BALADA BESAN DAN MENANTU (PART45)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART45
…CERITADEWASA….
.
Pak Sarnu duduk di teras rumahnya, menatap
kosong ke hamparan kebun depan yang tak
menawarkan apa pun selain daun-daun kering
dan beberapa ayam kampung yang sibuk
mengais tanah. Kopi hitam di cangkirnya
sudah dingin, tapi tak juga diminum.
Kepalanya penuh dengan pikiran yang
membuat ddanya semakin sesak.
Biasanya, setiap pagi ada pesan singkat dari
Umi kesayangannya, Umi Latifah. Entah
sekadar ucapan selamat pagi dengan
tambahan kutipan ayat suci yang terasa
semakin manis karena dikirimkan dengan
penuh perhatian, atau kadang keluhan tentang
betapa sibuknya dirinya mengurus suaminya.
.
.
.
Atau lelah hatinya dengan Ustad Bidin,
suaminya yang katanya akan menikah lagi
dengan gadis belia di kampung lain.
Sudah lebih dari seminggu ini? Sepi. Umi
Latifah seperti menjaga jarak dan mengindar
darinya.
Jangan-jangan dia udah punya yang lain?
gumam Pak Sarnu, sambil mermas-rmas
cangkir kopinya sendiri.
Sempat terbesit pemikiran jika Umi Latifah
kecantol Bah Bidin. Tapi apa mungkin? Bah
Bidin podcast hiburan sudah tua, keriputnya saja sudah seperti
kulit melinjo kering. Mana mungkin seorang
perempuan seperti Umi Latifah yang masih
terawat dan harum, memilih lelaki yang sudah
tidak punya daya tarik itu? Kalau pun benar
Bah Bidin punya rudal jumbo, dia sama sekali
tak yakin masih bisa berdia normal.
.
.
.
Pak Sarnu menggeleng. Ah, gak mungkin.
Tapi kalau bukan Bah Bidin, siapa? Sepertinya
Tarsih memang merasa penasaran dengan
rudalnya aki-aki sialan itu! geramnya.
Ingin rasanya ia langsung bertanya pada Umi
Latifah, menuntut kejelasan, tapi setiap kali
dia datangi ke rumahnya, perempuan itu
selalu punya alasan untuk menghindar. Kalau
tidak sedang buru-buru ke pengajian, ya pura
-pura sibuk menyiapkan acara ibu-ibu.
Bahkan terakhir kali mereka bertatap muka,
Umi Latifah hanya tersenyum sekilas lalu
pergi begitu saja. Padahal biasanya, ada
kedipan mata atau lirikan genit yang selalu
membuat jantung Pak Sarnu berdebar.
.
.
.
Ah, pntatmu itu loh Tarsih bikin Akang
penasaran, kapan kamu kasih lobangnya buat
akang? Tinggal lobang itu yang belum akang
dapatkan dari kamu, Sayang. Gumam Pak
Sarnu, lirih penuh harap.
Lagi marah, apa udah beneran ninggalin?
pikirnya. Pak Sarnu semakin kesal sendiri.
Ia menghembuskan napas berat. Tidak, ini
tidak bisa dibiarkan. Ia harus mencari tahu
apa yang sebenarnya terjadi. Jika benar Umi
Latifah berpaling, siapa lelaki yang berani
merebutnya? Dan yang lebih penting,
bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan
kembali perempuan yang paling spesial di
hatinya itu?
Pak Sarnu meraih rkok dari sakunya,
menyalakan sebatang, lalu mengispnya
dalam-dalam. Tapi tetap saja, rasa gerah di
ddanya tak kunjung hilang.
.
.
Pagi itu, embun masih menempel di dedaunan
saat Pak Sarnu melangkah dengan langkah
pincang bertongkatnya, menuju kebun
belakang rumah Umi Latifah. Matanya
menyala penuh kecurigaan, bbirnya
mengatup rapat menahan amarah yang sudah
menggelegak sejak semalam. Ia mendengar
info kalau Umi Latifah sudah dua kali main ke
rumah Bah Bidin.
Di kebun, Umi Latifah sedang berjngkok,
memetik beberapa ikat kangkung dan bayam.
Begitu mendengar langkah berat mendekat,
hatinya mencelos. Ia tidak perlu menoleh
untuk tahu siapa yang datang.
.
.
Assalamu’alaikum, Tarsih, suara Pak Sarnu
terdengar berat, hampir seperti dsisan ular
yang siap memngsa.
Umi Latifah menarik napas dalam, mencoba
mengendalikan kegugupan yang mulai
merayap di tbuhnya. Ia berdiri perlahan,
menepuk-nepuk tangannya yang masih
berdebu tanah, lalu menatap pria setengah
baya itu dengan ekspresi setenang mungkin.
.
.
Wa’alaikumsalam, jawabnya pendek.
Umi, kamu udah nggak mau angkat telepon,
nggak bales pesan, bahkan kalau ketemu pura
-pura sibuk. Maksudmu apa, hah? Pak Sarnu
langsung menusuk ke inti masalah.
Umi Latifah menghela napas. Kang Mas, kita
harus berhenti.
Kening Pak Sarnu berkerut. Berhenti apanya?
Kamu pikir aku bisa nerima gitu aja?
Umi Latifah menggigit bbirnya. Gosip sudah
menyebar. Kita nggak bisa terus begini. Aku
takut, Pak. Gimana kalau anak-anak kita
dengar? Gimana kalau suami istri mereka
curiga?
Pak Sarnu mendengus. Gosip?! Siapa yang
berani ngegosipin Sarnu? Aku ini Pak Sarnu,
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts