Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART45)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART45)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART45

…CERITADEWASA….

.

Pak Sarnu duduk di teras rumahnya, menatap

kosong ke hamparan kebun depan yang tak

menawarkan apa pun selain daun-daun kering

dan beberapa ayam kampung yang sibuk

mengais tanah. Kopi hitam di cangkirnya

sudah dingin, tapi tak juga diminum.

Kepalanya penuh dengan pikiran yang

membuat ddanya semakin sesak.

Biasanya, setiap pagi ada pesan singkat dari

Umi kesayangannya, Umi Latifah. Entah

sekadar ucapan selamat pagi dengan

tambahan kutipan ayat suci yang terasa

semakin manis karena dikirimkan dengan

penuh perhatian, atau kadang keluhan tentang

betapa sibuknya dirinya mengurus suaminya.

.

.

.

Atau lelah hatinya dengan Ustad Bidin,

suaminya yang katanya akan menikah lagi

dengan gadis belia di kampung lain.

Sudah lebih dari seminggu ini? Sepi. Umi

Latifah seperti menjaga jarak dan mengindar

darinya.

Jangan-jangan dia udah punya yang lain?

gumam Pak Sarnu, sambil mermas-rmas

cangkir kopinya sendiri.

Sempat terbesit pemikiran jika Umi Latifah

kecantol Bah Bidin. Tapi apa mungkin? Bah

Bidin podcast hiburan sudah tua, keriputnya saja sudah seperti

kulit melinjo kering. Mana mungkin seorang

perempuan seperti Umi Latifah yang masih

terawat dan harum, memilih lelaki yang sudah

tidak punya daya tarik itu? Kalau pun benar

Bah Bidin punya rudal jumbo, dia sama sekali

tak yakin masih bisa berdia normal.

.

.

.

Pak Sarnu menggeleng. Ah, gak mungkin.

Tapi kalau bukan Bah Bidin, siapa? Sepertinya

Tarsih memang merasa penasaran dengan

rudalnya aki-aki sialan itu! geramnya.

Ingin rasanya ia langsung bertanya pada Umi

Latifah, menuntut kejelasan, tapi setiap kali

dia datangi ke rumahnya, perempuan itu

selalu punya alasan untuk menghindar. Kalau

tidak sedang buru-buru ke pengajian, ya pura

-pura sibuk menyiapkan acara ibu-ibu.

Bahkan terakhir kali mereka bertatap muka,

Umi Latifah hanya tersenyum sekilas lalu

pergi begitu saja. Padahal biasanya, ada

kedipan mata atau lirikan genit yang selalu

membuat jantung Pak Sarnu berdebar.

.

.

.

Ah, pntatmu itu loh Tarsih bikin Akang

penasaran, kapan kamu kasih lobangnya buat

akang? Tinggal lobang itu yang belum akang

dapatkan dari kamu, Sayang. Gumam Pak

Sarnu, lirih penuh harap.

Lagi marah, apa udah beneran ninggalin?

pikirnya. Pak Sarnu semakin kesal sendiri.

Ia menghembuskan napas berat. Tidak, ini

tidak bisa dibiarkan. Ia harus mencari tahu

apa yang sebenarnya terjadi. Jika benar Umi

Latifah berpaling, siapa lelaki yang berani

merebutnya? Dan yang lebih penting,

bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan

kembali perempuan yang paling spesial di

hatinya itu?

Pak Sarnu meraih rkok dari sakunya,

menyalakan sebatang, lalu mengispnya

dalam-dalam. Tapi tetap saja, rasa gerah di

ddanya tak kunjung hilang.

.

.

Pagi itu, embun masih menempel di dedaunan

saat Pak Sarnu melangkah dengan langkah

pincang bertongkatnya, menuju kebun

belakang rumah Umi Latifah. Matanya

menyala penuh kecurigaan, bbirnya

mengatup rapat menahan amarah yang sudah

menggelegak sejak semalam. Ia mendengar

info kalau Umi Latifah sudah dua kali main ke

rumah Bah Bidin.

Di kebun, Umi Latifah sedang berjngkok,

memetik beberapa ikat kangkung dan bayam.

Begitu mendengar langkah berat mendekat,

hatinya mencelos. Ia tidak perlu menoleh

untuk tahu siapa yang datang.

.

.

Assalamu’alaikum, Tarsih, suara Pak Sarnu

terdengar berat, hampir seperti dsisan ular

yang siap memngsa.

Umi Latifah menarik napas dalam, mencoba

mengendalikan kegugupan yang mulai

merayap di tbuhnya. Ia berdiri perlahan,

menepuk-nepuk tangannya yang masih

berdebu tanah, lalu menatap pria setengah

baya itu dengan ekspresi setenang mungkin.

.

.

Wa’alaikumsalam, jawabnya pendek.

Umi, kamu udah nggak mau angkat telepon,

nggak bales pesan, bahkan kalau ketemu pura

-pura sibuk. Maksudmu apa, hah? Pak Sarnu

langsung menusuk ke inti masalah.

Umi Latifah menghela napas. Kang Mas, kita

harus berhenti.

Kening Pak Sarnu berkerut. Berhenti apanya?

Kamu pikir aku bisa nerima gitu aja?

Umi Latifah menggigit bbirnya. Gosip sudah

menyebar. Kita nggak bisa terus begini. Aku

takut, Pak. Gimana kalau anak-anak kita

dengar? Gimana kalau suami istri mereka

curiga?

Pak Sarnu mendengus. Gosip?! Siapa yang

berani ngegosipin Sarnu? Aku ini Pak Sarnu,

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART46)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART44)

Related Posts

Tetangga idaman (PART40) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART65) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART06) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART2) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART23) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART38) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme