ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART30)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARAPART30
…
..
.
Pagi itu, akhir pekan yang
cerah, Bram menemani Celia ke
acara grand launching galeri
seni milik Maya, teman baik
Celia.
Kebetulan Bram punya
waktu dua hari sebelum
bertugas kembali.
Karena itu, Celia
memanfaatkan waktu sebaik
mungkin untuk menikmati
kebersamaanya dengan Bram.
Dia ingat kemarin siang,
saat Bram kembali ke rumah
usai terbang dari Belgia, Celia
sudah mewanti-wanti agar
Bram menemaninya ke acara
grand opening galeri tersebut.
Mas, besok pagi temani
aku ke launching galeri milik
Maya, salah satu langgananku,
yang kini jadi teman baikku ya,
pinta Celia, saat mereka makan
siang.
Sepertinya aku gak bisa
pergi. Aku sudah janji dengan
teman-temanku untuk berakhir
pekan pergi memancing, sebut
Bram memberi alasan.
..
Kok gitu sih, mas lagi-lagi
lebih mementingkan mereka
dibandingkan aku? Padahal
Cuma minta ditemani aja, hanya
dua jam saja acaranya, rengut
Celia, kecewa mendengar
jawaban Bram.
Bukan begitu. Kan selama
sebulan ini, aku selalu
menemani kamu dan hampir
tak pernah lagi berkumpul
dengan mereka. Aku sudah janji
sebelumnya. Gak enak kalau gak
pergi, jelas Bram.
Sejak kita menikah, mas
sangat jarang menemaniku
pergi ke acara temanku, Mas
terlalu sibuk sehingga gak
punya waktu untuk
menemaniku sebentar, biar
sekalian mereka tau aku masih
punya suami, sindirnya.
Maafkan aku kalau
membuatmu kecewa, tapi aku
benar-benar gak bisa
menemanimu besok, kembali
Bram menolak ajakan
perempuan cantik itu.
Ya sudah, terserah Mas
Bram saja. Aku bisa sendiri kok,
lakukan saja apapun yang mas
mau, katanya, mengalah dan
psrah.
…
Sayang, aku harap kamu
mengerti. Tolong jangan marah
ya? harap Bram, memelas,
sembari menggeser kursinya,
kemudian menggenggam
tangan istrinya.
Gak apa-apa, aku gak
marah. Aku paham dan
mengerti posisiku bagimu.
Kamugak mau membuat
teman-temanku kecewa kalau
gak berkumpul dengan mereka,
dan lebih memilih istrimu yang
kecewa. Mau gimana lagi,
sebagai istri harus menerima
dan pasrah kan, sindir Celia,
tanpa menatap mata Bram.
Dia menarik tangannya,
melanjutkan makan siang,
dengan perasaan sedih dan
kecewa.
Malam harinya, saat hendak
tidur, Bram meminta maaf
karena telah membuat Celia
sedih karena menolak
menemaninya.
….
Dia kemudian memutuskan
untuk menemani Celia ke
pembukaan galeri seni milik
putri Menteri Ekonomi Kreatif
itu.
Aku sudah komunikasi
dengan temanku, kami akan
berangkat setelah acara grand
opening galeri itu. Jadi, kita bisa
pergi bersama ke acara, sebut
Bram.
Benarkah? Mas akan
menemaniku ke sana? tanya
Celia memastikan.
Dia senang dan girang
mendengarkan perkataan
suaminya itu, kemudian
memluk pria tampan itu erat.
Bram membalas pelkan sayang
dari istrinya tersebut.
Iya, mereka akan
menungguku untyk pergi ke
luar kota. Jadi kamu jangan
sedih lagi ya. Aku minta maaf
jika membuatkmu sempat
kecewa. Kamu tau kan, aku
sayang banget sama kamu,
katanya.
…
Jadilah, pagi itu, mereka ke
acara launching galeri seni,
yang ruangannya tampak
begitu artistik tapi mewah itu
dihadiri sejumlah ibu pejabat,
para sosialita dan temannya
Maya.
Mereka umumnya adalah
pelanggan butiknya Celia dan
sering datang ke tempatnya,
untuk belanja atau hanya
sekedar berbincang serta
mengobrol saja.
Celia terlihat berbaur
dengan para tamu, tersenyum
sumringah berdiri di samping
suaminya,Celia yang sepanjang
acara terus menggandeng
tangan Bram.
Wanita cantik yang tampil
anggun dan elegan dengan itu
bangga akhirnya bisa
memamerkan suami
gantengnya, pilot maskapai
penerbangan asing, putra
seorang konglomerat di
hadapan banyak orang.
Celia wajar saja merasa
bangga dan senang, pasalnya
selama ini, temannya sering
mempertanyakaan keberadaan
Bram, yang jarang
menemaninya.
Mereka bahkan berpikir,
Bram tak mau tampil bersama
Celia di depan umum karena dia
tidak suka terlihat bersama
Celia.
…
Kini, anggapan itu sirna,
karena pada akhirnya Bram
menemaninya ke acara tersebut.
Usai acara, Bram dan Celia
kembali ke rumahnya, karena
Bram bersiap untuk pergi
bersama temannya.
Padahal, Celia sempat ingin
mengajak Bram untuk berakhir
pekan ke pantai setelah dari
acara pembukaan galeri.
Tapi, karena Bram sudah
janjian dengan
teman-temannnya untuk
menghabiskan waktu
memancing di sungai, Celia tak
mau memaksa Bram lagi untuk
berakhir pekan ke pantai.
Dia memutuskan untuk
menemnui orang tua dan
adik-adiknya di rumah mereka.
Dia kangen masakan ibunya,
nasehat bapaknya, dia ingin
mengobrol dengan
adik-adiknya.
Sementara Bram, pergi
menemui dan menjemput
temannya untuk pergi ke luar
kota, ke daerah pergunungan,
ke villa.
…
Teman yang dia maksud
ternyata Dena, yang kini
kembali menjalin hubungan
kasih dan menjadi kekasih
gelapnya, kekasih rahasianya.
Pada dasarnya, cinta mereka
belum kelar. Kisah mereka
belum usai dan baru saja
dimulai kembali.
Bram berbohong pada Celia
tentang temannya, padahal dia
ingin bertemu dan
menghabiskan waktu akhir
pekan ini bersama Dena.
Dena tampak begitu senang
dan gembira begitu melihat
Bram menjemputnya di
apartemen Lena. Karena, hanya
dia yang tahu betapa Dena
masih sangat mencintai Bram.
Dia ingin sahabatnya itu
bahagia dengan cinta
pertamanya, dengan pria pujaan
hatinya. Itulah sebabnya, Lena
sangat mendukung hubungan
keduanya, meski itu salah dan
terlarang.
Dia berpikir, tak ada yang
salah dalam cinta, meski Bram
saat ini berstatus suami dari
wanita lain.
Dena sudah menunggunya
di ruang tamu apartemen yang
lumayan mewah dan besar itu.
Dena yang kini merupakan
tenaga dan staf ahki khusus di
Kementeria Parivwisata itu
langsung memeluk Bram begitu
melihatnya masuk ke
apartemen sahabat baiknya itu.
Aku rindu kamu, bisik
Dena.
Aku juga rindu banget,
sahut Bram, mendekapnya lebih
erat sembari mencium
rambutnya Dena.
Wanita itu tersenyum
bahagia dan sumringah
mendapat perlakukan manis
dari Bram tersebut.
…
Keduanya baru hari ini
bertemu lagi. Karena Bram baru
kembali kemarin siang setelah
empat hari bertugas menjadi
pilot ke Eropa, dan hanya
berkomunikasi jaralk jauh saja.
Sementara, Lena
memperhatikan keduanya
dengan senang dan turut
bahagia dengan pertemuan
kedua insan yang sedang
kasmaran tersebut.
Beb, apa kamu sudah lama
dan bosan menungguku datang
?, maaf ya aku terlambat,
katanya, duduk di sofa di
samping kekasihnya itu.
Gak kok, aku gak bosan,
hanya galk sabaran aja pengen
melihat wajahmu dan
bermanjaan denganmu, jawab
Dena, mantap penuh percaya
diri sembari menyandarkan
kepalanya di bahu Bram.
…
Sebelumnya, tadi malam,
Bram menghubunginya, untuk
memberitahukan kalau dia gak
tega melihat Celia sedih dan
kecewa karena penolakannya.
dia gak tega bila tak menemani
Celia ke pembukaan galeri seni.
Beb, bisakah kita pergi ke
luar kota agak siangan sedikit?
aku harus temani Celia sebentar
ke grand opening galeri seni
temannya. Setelah itu, aku akan
jemput kamu dan kita langsung
berangkat, kata Bram.
Ok, gak apa-apa. Aku rasa
gak lama juga kan, paling dua
tiga jam saja kalian di acara itu,
aku akan tunggu, sahut Dena.
Makasih sayang, kamu
memang selalu ngertiin aku,
puji Bram.
Bram sengaja tidak
menjemput Dena di rumahnya,
karena permintaan wanita yang
sudah resmi jadi kekasih
rahasianya itu sejak seminggu
lalu.
Menurut Dena, saat ini
lebih baik hubungan mereka
dijalin secara diam-diam dan
sembunyi-sembunyi, terutama
dari kedua orang tuanya Dena.
Meski dulu, ayah dan
ibunya sangat setuju dengan
hubungan dia dan Bram, dan
ingin punya menantu seperti
Bram.
…
Namun kini, mnereka
keberatan jika Bram kembali
berteman dengan Dena,
mengingat status pilot itu yang
kini menjadi suami perempuan
lain.
Karena, mereka menilai
hubungan Dena dan Bram tidak
akan bisa hanya sebatas teman
saja, karena ditakutkan lebih
dari itu.
Ada kecurigaan dari ayah
dan ibunya Dena kalau mereka
akan terlibat affair dan
perselngkuhan karena
sebelumnya keduanya pernah
punya hubungan spesial dan
saling mencintai.
Kamu harus menjaga jarak
dengan Bram. Ingat, dia tidak
sendiri sekarang, dia suah
berkeluarga dan punya istri,
pesan ibunya, sehari setelah
Dena kembali ke rumahnya dari
Islandia, yang bekerja di sana di
bidang pariwisata dengan gaji 1.0
6 miliar rupiah per tahun.
Beberapa hari setelah itu,
saat Dena hendak makan di
restoran bersama Bram, ibunya
kembali mengingatkan Dena.
Bu, aku dan Bram hanya
makan bersama karena kita
sudah bertahun-tahun tak
bertemu. Ibu jangan khawatir
ya. Aku gak mungkin menjalin
hubungan dengannya, sebut
Dena.
…
Saat itu, meski Dena masih
sangat mencintai Bram, tapi dia
tak ingin kembali menjalin
hubungan rahasia dengan pria
beristri.
Sebab, menjalin hubungan
kembali dengan Bram, tak
ubahnya seperti berjalan di atas
tungku kayu tipis yang siap
membakar dirinya kapan saja.
Nyatanya, pertemuan
keduanya secara diam-diam
yang begitu intens, membuat
Dena tak kuasa lagi menolak
cinta Bram padanya yang masih
menyala dan tetap besar. Karena
sejujurnya, dia juga
menginginkan Bram kembali
kepelukannya.
..
Dena sudah siap dengan
segala resiko yang akan dihadapi
nantinya, bahkan mungkin
akan di cap pelakor, perebut
suami orang, wanita muahan,
wanita simanan, atau sebutan
menyakitkan lainnya.
Bahkan, Dena sudah siap
jika suatu hari istrinya Bram,.
Celia melabraknya. Dena sudah
bertekad tak akan berpisah lagi
dengan Bram, apapun yang
terjadi.
Dia akan tetap berada di sisi
lelaki itu. Dia tak akan lari dan
menjauh lagi seperti 8 tahun
lalu.
Berada disampingmu,
merebahkan kepalaku di
bahumu, rasanya begitu hangat
batin Dena.
Kamu masih ingin
bermanja -manja lebih lama
denganku ya? gak mau kita pergi
cepat-cepat ke Vila? kata Bram.
Iya, tunggu beberapa
waktu lagi ya, biarkan kita
begini dulu sesaat lagi, sahut
Dena.
Kita bisa lebih puas
menyalurkan kerinduan kita di
Villa, bebas melakukan apapun
yang kita mau. Jadi ayok kita
cepat pergi ke sana. Aku sudah
gak sabar menghabiskan walktu
bercmbu denganmu, goda
Bram.
..
Apaan sih kamu, jangan
nakal ya, sahut Dena gemes,
mencubit lengan Bram, tersipu
malu.
Lena membawakan Bram
air minum, kemudian
meninggalkan mereka berdua
yang masih belum puas
melepaskan kangennya.
Setelah meneguk segelas jus
yang disajikan Lena, Bram
mulai melancarkan aksinya,
mencium lembut pipi dan
kening wanita itu, sentuhan
hangat yang sangat dirindukan
Dena.
Dia sudah lama tak
menyentuh wajah lembut Dena,
kedua telapak tangannya berada
di wajah Dena, memberinya
cuman penuh kerinduan pada
kedua bbir merah merekah
milik perempuan yang selalu
mengisi mimpi-mimpinya.
Lidhnya menyeruak ke
dalam mlut Dena, dengan
nfas panjangnya menjelajahi
rongga di dalamnya. Perasaan
rindu dan cinta berbaur menjadi
satu dengan girah yang lama
terpendam.
..
Bram melepaskan tautan
bbir Dena, kemudian
menelusuri setiap inci kulit di
leher dan telinga Dena,
membuatnya merinding dan
gemetar.
Suara deshan tipis yang
merdu mengalun dari bbir
Dena.
Ahhhhh,,, Bram,xxxxxxxxxxxxxxxxxx
deshan
lirihnya menembus telinga
Bram.
…
I love you so much, bisik
Bram di telinga Dena.
Love you too honey, sahut
Dena.
Keduanya lalu bangkit dari
sofa, berpamitan pada Lena
nas
untuk pergi ke Vila.
Di sana, mereka akan
menuntaskan segala girah dan
su yang terpendam selama
bertahun-tahun yang tak
tersalurkan.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts