BALADA BESAN DAN MENANTU (PART44)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART44
…CERITADEWASA…
.
Keinginannya untuk menikmati lebih banyak dari Pak Amat malam ini, runtuh seketika.
Malam yang seharusnya penuh dengan
ketegangan manis berubah menjadi malam
sepi yang tak berarti.
Umi Latifah akhirnya berbaring di sofa,
matanya menatap langit-langit dengan kosong.
Tbuhnya terasa berat, bukan karena lelah
fisik, tapi podcast hiburan karena beban emosional yang tiba-
tiba menyerangnya. Perlahan, tanpa dia sadari,
air matanya mulai mengalir. Isak kecil
terdengar di tengah keheningan rumah yang
biasanya dia anggap sebagai tempat
berlindung. Malam ini, semuanya terasa begitu
sunyi dan sepi.
..
Dia merasa hampa, merasa tak berguna.
Hatinya terus bertanya, Kenapa? Kenapa Pak
Amat tidak tergoda olehnya? Apakah karena
dirinya kurang menarik? Apakah karena dia
sudah tidak cantik lagi seperti dulu? Rasa
minder menggerogoti hatinya. Bayangan.
tbuhnya sendiri di cermin muncul dalam
pikirannya, membuatnya merasa semakin
tidak berharga. Seiring dengan perasaan itu,
air mata semakin deras membasahi pipinya.
.
.
.
Kenapa aku tidak cukup baik? bisiknya pelan,
suara yang hanya terdengar oleh dirinya
sendiri. Malam yang awalnya penuh dengan
harapan untuk menaklukkan hati Pak Amat
berubah menjadi malam yang penuh dengan
keraguan dan rasa tak percaya diri.
Selama ini, dia selalu merasa punya daya tarik,
mampu memikat siapapun yang dia inginkan.
Namun malam ini, dia merasa gagal. Pak
Amat, yang sebelumnya dia kira sudah
terpikat, justru pergi. Seolah tak ada yang
spesial darinya.
Perasaan itu semakin membebaninya, dan
tanpa sadar, dia terisak lebih keras. Tak ada
yang bisa dia lakukan kecuali menelan rasa
pahit ini sendirian, di tengah keheningan
malam.
Umi Latifah menghapus air matanya dengan
kasar, rasa kecewa yang bercampur dengan
kecurigaan mulai memenuhi pikirannya.
.
.
Bu Diah, almarhum istri Pak Amat, jelas tidak
lebih cantik dariku, gumamnya dengan nada
getir. Apa yang membuat Pak Amat begitu
setia padanya? Padahal aku bisa memberikan
lebih dari yang pernah Bu Diah berikan,
pikirnya, merasa semakin frustasi.
Namun kemudian, pikiran lain muncul dan
membuatnya semakin gelisah. Apa jangan-
jangan Pak Amat sudah punya hubungan
spesial dengan Milah? bisiknya sendiri,
wajahnya berubah cemas.
Milah, menantu Pak Amat, memang sering
terlihat akrab dengan mertuanya itu. Mereka
sering bersama, apalagi sejak Andri, suami
Milah, jarang ada di rumah karena bekerja
jauh.
Mereka terlihat sangat dekat, mungkin lebih
dari sekadar mertua dan menantu, Umi
Latifah menduga, pikirannya mulai dipenuhi
oleh rasa cemburu yang tak beralasan.
.
.
.
Milah itu muda, mungkin itu alasan Pak
Amat menolakku. Siapa tahu dia lebih tergoda
oleh menantunya sendiri, ucapnya lagi,
suaranya penuh dengan kecurigaan.
Pikiran itu membuat Umi Latifah semakin
gelisah. Bayangan tentang kedekatan Pak
Amat dengan Milah terus menghantuinya,
membuatnya semakin yakin bahwa ada
sesuatu di antara mereka.
.
.
.
Tanpa sadar, dia menggigit bbirnya, hatinya
dipenuhi oleh rasa tak menentu. Di satu sisi,
dia merasa ditolak dan terluka, tetapi di sisi
lain, cemburu itu menggergoti dirinya,
membuat malam itu terasa semakin gelap dan
menyesakkan.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts