Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART09)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART09)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART09

…CERITADEWASA TERBARU..

.

.

.

Umi Latifah kembali

cekikikan sambil mengencangkan dan

merapikan kerudungnya yang sedikit

mengendur.

Walau gak ada kontes, tapi saya yakin. Gak

bakal ada yang melebihi punya saya, kecuali

milik Pak Wira, itu pun gak bisa dibandingin

karena kan punya dia udah gak berguna? Pak

Sarnu yang rambutnya sudah dihiasi uban itu,

makin bangga.

Iya sih. Buat apa besar dan panjang kalau gak

ada gunanya. Pak Wira itu gak normal,

makanya dia gak berani kwin lagi setelah

berceri! sambung Umi Latifah mengejek.

Deg!

Jantung Pak Wira yang sedang mengintip dan

fokus nguping, seketika tersentak, namanya

dibawa-bawa. Wajahnya terkesiap, merah

padam, darah berdesir menahan amarah.

Harga dirinya sebagai lelaki telah direndahkan

dengan fitnah yang sama sekali tidak berdasar

dari dua insan msum ini.

.

.

.

Kok Umi tahu, punya Pak Wira ukuran jumbo

tapi loyo? tanya Pak Sarnu penasaran.

Dia kan besanku. Sebelum berceri, Bu Lina

suka cerita sama aku. Dan memang terbukti,

sampai sekarang Pak Wira gak kwin lagi

setelah berceri dengan Bu Lina. Jadi gak salah

kalau Bu Lina selngkuh dengan anak buahnya

Pak Wira, hihihi, jawab Umi Latifah dengan

nada manja.

Tbuh Pak Wira bergetar hebat. Ia hanya bisa

berjongkok di sana, tertegun, selama beberapa

menit sebelum akhirnya memutuskan untuk

mundur perlahan. Kakinya terasa lemah. Ia

tahu, ia tak boleh terlalu lama di sana.

Dengan langkah perlahan, ia terus menjauh,

mencoba meredam suara dedaunan yang ia

injak. Di sepanjang perjalanan pulang,

pikirannya kacau. Hinaan Umi Latifah masih

terus terngiang-ngiang di telinganya. Ini bukan

yang pertama.

.

.

.

Pak Wira kembali teringat pada peristiwa

mengesalkan beberapa hari yang lalu.

Pagi itu, Umi Latifah dan beberapa ibu-ibu

kampung berkumpul di tepi sungai, sambil

mencuci pakaian. Suara gemericik air dan

dentingan peralatan cuci berbaur dengan tawa

dan obrolan mereka yang bersemangat. Di

antara mereka, Umi Latifah menjadi pusat

perhatian dengan gaya bicaranya yang lembut,

menusuk namun penuh percaya diri.

Makanya wajar aja, Bu Lina minta ceri dari

Pak Wira, kata Umi Latifah sambil

mengangkat pakaiannya dari air. Wanita

mana yang tahan hidup sama lelaki loyo

begitu. Gak ada gunanya meski rumahnya

besar, sawahnya luas. Harta doang, gak cukup

buat bikin istri bahagia, tambahnya dengan

senyum sinis.

Beberapa ibu-ibu lain ikut tertawa pelan,

merasa obrolan ini penuh hiburan.

Umi sih pasti tahu banget, secara kan besan

ya. Dulu juga akrab banget dengan Bu Lina,

mantan istrinya Pak Wira, tambah yang lain.

Iya, bener tuh, sambut Bu Siti, salah satu

dari mereka.

Saya juga gak ngerti, buat apa harta banyak

kalau gak ada kepuasan. Bu Lina pasti capek,

makanya dia cari lelaki muda yang bisa

memuaskan dia, kan? Normal aja itu,

perempuan juga punya kebutuhan. Lihat aja

sekarang, Pak Wira malah sibuk sendiri, gak

kawin lagi. Bu Imas tak mau kalah.

Iya, Pak Wira ngakunya gak ada masalah,

malah menyalahkan istrinya. Kalau memang

gak ada masalah, kenapa gak kawin lagi? Udah

jelas kan, berarti dia takut. Gak ada yang mau

nikah sama lelaki yang gak bisa apa-apa di

ranjang, Umi Latifah menyeringai puas

dengan komentarnya.

Tawa semakin keras memenuhi tepian sungai.

Ibu-ibu itu tampak puas dengan pembicaraan

mereka, seolah sedang menggulingkan satu-

satunya pria yang menurut mereka terlalu

banyak menyimpan rahasia.

Yang ibu-ibu itu tidak tahu, di balik

pepohonan tak jauh dari sana, Pak Wira, yang

kebetulan melewati area itu untuk memeriksa

kebunnya, tak sengaja mendengar percakapan

mereka.

Pak Wira berdiri diam, membiarkan setiap

kata dari ibu-ibu itu meresap ke dalam

hatinya.

mentertawakan

Mereka

kehormatannya, mempermalukan dirinya

dengan tuduhan yang tak beralasan.

Telinganya memanas mendengar tuduhan-

tuduhan tentang

sebagai lelaki.

ketidakmampuannya

Namun, alih-alih marah atau segera pergi, Pak

Wira tetap tenang. Wajahnya tak

menunjukkan ekspresi apa-apa,

matanya yang berkilat penuh tekad.

hanya

Sejak saat itu, Pak Wira berjanji pada dirinya

sendiri bahwa dia akan membungkam mulut-

mulut usil ini. Dia akan kembali dengan lebih

perkasa, lebih kuat, dan membuktikan bahwa

semua yang mereka katakan hanyalah omong

kosong.

.

.

.

Pak Wira tersenyum, dia tahu apa yang harus

dilakukan terhadap besannya itu. Umi Latifah

harus segera diberi pelajaran.

Selama ini Pak Wira tetap berbuat baik

kepadanya, karena dia adalah besannya. Ardi,

anak pertama Pak Wira, menikah dengan

Anisa, anak pertama pasangan Ustad Bidin

dan Umi Latifah.

Siapa sebenarnya Umi Latifah

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART10)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART08)

Related Posts

BELIAU ADALAH IBU MERTUA KU ( PART 96 Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART70) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART64) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART68) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART29) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART41) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme