ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART27)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARAPART27
…
..
.
Pagi sekali Bram sudah
terbangun dari tdurnya, mandi
lalu memakai pakaian baru yang
sengaja dibelinya untuk
persiapan bertemu Dena.
Bram memilih mengenakan
polo shirt, dipadukan celana
denim biru gelap.
Saat ini, Bram takubahnya
seorang laki-laki yang menaruh
hati dengan perempuan lain dan
merasakan cinta lamanya akan
kembali dalam hidupnya.
Karena itu, dia cenderung
lebih perhatian pada
penampilannya, bahkan rela
mengubahnya demi
meningkatkan rasa percaya diri.
Bram sengaja belanja t-shirt,
kemeja, sepatu, dan jins baru
untuk menunjang
penampilannya itu saat bertemu
dengan wanita pujaaanya itu.
Dia khawatir, jika
penampilannya tak menarik
perhatian Dena, maka bisa saja
peluangnya untuk mendekati
dan kembali bersama
perempuan cantik itu pupus.
..
Dia ingin tampil maksimal,
keren dan berkesan di depan
Dena.
Sehingga, Bram fokus ingin
penampilannya secara
keseluruhan sempurna, tanpa
cela dan fres.
Dia berdiri di depan cermin,
bergaya memastikan
penampilannya sudah maksimal
dengan ditambah kacamata
hitam.
Dia cukup puas melihat
dirinya di cermin, sehingga
menyunggingnya senyum.
Mas Bram mau kemana
sudah rapi pagi-pagi begini?
tanya Celia, yang tiba-tiba sudah
berdiri di depannya.
Wanita itu baru saja hendak
membangunkan suaminya
setelah dia masak dan
menyiapkan sarapan pagi
untuknya.
Pertanyaan istrinya itu
sedikit mengagetkannya Bram,
dia agak gugup dan seperti orang
yang tertangkap basah
merahasiakan sesuatu.
Bram berusaha bersikap
biasa dan normal, dia tak ingin
Celia tau kalau selama ini, dia
tak bisa melupakan mantan
pacarnya itu.
Tak bisa move on dari Dena,
selalu menghatalkan wanita itu,
berharap suatu hari mereka
bersatu.
Bram sebenarnya sama
sekali tak memikirkan perasaan
Celia.
….
Dia yang tiba-tiba berubah
baik dan romantis guna
menutupi rasa curiga dari Celia,
dengan memberikan perhatian,
mengistimewakan wanita yang
dinikahinya tanpa cinta itu.
Dan, Celia sama sekali tidak
mengetahui semua itu.
Oh, aku mau ke bandara
jemput temanku yang baru
pulang dari luar negeri,
jawabnya, berusaha untuk tetap
tenang.
Teman mas itu laki-laki
atau perempuan? Teman
sewaktu sekolah atau kuliah?
cerca Celia, penasaran.
Kamu tau kan, temanku
banyak laki-laki. Teman kuliah
dulu. Sudah lama tak bertemu
dengannya, katanya,
berbohong.
Oh, teman laki-laki, kirain
cewek. Soalnya mas berpalkaian
rapi dan tampak tanpa sekali
hari ini, sebut Celia.
Sayang, apa kalau temanku
laki-laki, aku gak boleh menjaga
penampilanku tetap keren dan
berpakaian rapi? tanyanya,
tersenyum, mengelus pipi Celia.
Kenapa mas gak ajak aku
ikut menjemputnya. Sekalian
berkenalan dengan teman mas
Bram,protes Celia.
Selama ini, mas jarang
mengajakku bertemu dan
nongkrong bersama dengan
teman-teman mas, katanya.
Aku minta maaf ya kalau
selama ini gak pernah
mengajakmu berkumpul dengan
teman-temanku. Aku janji lain
kali mengajakmu.
..
Sekarang aku harus segera
ke bandara, pesawatnya akan
segera landing, pamitnya,
mengecup kening Celia.
Mas Bram gak sarapan
dulu. Aku sengajak masak nasi
goreng Vietnam kesukaan mas
loh, katanya, mengikuti
suaminya itu turun tangga
menuju lantai dasar.
Maaf sayang, aku harus
buru-buru berangkat, jawab
Bram.
Ya sudah kalau begitu,
hati-hati di jalan, pesan Celia,
menatappunggung Bram yang
berjalan keluar rumah menuju
bandara.
Sejujurnya, Celia sedikit
kecewa dengan sikap Bram tadi,
yang buru-buru mau ke bandara
demi temannya.
Lagi-lagi Celia bukan
prioritas utama Bram, selalu
saja dia kalah penting
dibandingkan temannya Bram.
Sepertinya, aku tak penting
dan bernilai baginya. Kenapa
mas Bram selalu
menomorsatukan teman mas
dibandingkan aku, lirihnya.
Lihat saja apa baru saja
Bram lakukan. Dia tak sarapan
masakan Celia, tidak
menghargai dirinya yang sudah
bela-belain memasak khusus
untuknya hari ini.
Itu sebagai rasa senang dan
terima kasih Celia untuk Bram
karena hampir seminggu ini dia
mendapatkan perhatian special
dan istimewa Bram.
Tapi, sikapnya barusan,
membuat Celia agak kecewa.
Namun, dia berusaha untuk
tak membesar-besarkan
masalah itu, lagi pula mereka
baru saja berbaikan.
Dia berharap, sikap Bram
yang beberapa hari ini baik dan
perhatian padanya tak berubah
lagi seperti dulu.
Celia terpaksa sarapan pagi
seorang diri, lalu setelah itu dia
menuju ke butiknya.
Saat diperjalanan,
mengendarai BMW, ada
panggilan masuk dari Dimas.
Celia sengaja tak
mengangkatnya, membiarkan
ponselnya terus berdering.
Tak lama, notif pesan
WhatsApp masuk ke
handphone.
Bee, aku kangen dan rindu
banget sama kamu. Bisahkan
kita bertemu sebentar?
tulisnya.
…
Celia takmembalasnya, dia
berjanji tak akan bertemu Dimas
apapun alasannya.
Meski, diakuinya, saat ini
dia sedang galau, sedang butuh
sandaran, butuh teman curhat.
Tapi, dia tak akan membagi
kegalauannya dengan Dimas,
tak mau cowokitu tau kalau
hatinya sedang tak tenang,
kalau dia butuh seseorang untuk
mendengar keluh kesahnya.
Bicara pada Dimas tentang
hal itu, bertemu dengan pria itu,
akan bisa membuatnya terjatuh
lagi pada pesonanya, yang dia
yakini pasti tak akan mamnpu
ditolaknya.
Apalagi dalam kondisinya
yang sedang sedih serta kecewa
pada suaminya.
Dia harus mampu menepis
semua itu, tak boleh terhanyut
dan terpikat akan sosok Dimas.
Aku gak mau bertemu
dengannya, karena bisa saja
hatiku terbuai serta terpukau
pada pesonanya lagi, batinnya.
Sementara Bram sudah tiba
di bandara, menunggu Dena tiba
di terminal kedatangan
internasional.
Menurut informasi, Dena
pulang bersama Lena, dan akan
dijemput keluarga dan
sahabatnya.
Jantung Bram berdegup
kencang menanti kedatangan
Dena.
Dia menyapa orang tua
Dena, Abi Wicaksana, ayahnya
Dena, ibunya Candrawati
Prameswari serta sahabatnya,
Agung dan Dini.
Tante, om, apa kabar, sapa
Bram, ramah.
Saat dulu mereka pacaran,
orang tua Dena sangat sayang
dan perhatian padanya
Mereka sangat mendukung
hubungan keduanya.
Namun sayang, hubungan
itu berakhir saat Dena
memutuskan untuk pergi ke
luar negeri secara diam-diam
tanpa diketahui Bram.
Eh, Bram. Apa kabar?
Kamu sengaja datang jemput
Dena dan Lita juga ya, tanya
ibunya Dena, yang akrab disapa
tante Wati, tersenyum padanya.
Aku baik dan sehat. Iya,
aku sengaja jemput Dena karena
sudah lama gak bertemu
dengannya, sahut Bram.
Gimana istrimu, apa dia
sudah hamil? kembali Tante
Wati bertanya.
Ibunya Dena tau Bram
sudah menikah karena saat
bertemu mamanya Bram di
suatu acara, dia
memberitahukan hal itu
padanya.
….
Bram mnemang tak
mengundang orang tua Dena ke
pesta pernikahannya karena
mereka saat itu juga sudah
pindah rumah dan tidak
diketahui keberadaannya.
Belum Tante, sahutnya.
Sabar ya, terus berusaha.
Semoga tahun depan kamu
dikaruniai anak, harap Om
Wicaksana menepuk pundak
Bram tulus.
Apa Om dan Tante tau, aku
sebenarnya ingin punya anak
dari putri tante, batinnya.
Tak lama, Dena yang
berjalan berdampingan dengan
Lena tampak berlari kecil
mendekati orang tuanya.
Dia lalu memeluk ibu dan
ayahnya. Selanjutnya memeluk
Agung dan Dini.
Dena sempat terpaku sesaat
melihat pria yang pernah,
bahkan sampai saat ini masih
dicintainya.
Dia tak menyangka Bram
datang menjemputnya.
Dia yang memendam rindupada lelaki itu, lalu memluk
erat tbuhnya.
Sejuta rasa rindu terpendam
di antara keduanya seakan kini
terlampiaskan sudah.
Kamu juga datang
menjemputmu,? tanya Dena.
Iya, tentu saja aku harus
datang menjemputmu,
menjemput teman baikku,
sebut Bram.
Terima kasih ya, ucapnya
bahagia, menatap mata Bram,
yang dibalas dengan tatapan
balik dari Bram.
..
Ada binar cinta yang
terpancar dari mata keduanya,
getaran rindu yang membuncah,
gemuruh hati serta gejolak rasa.
Beberapa hari setelah Dena
kembali, Bram sudah janjian
bertemu Dena di hotel untuk
makan siang.
Dia selalu mencuri curi
waktu untuk bertemu dengan
wanita yang selalu menjadi
impiannya.
Sejak Dena kembali dari
Islandia, dia menmang sering kali
bertemu Bram secara khusus,
hubungan mereka yang sempat
terputus kembali terjalin sejak
saat itu.
Karena keduanya masih
saling mencintai., mereka
bertemu untuk saling melepas
rindu.
Hubungan keduanya yang
bertemu secara diam diam di
saja
belakang Celia, seolah hal biasa
Bram dan Dena tidak
merasa bersalah melakukan itu,
menjalin hubungan terlarang
diantara keduanya
Honey, aku mencintaimu
lebih dari siapapun dan tak
ingin pergi darimu lagi, kata
Dena.
Aku juga hanya cinta kamu
seorang, sebut Bram.
Keduanya bersiap merajut
kembali jalinan asmara yang
sempat terputus karena
keadaan
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts