Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART48)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART48)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART48

…Ceritadewasa..

Gini pak , sebenarnya dapur saya rusak, Pak. Bukan rusak banget, sih,

cuma kuncinya udah gak bisa dikunci. Jadinya

suka bunyi-bunyi sendiri kalau kena angin.

Sudah lama? tanya Pak Amat.

Udah… cuma saya belum sempat manggil

tukang. Eh, tapi… saya pikir, siapa tahu Pak

Amat bisa bantu lihat-lihat dulu.

Pak Amat tersenyum, sedikit angguk. Boleh,

insya Allah. Coba kita lihat bareng sekarang,

ya?

.

.

.

Mereka pun beranjak menuju dapur. Umi

sedikit gugup, berjalan setengah langkah di

depan. Saat Pak Amat berdiri di dekat jendela

itu, ia berjongkok untuk memeriksa bagian

dalamnya. Umi berdiri agak dekat, tangannya

bermain dengan ujung taplak meja.

Ini kuncinya udah oblak. Harus diganti, Mi,

ucap Pak Amat setelah memeriksa.

Wah, iya ya… saya takutnya kebuka sendiri

tengah malam, saya mikir yang aneh-aneh,

Umi tertawa ringan, tapi matanya serius.

.

.

Saya ke warung Pak Dudung dulu ya, beli

kunci yang cocok. Insya Allah sebentar aja.

Pak Amat… makasih banget, ucap Umi, tulus

dan lembut. Saya bikinin teh panas yang baru

ya, nanti sama gorengan.

Pak Amat hanya tersenyum kecil, lalu keluar

rumah.

Saat Pak Amat kembali dengan bungkusan

kecil di tangan, ia langsung menuju dapur

tanpa podcast hiburan banyak bicara. Umi diam-diam

memerhatikan dari meja makan. Cara Pak

Amat duduk bersila, membuka obeng dan

kunci baru dengan tenang, lalu bekerja dengan

sabar, semuanya membuat hatinya

bergemuruh. Ia tak tahu kenapa… tapi

perasaan itu tumbuh makin jelas.

Masya Allah… gumamnya pelan, nyaris

seperti doa.

.

.

Pak Amat selesai memperbaiki jendela dalam

waktu singkat. Ia bangkit, menyeka peluh dari

dahi, lalu menoleh.

Sudah bisa dikunci, Mi. Aman sekarang.

Masya Allah… makasih banyak ya, Pak. Umi

menyodorkan teh dan sepiring gorengan.

Pak Amat sempat ragu, tapi akhirnya duduk

kembali. Umi pun ikut duduk di seberangnya.

Beberapa saat mereka makan dalam diam.

Tapi bukan diam yang canggung. Justru… ada

semacam ketenangan aneh di situ. Seolah

mereka sedang berbagi sesuatu yang tidak

terucap.

.

.

.

Pak Amat… Umi berkata pelan. Saya…

kadang mikir, kenapa Allah mempertemukan

kita sering sekali. Padahal, gak pernah janjian.

Pak Amat hanya tersenyum. Mungkin supaya

kita sama-sama ingat… bahwa sendiri itu

bukan berarti sepi.

Umi terdiam, menatap cangkir teh yang mulai

dingin. Dalam hatinya, sebuah pintu kecil

mulai terbuka. Bukan tentang cinta, bukan

tentang dosa. Tapi tentang perasaan yang

akhir-akhir ini terkurung sendiri.

.

.

.

Matahari mulai miring ke barat, bayangan

pohon di halaman depan memanjang

menyapu teras. Suara azan maghrib dari

mushala mulai terdengar samar dari kejauhan.

Pak Amat melirik jam tangannya. Wah, sudah

sore, Mi. Saya pamit dulu ya. Takutnya ada

yang lihat, nanti dikira macam-macam.

Umi Latifah mengangguk, meski sorot

matanya seperti belum rela. Iya, Pak…

makasih ya hari ini. Beneran bikin saya tenang.

Pak Amat tersenyum tipis. Sama-sama, Mi.

Insya Allah, kalau ada apa-apa, kabarin aja.

Saat Pak Amat melangkah ke pintu, Umi tiba-

tiba berkata pelan, nyaris seperti bisikan.

.

.

.

Pak Amat…

Pak Amat menoleh, menunggu.

Kalimat berikutnya tak langsung keluar. Tapi

akhirnya Umi beranikan diri.

Kalau… masih pengin ngobrol atau ngopi,

nanti malam abis isya ke sini aja lagi. Tapi…

lewat dapur aja ya. Soalnya… ya, biar nggak

ada yang curiga.

Pak Amat terdiam sejenak. Tatapan mereka

saling bertemu, seperti menyimpan rahasia

yang hanya mereka pahami.

Akhirnya, Pak Amat mengangguk pelan. Baik,

Mi. Kalau saya sempat… saya datang.

Umi hanya mengangguk kecil, menunduk, lalu

mengantar Pak Amat hingga ke ambang pintu.

.

.

.

Angin sore berembus pelan, membawa aroma

kopi dan cerita yang belum selesai.

Setelah lelaki itu benar-benar pergi, ia

menghela napas panjang. Dielsnya dada

sendiri, terasa lega.

 

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART49)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART47)

Related Posts

Tetangga idaman (PART44) Kisah Menarik
Hati yang Berdegup Ketika Badai Melanda! Kisah Menarik
JANGAN OM (PART47) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART2) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART62) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART38) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme