Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART10)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART10)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART10

…Ceritadewasa…

.

.

.

Setelah kejadian malam itu,

Kinan tertidur karena kelelahan

menangis. Pagi harinya, ia

terbangun dengan tubuh yang

terasa remuk redam. Terdapat

bercak keunguan dari tubuhnya,

terutama pada bagian dada.

Saat matanya akhirnya terbuka

sempurna, ia terkejut melihat

Aryo sudah duduk di sofa

kamarnya.

Kinan segera beringsut,

menarik selimut untuk

menutupi tubuhnya yang masih

polos, dan menatap Aryo

dengan penuh kemarahan.

Ngapain Om Aryo disini?

Namun, Aryo tidak

menjawab pertanyaan Kinan

yang konyol menurutnya,

Syukurlah kau sudah bangun.

Aku kira kamu nggak bakal

bangun lagi!! ujar Aryo dengan

nada sarkastik.

Kinan menatapnya tajam,

suaranya bergetar penuh

amarah. Aku malah berharap

lebih baik nggak bangun,

daripada harus jadi simpanan

om-om tua dan jelek seperti Om

Aryo!

Aryo tidak merespon, hanya

bangkit dan melangkah masuk

ke kamar mandi. Suara air yang

mengalir terdengar tak lama

kemudian. Kinan menggenggam

selimutnya erat, berusaha

menenangkan diri, tetapi

tubuhnya tetap gemetar karena

menahan marah.

Beberapa menit kemudian,

Aryo keluar dari kamar mandi.

Tanpa sepatah kata, ia

mendekati Kinan dan dengan

cepat mengangkat tubuhnya

yang masih polos. Kinan

seketika memohon agar

dilepaskan, tetapi Aryo tetap

menggenggamnya erat.

Dengan kasar, Aryo

membawanya ke kamar mandi

dan memasukkan tubuh Kinan

ke dalam bathtub yang sudah

berisi air hangat dan aroma

terapi lavender.

Mandilah. Kamu bau,

katanya dingin, tanpa

menunjukkan sedikitpun rasa

empati. Lalu Aryo melenggang

keluar meninggalkan Kinan

yang masih meredam emosinya.

Setelah beberapa saat

berendam dengan air hangat,

tubuh Kinan terasa lebih rileks.

kemudian Kinan melanjutkan

mandi dengan cepat, takut Aryo

kembali masuk ke kamarnya.

Selesai mandi dan berpakaian,

Kinan melihat pintu kamar

tidak tertutup rapat. Dengan

hati-hati, ia mendekat dan

mengintip keluar. Koridor

tampak sepi, tak ada

tanda-tanda kehadiran siapa

pun. Merasa aman, Kinan

melangkah keluar,

mengendap-endap menuju

tangga.

Saat ia berjalan beberapa

langkah, telinganya menangkap

suara Aryo dari kamar di ujung

lorong. Sepertinya ia sedang

berbicara di telepon, suaranya

terdengar tegas dan serius.

Kinan memanfaatkan momen

itu, bergegas menuruni tangga

dengan langkah cepat namun

tetap berhati-hati agar tidak

menimbulkan suara.

Sesampainya di bawah,

Kinan merasa ada yang aneh.

Mbok Sumi bilang, rumah ini

penuh dengan penjaga. Tapi

kenapa dari tadi aku tidak

melihat satu pun? gumamnya

pelan, kebingungan.

Dengan waspada, Kinan

memutuskan untuk mencoba

pintu samping, dia tidak

mungkin lewat pintu depan,

karena pasti banyak penjaga. Ia

melangkah hati-hati menuju

pintu tersebut, berharap bisa

lolos tanpa ketahuan.

Setelah berhasil membuka

pintu samping, Kinan bergegas

ke halaman luar. Matanya

segera mencari sesuatu yang

bisa membantunya keluar.

Pandangannya tertuju pada

pagar tinggi sekitar tiga meter

yang mengelilingi rumah.

Sial Kenapa tinggi sekali

pagar rumah ini gimana aku bisa

keluar? Umpat Kinan pelan.

Lalu Kinan berlari ke

belakang, mencari-cari alat yang

bisa digunakan untuk

memanjat. Ia menemukan

sebuah tangga kecil di dekat

gudang. Tanpa membuang

waktu, Kinan menyeret tangga

itu ke arah pagar. Namun,

sebelum ia sempat naik, suara

Aryo yang dingin terdengar dari

belakangnya.

Mau ke mana kamu, Kinan?

Sepetinya kamu suka sekali

membuat ulah!! Tanyanya,

suaranya penuh ancaman.

Kinan terdiam sejenak,

napasnya tercekat, tubuhnya

kaku. Ia perlahan menoleh,

melihat Aryo berdiri di

belakangnya dengan tatapan

tajam yang membuatnya

merinding.

Kinan berjalan mundur,

berusaha menghindari Aryo

yang mendekat dengan tatapan

dingin. Tangannya gemetar saat

ia meraih sapu yang tergeletak

di dekatnya. Tanpa ragu, Kinan

mengayunkan sapu itu dengan

penuh tenaga ke arah Aryo.

Om, biarkan aku keluar

dari rumah ini! teriaknya

dengan suara parau dan gugup,

menandakan bahwa Kinan

terlihat ketakutan.

Sapu itu menghantam

lengan kiri Aryo, membuatnya

mundur sejenak. Namun, Aryo

dengan gesit merebut sapu

tersebut dari tangan Kinan dan

membuangnya ke samping.

Wajahnya tetap tenang, namun

matanya berkilat penuh

ancaman.

Jangan pernah berpikir

untuk kabur dariku. Kamu tidak

akan pernah bisa, Kinan,

ujarnya dingin.

Sebelum Kinan sempat

melarikan diri, Aryo

menangkapnya dan dengan

cepat mengangkat tubuhnya.

Kinan menjerit dan meronta,

kakinya berusaha

menendang-nendang, tetapi

Aryo langsung memanggulnya

dengan mudah, layaknya

memanggul karung beras.

Teriakan Kinan menggema

di seluruh rumah, membuat

para pembantu dan Mbok Sumi

berhamburan keluar dari dapur.

Wajah mereka menunjukkan

keterkejutan dan ketakutan,

tetapi mereka tidak berani

mendekat, apalagi menolong

Kinan.

Mbok Sumi! Tolong aku!

Kinan memohon, air mata

membasahi wajahnya. Namun,

Mbok Sumi hanya berdiri diam,

matanya dipenuhi rasa bersalah,

tetapi ia tak mampu berbuat

apa-apa.

Aryo terus melangkah

menuju lantai dua,

mengabaikan semua jeritan dan

permohonan Kinan.

Sesampainya di kamar, ia

mengempaskan tubuh Kinan ke

atas kasur dengan kasar. Kinan

jatuh dengan napas

terengah-engah, tubuhnya

bergetar ketakutan.

Dengan cepat, Aryo

mengunci pintu kamar,

mengantongi kunci di saku

celananya. Kamu tidak akan

bisa ke mana-mana, Kinan,

katanya tegas, menatap Kinan

dengan tatapan dingin. Aryo

menatap Kinan penuh minat

bercampur amarah. Lalu

memutar badan Kinan hingga

tertelungkup di kasur.

Om….Aryo, hentikan!

Kinan memohon, suaranya

penuh ketakutan dan putus asa.

Inilah akibatnya kalau

kamu tidak menurut Kinan!!

Ucap Arya memberikan

peringatan pada Kinan.

Setelah beberapa jam

bergelut panas dengan Kinan,

Aryo menyudahi aksinya. Lalu

Aryo turun ke bawah, mencari

Mbok Sumi.Mbok…. tanganku

terluka, tolong ambilkan kotak P

3K!! Seru Aryo kala bertemu

mbok Sumi.

Tanpa banyak tanya, Mbok

Sumi

segera mengambil kotak P3

K dari laci lemari di ruang

tengah. Sambil membawa kotak

itu, Mbok Sumi berkata, Biar

Mbok saja yang mengobati,

Tuan.

Mbok Sumi lalu

membersihkan luka Aryo

dengan hati-hati dan

mengoleskan salep pada lengan

Aryo, yang mulai membiru

akibat pukulan Kinan tadi.

Setelah selesai, Aryo berkata,

Setelah ini, tolong siapkan

makan untuk kinan.

Mbok Sumi mengangguk

pelan, namun tak bisa menahan

diri untuk berkomentar,

Sebaiknya Tuan jangan terlalu

keras kepada Nona Kinan.

Kasihan dia, masih muda.

Aryo hanya terdiam, tak

menjawab ucapan Mbok Sumi.

Mbok Sumi melanjutkan,

Usia Nona Kinan, masih sangat

muda. Jiwanya masih ingin

bebas. Kalau Tuan Aryo ingin

mendapatkan hati Non Kinan,

lakukanlah dengan lembut,

jangan dengan paksaan.

Aryo tetap tak menjawab,

hanya terpaku mendengarkan

nasihat sederhana dari Mbok

Sumi.

Setelah selesai mengobati

Aryo, Mbok Sumi segera

membawakan makanan untuk

Kinan ke kamarnya. Ketika ia

membuka pintu dan melangkah

masuk, terdengar isak tangis

Kinan memenuhi ruangan.

Tubuh Kinan bergelung di atas

ranjang, tanpa mengenakan

pakaian, menandakan betapa

rapuhnya dirinya saat itu.

Dengan langkah hati-hati,

Mbok Sumi mendekat dan

duduk di samping Kinan. Ia

kemudian mengelus rambut

Kinan dan merengkuh Kinan

dalam pelukannya, memberikan

kehangatan yang penuh kasih.

Kinan melampiaskan seluruh

amarah dan kesedihannya di

pelukan Mbok Sumi, air

matanya mengalir deras. Mbok

Sumi membiarkannya,

menepuk-nepuk punggung

Kinan dengan lembut,

memberikan dukungan yang

diam-diam namun tulus.

Setelah tangisnya reda,

Mbok Sumi membantu Kinan

mengenakan pakaiannya, lalu

berkata dengan lembut, Ayo,

Nduk, makanlah sedikit. Mbok

tidak ingin kamu sakit.

Kinan hanya mengangguk

pelan, mengikuti saran Mbok

Sumi, yang selalu ada untuknya

di tengah rasa sakit dan

kehilangan yang dirasakannya.

Setelah membantu Kinan

berpakaian dan memastikan dia

lebih tenang, Mbok Sumi

memandangnya dengan tatapan

lembut, namun tegas. Ia

mengusap pelan bahu Kinan dan

berkata, Nduk, sudah Mbok

bilang. Jangan menantang Tuan

Aryo. Menurutlah, turuti saja

keinginannya kalau kamu ingin

hidup tenang di sini.

Kinan menunduk, tampak

masih terselubung rasa benci

dan perlawanan. Namun Mbok

Sumi melanjutkan dengan nada

penuh kekhawatiran, Seberapa

keras kamu mencoba untuk

kabur, kamu tidak akan pernah

berhasil, Nduk. Tempat ini

dijaga sangat ketat, di

mana-mana ada yang

Masuk

mengawasi. Mbok nggak ingin

kamu terus-menerus dihukum

oleh Tuan Aryo.

Kinan menatap Mbok Sumi,

matanya basah dan penuh rasa

sakit. Namun, di balik nasihat

Mbok Sumi yang terkesan keras,

tersirat perhatian seorang ibu

yang tidak ingin melihat Kinan

semakin terluka.

Mbok Sumi menghela napas

panjang, seolah mencoba

mencari kata-kata yang tepat

untuk menyampaikan nasihat

berikutnya. Nduk, lanjutnya

dengan suara lembut,

 

sebenarnya Tuan Aryo itu orang

yang baik, meski cara dan

sikapnya terlihat keras dan

kasar. Kalau kamu bisa menurut

dan mencoba mengambil

hatinya, Mbok yakin, lambat

laun Tuan Aryo pasti akan

menyayangimu dan menjagamu.

Dia hanya ingin punya anak…

keinginan itu yang membuatnya

keras kepala seperti ini.

Kinan menatap Mbok Sumi

dengan tatapan kosong,

mencoba meresapi nasihatnya

meski hatinya masih penuh

dengan luka. Tapi Kinan juga

punya perasaan Mbok, Kinan

bukan barang yang bisa dijual

dan dipergunakan oleh pembeli

dengan sesuka hatinya.

Mbok ngerti Kinan, tapi

cobalah berdamai dengan

keadaan, Nduk. Mbok tahu ini

berat, dan pasti tidak mudah

bagimu. Tapi kamu juga tidak

punya pilihan lain selain

menurut. Mungkin, dengan

begitu, hidupmu akan sedikit

lebih tenang, lanjut Mbok

Sumi, suaranya sarat dengan

keprihatinan.

Kinan hanya terdiam,

merenungi kata-kata Mbok

Sumi. Ia tahu, dalam hatinya,

bahwa kabur dari Aryo

bukanlah hal yang mudah.

Namun, menerima nasib ini pun

terasa bagai beban yang tak

tertahankan.

NoteL..i.k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART11)
Next Post: JANGAN OM (PART9)

Related Posts

JANGAN OM (PART47) Kisah Menarik
Berita Menarik! Kisah Menarik
JANGAN OM (PART67) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART75) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART30) Kisah Menarik
Malam Pertama di Kos-Kosan Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme