depannya. Aku
hanya menginginkan seorang
anak darimu. Setelah kau
melahirkan anakku nanti, kau
bebas pergi kemanapun kau
mau. Aku akan tetap
menafkahimu sampai kau
menemukan laki-laki yang ingin
kau nikahi.
Kinan mendengarkan,
hatinya campur aduk. Tawaran
Aryo terdengar begitu menarik,
seolah menjanjikan kebebasan
yang selama ini ia rindukan.
Namun, i sisi lain, permintaan
itu adalah sesuatu yang berat,
sesuatu yang bertentangan
dengan dirinya. la terdiam,
menunduk sambil berpikir. Ada
bagian dari dirinya yang ingin
segera menolak, tapi ada juga
rasa ragu yang membuatnya tak
bisa langsung berkata tidak.
Melihat keraguan di mata
Kinan, Aryo melanjutkan, Aku
tidak hanya akan menjamin
hidupmu. Setelah kau
melahirkan anakku, aku akan
memberimu imbalan yang
cukup besar. Kau bisa memulai
hidup baru, jauh dari sini.
….
Kinan menelan ludah,
pikirannya semakin bercabang.
Tawaran itu mungkin bisa
memberinya kebebasan yang
selama ini dia perjuangkan, tapi
di sisi lain, ada harga yang harus
ia bayar. Setelah beberapa saat,
ia akhirnya mengangkat kepala
dan menatap Aryo.
Aku… aku butuh waktu,
ucap Kinan pelan. Berikan aku
waktu seminggu untuk
memikirkannya.
Aryo mengangguk,
menerima permintaannya tanpa
ragu. Baiklah, seminggu. Aku
akan menunggu jawabanmu.
Setelah itu, Aryo berdiri dan
melangkah keluar,
meninggalkan Kinan sendirian
di dalam kamar. Kinan masih
terdiam, pikirannya kini penuh
dengan pertimbangan yang
berat. Tawaran Aryo mungkin
memberinya harapan, tapi jalan
yang harus ia tempuh tidaklah
mudah.
….
Sudah beberapa hari ini,
Kinan tak tenang, terus dihantui
rasa resah dan dilema yang tak
kunjung reda. Setiap kali
memikirkan permintaan Aryo,
dadanya terasa sesak. Di satu
sisi, ia tak ingin memenuhi
permintaan Aryo yang terasa
seperti mengkhianati dirinya
sendiri. Namun, di sisi lain, ia
sadar bahwa melawan takkan
memberinya jalan keluar. Aryo
terlalu berkuasa, dan setiap
usaha kabur hanya akan
berakhir dengan hukuman yang
lebih berat.
Setelah merenung panjang,
Kinan akhirnya sampai pada
keputusan yang berat. Dengan
perasaan terpaksa, ia
menyetujui permintaan Aryo.
….
Aku setuju Om, dengan
penawaranmu. Asal kau bisa
menepati janjimu. Ucap Kinan
setengah ragu.
Pilihan ini bukanlah
keinginannya, namun lebih
pada upaya mengakhiri
penderitaannya.
Ketika Kinan memberi tahu
Aryo tentang keputusannya,
wajah Aryo berubah cerah,
seolah menemukan kepuasan
yang sudah lama ia tunggu.
Akhirnya, katanya sambil
tersenyum puas. Aku tahu
kamu akan membuat keputusan
yang bijak, Kinan. Tenang saja,
aku seorang yang selalu
menepati janjiku. Aku akan
membuatkan surat perjanjian
untukmu, agar kau percaya.
…
Kinan hanya diam dan
mengangguk, menahan
berbagai perasaan yang
bergemuruh dalam hatinya.
Aryo pun segera menghubungi
sekretarisnya, untuk
membuatkan surat perjanjian
seperti yang dia inginkan.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts