Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART31)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART31)

Isi Postingan:

ADIK IPAR PELIPUR LARAPART31

…

..

.

Bram dan Dena berangkat

ke vila di luar kota dengan

perasaan bahagia. Sepanjang

perjalanan ke sana, keduanya

berbincang di mobil, saling

menggenggam tangan satu

sama lain.

Dari pancaran wajahnya,

Dena terlihat begitu happy,

karena mereka akhirnya bisa

keluar kota bersama.

..

Akhirnya kita bisa

jalan-jalan berdua, walau

mungkin hanya satu hari,

sebut Dena, memandang penuh

cinta wajah kekasihnya itu.

Iya, setidaknya kita nanti

bisa memanfatkan waktu yang

ada untuk menikmati

kebersamaan kita, sahut Bram.

Malan ini kita akan

menginap di vila kan? Apa kamu

sudah kasih tau Celia kalau

kamu gak pulang malam ini?

tanya Dena.

Nanti aku akan bilang dan

kabari ke Celia kalau aku gak

pulang malam ini. Aku gak akan

sia-siakan waktu kita bersama.

Ini saat kita puas-puasin

kerinduan kita, kata Bram.

Bagaimana kalau Celia

curiga, menanyakan tentangmu

pada teman dan sahabatmu. Dia

kenal mereka kan? tanya Dena.

Beb, kamu tenang aja ya,

dia pasti ngerti dan paham kalau

aku tidakpulang karena sedang

menghabiskan waktu bersama

temanku. Dia gak akan

melakukan itu, katanya.

Percaya padaku. Aku kenal

Celia, dia gak akan bertanya

pada mereka. Karena, dia masih

menutup rapat apa yang terjadi

dalam rumah tangga kami

selama ini pada semua orang.

Dia melakukan itu selama 9

bulan, jelas Bram.

Ya, aku percaya. Sekarang

aku bisa tenang, sambung

Dena.

Dena tentu saja khawatir

dengan hubungan

sembunyi-sembunyi antara

dirinya dengan Bram ketahuan

Celia.

Apalagi ini pertama kalinya

mereka ke vila di luar kota dan

akan menginap di sana berdua.

Mereka baru kembali besok.

Sebelumnya, keduanya

hanya bertemu diam-diam satu

atau dua jam, untuk makan di

restoran di sebuah hotel bintang

lima.

…

Saat berada di lobi hotel

tersebut, Doni sempat melihat

keduanya beberapa waktu lalu.

Mereka tiba di vila setelah

menempuh perjalanan satu

setengah jam lebih dari kota.

Vila yang tampak adem, asri

dan nyaman, ada kolam renang

itu yang khusus di booking

untuk menghabiskan waktu

bersama, bukan vila keluarga

Bram maupun keluarga Dena.

Wah, segarnya udara di

sini. Vilanya juga nyaman. Aku

suka banget dengan interior dan

suasana lingkungan vila, kata

Dena begitu sampai di dalam

villa tiga kamar itu.

Vila dengan desain

bangunan bergaya industrial ini

memiliki kamar dengan dinding

kaca yang menghadap langsung

ke kolam renang serta latar

pemandangan perbukitan.

Vila tersebut menyuguhkan

panorama alam luar biasa ketilka

bangun pagi. Ada pula ruang

televisi untuk bersantai dengan

sofa dan bean bag, serta dapur

dan meja makan dengan

ornamen kayu.

Aku senang kalau kamu

suka dan merasa nyaman

dengan vila pilihanku ini.

Karena yang terpenting adalah

kamu senang, nyaman dan

happy, sebut Bram.

Dena kemudian

menghmpaskan tbuhnya di

sofa, menginstirahatkan

tubhnya sejenak.

…

Sementara Bram

menurunkan tas travel bawaan

mereka berisi baju dan

perlengkapan lainnya,

membawanya masuk ke dalam

kamar.

 

Dirumah keluarga Celia,

wanita itu tampak sangat

senang bertemu orangtua dan

adik-adiknya. Dia memluk erat

ibu, bapak dan kedua adiknya.

Kangen banget sama kalian

semua, katanya.

Kita juga rindu Mbak Celia

sahut adik perempuannya,

Santi.

Nih, mbak bawa oleh-oleh

untuk kalian, katanya sembari

menyerahkan baju dan coklat

beraneka rasa dan biskuit

oleh-oleh Bram dari Belgia.

Dia lalu duduk di ruang

keluarga, berbincang hangat

dengan ibu, bapaknya dan dan

kedua adiknya. Kebetulan saja,

mereka baru saja pulang kuliah

dan sekolah.

.

Sehingga, siang itu mereka

berlima bisa berkumpul

bersama. Dia sengaja ke rumah

orang tuanya karena berusaha

menenangkan dirinya yang

sedang gundah setelah Bram

pergi bersama teman-temannya,

meninggalkannya sendirian.

Padahal, seharusnya dia

menghabiskan waktu selama

tiga hari ini bersama suaminya

sebelum Bram kembali terbang.

Tapi, apa hendak dikata,

lagi-lagi yang Celia yakini, dia

bukanlah prioritas utama Bram,

selalu saja temannya yang

terpenting.

Celia tentu saja tidak tau,

sebenarnya Bram tidak sedang

bersama teman dan sahabatnya

pergi memancing, melainkan

bersama Dena, kekasih masa

lalunya, yang kini jadi kekasih

rahasianya.

Celia tak tau kalau Dena

telah kembali, dan kini dia sudah

bersama Bram lagi.

Entah bagaimana perasaan

Celia bila dia mengetahui Bram

kembali menjalin hubungan

dengan cinta pertamanya itu,

dengan Dena, wanita yang

sangat dia cintai melebihi

dirinya.

….

Dia butuh nasehat bijak dari

ibu dan bapaknya tentang

rumah tangga, tanpa

memberitahu mereka masalah

yang sedang dia hadapi.

Disamping itu, dia juga sudah

kangen masakan ibunya.

Bram masih tugas ya? ibu

sudah lama gak bertemu

suamimnu. Sesekali ajak dia

kemari. Biar ibu masak

makanan kesukaanya, kata

ibunya Celia, saat mereka

menikmati makan siang.

Mas Bram kemarin baru

kembali. Hari ini dia sedang ada

acara penting dan khusus. Jadi

gak bisa temani aku datang ke

sini, kata Celia,

menyembunyikan yang

sebenarnya.

Oh begitu. Tapi kamu

baik-baik saja, apa sakit atau

sedang bertengkar dengan

suamimu. Kelihatannya kamu

sedang tidak baik-baik saja.

Matamu tampak sayu seperti

orang sakit, tanya ibunya, yang

punya feeling dan bisa

merasakan putri pertamanya itu

sedang ada masalah.

Gak kok bu, aku baik-baik

saja. Cuma lelah karena

bergadang, banyak pesanan

gaun dan busana, lagi-lagi Celia

mencari alasan agar orang

tuanya tidak tau apa yang

sedang dialaminya.

Gimana kerjaan Bapak, apa

lancar? kalau bapak lelah,

sebaiknya berhenti kerja saja.

Biar Celia yang tanggung semua

kebutuhan rumah, sebut Celia,

berusaha mengalihkan

pembicaraan tentang Bram dan

tentang rumah tangganya.

….

Kerjaan bapak semakin

ringan sejak naik jabatan, gak

terlalu capek lagi seperti dulu,

jawabnya.

Kalau kalian gimana,

kuliah dan sekolahnya? Gak

bolos kan? tanyanya pada Santi

dan Ferdi.

Gak lah, kita rajin sekolah

dan rajin belajar. Gak pernah

bolos, sahut Ferdi, adik

laki-lakinya.

Baguslah, mbak senang

dengarnya, sambung Celia.

Mbak nginap di sini malam

ini kan? tanya Santi.

Belum tau, kalau mas Bram

pulang dari acaranya, mbak

harus pulang kan? kecuali Mas

Bram nginap di tempat

pertemuannya, kata Celia.

Dia lalu menuju ke kamar

tidurnya saat masih gadis dan

belum menikah.

Kamar itu masih dibiarkan

seperti dulu. Kamar itu

dikhususnya untuknya dan

Bram jika sewaktu-waktu

menginap di sana.

Dia berkeliling ruang kamar

tdur yang lumayan luas itu

setelah direnovasi, lalu duduk di

tepi tempat tildur.

Handphone Celia berdering,

panggilan dari Dimas.

Ditatapnya layar ponselnya itu

lama.

…

Dia sebenarnya enggan

mengangkat telpon dari pria itu.

Celia sudah bertekad untuk

tak berhubungan lagi dengan

Dimas, dia harus membatasi

bertemu dengan lelaki itu.

Kali ini, dia harus mampu

menolak hsratnya untuk tak

terbuai dalam cmbuan Dimas.

Dia harus bisa, harus sanggup

melawan nfsunya.

…

Karena, setiap kali dia

bertemu dan berhadapan

dengan Dimas, dia selalu saja

jatuh ke dalam pelukannya, tak

kuasa menolak pesona Dimas.

sehingga lagi-lagi mereka

melakukan hal terlarang.

Seperti yang mereka

lakukan malam itu, saat

keduanya bertemu di rumah

orang tua Bram, usai makan

malam.

Saat Dimas menarik

tubuhnya, membawanya ke

sebuah ruangan, memluk dan

mencumnya, membuat Celia

terbuai dan hanyut. Sebelum

akhirnya dia sadar, mereka

melakukan itu di rumabh

keluarga Bram, saat suaminya

sedang berbicara dengan ibu

mertuanya.

…

Hentikan, aku mohon, ini

terakhir kali kita seperti ini.

Setelah malam ini, aku harap,

kita membatasi untuk bertemu

satu sama lain.

Tidak juga saling

berhubungan melalui telpon.

Aku harap kamu memenuhi

permintaanku ini, harap Celia.

Ok, aku akan berusaha

untuk tak menemuimu, tapi

biarkan aku tetap bisa bicara di

telpon denganmu. Hanya bicara

saja, hanya ingin menyapa,

ingin tau kabarmu. Agar hatiku

tenang, pinta Dimas.

Baiklah, jawab Celia.

Karena janji itu, dia

kemudian mengangkat telpon

dari Dimas tersebut.

Bee, kamu lagi dimana? ke

luar kota ya sama mas Bram?

tadi aku lihat mobilnya ke luar

tol ke arah luar kota, tanya

Dimas.

Aku di rumah orang tuaku.

Mas Bram sedang keluar kota

bersamna teman-temannya, pergi

memancing, jawab Celia.

Lagi-lagi dia

meninggalkanmu sendirian.

Hey, kanmu baik-baik saja kan?

Dari suaramu, sepertinya kamu

sedag ada masalah. Cerita ke

aku, jangan pendam sendiri,

kata Dimas memastikan kondisi

Celia.

…

Celia diam sejenak, tak

langsung menjawab pertanyaan

Dimas.

Dia menghela nafas berat,

matanya menerawang menatap

sudut ruangan rumahnya.

Kenapa semua orang bisa

menebak perasaanku, yang

sedang tidak baik- baik saja?

apakah memang terlihat jelas

dari wajah, ekspresi dan

suaraku, batinnya.

Aku hanya kelelahan

beberapa hari ini, banyak

banget yang harus aku

selesaikan, jawabnya

berbohong.

Bee, aku kenal kamu. Gak

mungkin karena lelah. Pasti

karena Mas Bram kan? dia mulai

mengabaikanmu lagi, tak

memperdulikanmu lagi?

Meninggalkanmu sendirian?

jujur padaku, desak Dimas.

Bisakah kamu tak terus

menerus mengurusi hidupku,

mencampuri urusanku dengan

suamiku? mencari tahu tentang

rumah tanggaku?. Kamu sudah

janji waktu itu kan? kata Celia

ketus.

Ok, aku gak akan

menyinggung tentang itu. Aku

hanya khawatir keadaanmu,

kata Dimas.

Kamu gak perlu

khawatirkan kondisiku. Aku

masih bisa mengurus diriku

sendiri. Kamu urus saja

urusanmu, katanya.

Baiklah. Kita tak perlu

bahas itu lagi, sebut Dimas.

Sudah ya, aku tutup

telponnya, kata Celia

mengakhiri panggilan telpon

itu.

..

Dia lalu merebhkan

tbuhnya ke kasur,

menyandarkan kepalanya di

bantal, dan mulai menangis pilu.

Hatinya begitu salkit dan perih.

Celia sesegukan,

menumpahkah semua rasa

kecewa, sedih dan galaunya.

Batinnya begitu lelah

memendam semua itu sendirian.

Celia capek, begitu capek

sampai dia tertidur di kamnarnya.

Cukup lama juga wanita itu

tertidur, lebih kurang dua jam,

sampai-sampai dia terbangun

hari sudah sore.

Celia kemudian mndi dan

berganti baju. Kebetulan,

memang beberapa stel bajunya

masih tersimpan rapi di lemari

pakaian.

…

Dia lalu bercermin,

memperhatikan wajahnya,

memastikan matanya tak

tampak sembab lagi setelah

menangis, agar keluarga tak

curiga.

Setelah dipastikan semua

baik, dia kemudian turun ke

lantai dasar, menuju ruang

keluarga.

Begitu sampai di ruangan

itu, matanya langsung tertuju

pada sosok yang sangat familiar,

tampak sedang berbincang

dengan orang tua dan

adik-adiknya.

Kehadiran sosok itu tak ayal

membuatnya terperanjat

seketika.

Ngapain Dimas datang ke

sini?’ batinnya tak habis pikir.

Ah, akhirnya Mbak Celia

bangun, kata Ferdi.

Dimas tadi siang lewat sini

dan hendak balik, aku

berpapasan dengan dia di

pinggir jalan. Ya sudah aku ajak

aja kemari, kata Santi.

Santi satu kampus dengan

Dimas, tapi mereka beda

jurusan. Santi kuliah di jurusan

manajemen, sementara Dimas

dijurusan teknik.

Dimas memang sering

bertemu keluarganya. Saat ada

acara penting keluarga

mertuanya Celia, orang tua dan

adik-adiknya sering diundang

Karena itu, hubungan

mereka lumayan dekat, ibu dan

bapaknya Celia juga beberapa

kali memuji Dimas yang dinilai

sebagai sosok pemuda yang

santun, sopan dan bailk.

Karena itu, kehadirannya di

rumah keluarganya itu

disambut hangat oleh orang tua

dan adik-adiknya

Tentu saja kehadiran Dimas

di sekitar rumahnya itu bukan

hanya kebetulan saja. Tapi Celia

yakin, dia sengaja datang untuk

bertemu dengannya.

…

Mas Dimas tadi juga bantu

aku bikin prakarya tugas

sekolah. Makasih sekali lagi mas

atas bantuannya, sambung

Ferdi.

Kamu gak perlu berterima

kasih, itu hanya bantuan kecil.

Kita kan bagian dari keluarga,

sudah jadi saudara, kata Dimas

tersenyum melirik Celia.

Dimas memang anak yang

baik. Kamu harus sering-sering

main ke sini ya? kata ibunya

Celia, tertawa senang.

Dimas memang sengaja ke

rumah Celia untuk memastikan

keadaan dan kondisi wanita itu.

Dia khawatir terjadi sesuatu

dengan Celia, wanita yang telah

mengisi pikirannya setiap

waktu.

 

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART32)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART30)

Related Posts

Balada besan dan menantu (part1) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART75) Kisah Menarik
“Cinta di Pantai” Kisah Menarik
JANGAN OM (PART26) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART52) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 14) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme