Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART11)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART11)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART11

…Ceritadewasa…

.

.

.

Kinan merasa tbuhnya

lemas. Sudah berulang kali dia

mencoba kabur dari villa ini,

tapi setiap usahanya selalu

kandas. Setiap kali ia berhasil

keluar dari kamar, baru

beberapa langkah saja dia sudah

tertangkap oleh para penjaga

atau pembantu di rumah ini.

Seolah ada mata-mata di

mana-mana yang tak pernah

membiarkan Kinan pergi jauh.

…

Pagi itu, Kinan kembali

nekat mencoba melarikan diri.

Saat seorang penmbantu masuk

untuk membersihkan kamar,

Kinan melihat kesempatan itu

dan langsung menerobos keluar.

la berlari secepat mungkin

menuju taman belakang,

berharap bisa menemukan celah

untuk kabur dari villa yang

selama ini menahannya.

….

Non…jangan lari… tolong.

…non Kinan kabur.., teriak

Tika yang bertugas

membersihkan kamar Kinan.

Aryo sudah mengijinkan

pembantu lain membersihkan

kamar Kinan, karena Mbok

Sumi sudah terlalu tua, kasihan

dia kecapekan kalau mengurus

Kinan sendirian.

Tika pun langsung lari

Turun ke bawah,dan mencari

penjaga yang berada di ruang

depan, untuk mengatakan kalau

Kinan baru saja lari keluar dari

kamarnya.

Tolong Pak!!! nona kinan

lari keluar saat alku ingin

membersihkan kamarnya.

Tolong cari nona Kinan

secepatnya. Aku takut kalau dia

mau melarikan diri lagi. Ucap

Tika sambil terengah-engah.

Sementara, Kinan yang

berlari ke taman belakang pun

tertegun, dia terdiam di tempat.

Di hadapannya hanya ada

hamparan hutan lebat yang

membentang luas. Tembok

belakang villa memang tidak

setinggi yang di depan, tapi

hutan yang tak terjamah di

baliknya tampak gelap dan

penuh bahaya. Kinan

membayangkan kemungkinan

adanya hewan buas di sana, dan

rasa takut mulai menggerogoti

keberaniannya.

….

Haduh…gimana nih!!!!

Ternyata disini hutan. Kalau

aku dimakan hewan buas

gimana? Akhirnya, dengan

berat hati, ia mengurungkan

niatnya. Sebelum sempat

kembali, langkahnya terhenti

saat seorang penjaga

Masuk

menangkapnya dari belakang.

Lepaskan aku, botak! Aku

mau pergi dari sini! teriak

Kinan, berusaha melepaskan

diri sambil memaki penjaga itu

dengan kesal.

Penjaga berkepala plontos

itu tetap tenang dan tak

menghiraukan teriakan Kinan.

Tanpa banyak bicara, ia

menyeret Kinan kembali ke

villa, membawanya menaiki

tangga menuju lantai dua,

tempat kamarnya berada. Meski

Kinan terus meronta dan

berteriak, penjaga itu tidak

goyah. Sesampainya di kamar,

ia menguncinya lagi di dalam,

meninggalkan Kinan yang kini

kelelahan dan frustrasi.

Kinan terduduk di lantai

kamarnya, merasa putus asa.

Semua usahanya terasa sia-sia,

dan harapan untuk bebas

tampak semakin jauh.

Akibatnya, hukuman pun

selalu menantinya. Aryo tak

pernah segan untuk

menunjukkan kemarahan dan

kekerasannya. Kinan mendapati

dirinya lagi-lagi terikat di atas

ranjang dengan kondisi yang

mengenaskan,dengan Aryo

berdiri di sampingnya, tatapan

dingin namun mengintimidasi

tertuju padanya.

….

Sekali lagi kamu mencoba

untuk kabur… ucap Aryo

dengan nada rendah namun

tajam, …maka aku akan

mengikatmu selamanya di sini.

Kinan merasakan getaran

takut yang mendalam dalam

hatinya, tapi juga tak kuasa

melawan tekad yang entah

bagaimana masih tersisa. la

hanya bisa memandangi Aryo

dengan tatapan yang berisi

dendam dan ketakutan

bercampur menjadi satu, meski

tahu bahwa usahanya untuk

melawan hampir tak berarti di

hadapan sosok yang begitu

berkuasa ini.

Sudah tiga hari Kinan

berusaha menghindari konflik

dan hanya berdiam diri di

kamarnya, menghabiskan

waktu dengan membaca novel

yang entah berapa kali ia

ulang-ulang.Ia sudah

emutuskan untuk menuruti

saran Mbok Sumi-untuk tidak

lagi melawan, setidaknya untuk

sementara waktu, agar

kehidupannya di villa ini tidak

semakin sulit.

….

Saat Aryo datang dan duduk

di depannya, Kinan

mengalihkan pandangannya

dari halaman buku yang tengah

ia baca, melirik sekilas tanpa

berkata-kata. Ada ketegangan

yang terasa begitu nyata di

antara mereka, dan Kinan masih

bisa merasakan ketakutan

bercampur dengan kebencian

yang terus ia pendam.

Aryo menatap Kinan

dengan tajam, seakan menca

tanda-tanda kebohongan di

dalam dirinya. Mbok Sumi

bilang kamu sudah mulai jinak?

Sudah tiga hari kamu tak coba

kabur lagi, katanya perlahan

namun penuh pengawasan.

Kinan mengangguk pelan,

tidak menanggapi dengan

kata-kata. Ia tahu, percuma saja

membela diri atau mengatakan

apapun Aryo tak akan mudah

percaya begitu saja. Sementara

itu, Aryo tetap mengawasi

dengan tatapan penuh

kewaspadaan, seolah menilai

perubahan sikap Kinan apakah

benar tulus atau hanya

akal-akalannya semata.

….

Kenapa? Tanya Aryo

penasaran.

Capek!! Jawab Kinan

singkat,seperti pertanyaan

Aryo tadi.

Jangan berpikir aku akan

lengah hanya karena kamu

tampak tenang, Aryo

memperingatkan, nada

suaranya dingin namun tegas.

Kamu terlalu licik, Kinan. Aku

tak akan mudah percaya.

Kinan hanya menundukkan

kepala sedikit, berusaha

menahan diri agar tidak

terpancing untuk membalas

kata-kata Aryo. Hatinya tetap

memberontak, tapi kali ini ia

mencoba membiarkan Aryo

berpikir bahwa ia benar-benar

mulai menyerah dan berusaha

berdamai.

Terserah, Om.Kinan

menutup novel yang sedang ia

baca, menaruhnya di samping

dengan perlahan tanpa

menimbulkan suara. Kinan

hanya menatap Aryo sejenak,

lalu mengalihkan

pandangannya, tidak

menanggapi dengan kata-kata.

Ada perasaan campur aduk

dalam hatinya-antara takut

dan benci, namun ia tetap

berusaha menunjukkan

ketenangan di luar.

….

Aku tak tahu seberapa

lama sikap ini akan bertahan,

lanjut Aryo, mengamati ekspresi

wajah Kinan, seolah mencari

tahu. Tapi bisa aku pastikan,

kalau kamu berulah lagi, aku

akan menghancurkan hidupmu

dan keluargamu.

Kinan mengangguk pelan,

berusaha menunjukkan bahwa

ia mengerti. la tahu, dalam

posisi seperti ini, berbicara

hanya akan memperkeruh

keadaan. Maka, ia memilih

diam, membiarkan Aryo

berpikir bahwa ia sudah

menyerah dan mulai mencoba

berdamai.

Aryo menatap Kinan

dengan senyum mengejek di

wajahnya, seakan puas melihat

reaksi kaget yang tergambar

jelas di wajahnya.

Apakah itu artinya, kau

sudah mau menurut padaku,

Kinan? tanya Aryo, suaranya

terdengar begitu yakin akan

jawabannya.

Kinan menghela napas, lalu

berdecih sebelum menjawab,

Jangan harap, Om. Walaupun

aku tidak mencoba untuk kabur,

itu bukan berarti aku akan

menuruti keinginanmu untuk..

hmil.

Aryo tertawa kecil, tawa

yang membuat Kinan semakin

jengah. Oh, benarkah? Kau

yakin tidak akan hmil?

tanyanya, suaranya penuh

sindiran.

….

Kinan mengernyit, merasa

bingung dan tak nyaman

dengan arah pembicaraan ini.

Apa maksudmu, Om?

Dengan nada yang tenang

namun penuh makna, Aryo

menjawab, Kau lupa kalau kita

sudah melakukan hubungan

berulang kali? Apa kau yakin

bahwa kau tidak akan hamil?

Perkataan Aryo membuat

mata Kinan melebar seketika. Ia

terdiam, pikirannya berputar

cepat. Benar juga, ia belum

memikirkan soal kemungkinan

itu. Rasa takut yang tak terduga

mulai muncul di benaknya, dan

ia hanya bisa menatap Aryo

dengan perasaan campur aduk.

Aryo menatap Kinan

dengan tatapan serius, mencoba

membuat tawarannya terdengar

masuk akal dan menggiurkan.

Menurutlah padaku, Kinan,

ucapnya tenang, maka

hidupmu akan lebih tenang.

….

Aku akan menjamin

kehidupanmu ke depannya. Aku

hanya menginginkan seorang

anak darimu. Setelah kau

melahirkan anakku nanti, kau

bebas pergi kemanapun kau

mau. Aku akan tetap

menafkahimu sampai kau

menemukan laki-laki yang ingin

kau nikahi.

Kinan mendengarkan,

hatinya campur aduk. Tawaran

Aryo terdengar begitu menarik,

seolah menjanjikan kebebasan

yang selama ini ia rindukan.

Namun, i sisi lain, permintaan

itu adalah sesuatu yang berat,

sesuatu yang bertentangan

dengan dirinya. la terdiam,

menunduk sambil berpikir. Ada

bagian dari dirinya yang ingin

segera menolak, tapi ada juga

rasa ragu yang membuatnya tak

bisa langsung berkata tidak.

Melihat keraguan di mata

Kinan, Aryo melanjutkan, Aku

tidak hanya akan menjamin

hidupmu. Setelah kau

melahirkan anakku, aku akan

memberimu imbalan yang

cukup besar. Kau bisa memulai

hidup baru, jauh dari sini.

….

Kinan menelan ludah,

pikirannya semakin bercabang.

Tawaran itu mungkin bisa

memberinya kebebasan yang

selama ini dia perjuangkan, tapi

di sisi lain, ada harga yang harus

ia bayar. Setelah beberapa saat,

ia akhirnya mengangkat kepala

dan menatap Aryo.

Aku… aku butuh waktu,

ucap Kinan pelan. Berikan aku

waktu seminggu untuk

memikirkannya.

Aryo mengangguk,

menerima permintaannya tanpa

ragu. Baiklah, seminggu. Aku

akan menunggu jawabanmu.

Setelah itu, Aryo berdiri dan

melangkah keluar,

meninggalkan Kinan sendirian

di dalam kamar. Kinan masih

terdiam, pikirannya kini penuh

dengan pertimbangan yang

berat. Tawaran Aryo mungkin

memberinya harapan, tapi jalan

yang harus ia tempuh tidaklah

mudah.

….

Sudah beberapa hari ini,

Kinan tak tenang, terus dihantui

rasa resah dan dilema yang tak

kunjung reda. Setiap kali

memikirkan permintaan Aryo,

dadanya terasa sesak. Di satu

sisi, ia tak ingin memenuhi

permintaan Aryo yang terasa

seperti mengkhianati dirinya

sendiri. Namun, di sisi lain, ia

sadar bahwa melawan takkan

memberinya jalan keluar. Aryo

terlalu berkuasa, dan setiap

usaha kabur hanya akan

berakhir dengan hukuman yang

lebih berat.

Setelah merenung panjang,

Kinan akhirnya sampai pada

keputusan yang berat. Dengan

perasaan terpaksa, ia

menyetujui permintaan Aryo.

….

Aku setuju Om, dengan

penawaranmu. Asal kau bisa

menepati janjimu. Ucap Kinan

setengah ragu.

Pilihan ini bukanlah

keinginannya, namun lebih

pada upaya mengakhiri

penderitaannya.

Ketika Kinan memberi tahu

Aryo tentang keputusannya,

wajah Aryo berubah cerah,

seolah menemukan kepuasan

yang sudah lama ia tunggu.

Akhirnya, katanya sambil

tersenyum puas. Aku tahu

kamu akan membuat keputusan

yang bijak, Kinan. Tenang saja,

aku seorang yang selalu

menepati janjiku. Aku akan

membuatkan surat perjanjian

untukmu, agar kau percaya.

…

Kinan hanya diam dan

mengangguk, menahan

berbagai perasaan yang

bergemuruh dalam hatinya.

Aryo pun segera menghubungi

sekretarisnya, untuk

membuatkan surat perjanjian

seperti yang dia inginkan.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART12)
Next Post: JANGAN OM (PART10)

Related Posts

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART67) Kisah Menarik
Malam yang Tak Terlupakan Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART14) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART02) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 1) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART40) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme