Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART13)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART13)

Isi Postingan:

ADIK IPAR PELIPUR LARAPART13

…

..

.

Kenapa kamu selalu

menghindari menatap mataku.

Takut jatuh cinta padaku?

tanya Dimas.

Please jangan mulai lagi.

Kenapa juga aku harus menatap

matamu. Bukan suatu

keharusan juga kan? jawabnya.

Tentu saja kamu tidak

sopan bila sedang berbicara tapi

tak melihat lawan bicaramu

kan? kata Dimas serius.

Aku sedang malas berdebat

denganmu hal remeh dan receh

, sahutnya.

Ok, kalau kamu gak mau

membahas hal yang menurut

remeh dan receh, kenapa kita

gak bahas apa yang membuatmu

stres dan kepikiran sampai sakit

sebut Dimas.

…

Sudah kubilang, aku gak

mau membahasnya. Berapa kali

harus aku ulangi jawaban yang

sama, ketusnya.

Aku yakin, ini ada

hubungannya dengan Mas Bram

kan? Kamu pasti sedang

memikirkan Mas Bram. Kamu

merindukannya? Atau ada hal

lain mengenai Mas Bram yang

membebani pikiranmu? Tak

maukah kamu cerita ke aku?

tanya Dimas.

Stop memaksaku bicara

tentang apa yang sedang

kupikirkan. Bisa kan kamu

berhenti menambah beban

pikiranku? katanya setengah

berteriak emosi, lalu bangun

dari kursinya.

Dimas memegang tangan

Celia, menahannya untuk pergi.

Dimas kemudian bangun,

berdiri dihadapan Celia.

Aku minta maaf. Maaf jika

aku bersikeras memintamu

cerita. Aku cuma mau kamu

berbagi beban itu denganku.

Aku khawatir kalau kamu

memendamnya sendiri akan

semakin berat pikiran di

kepalamu. Aku itu peduli dan

ingin membantumu. Tapi kalau

kamu gak mau cerita, ya sudah,

kata Dimas menatap wajah

cantik wanita di depannya itu.

Dimas bisa melihat jelas,

mata itu mulai tampak redup,

tak bersinar, tak bercahaya

seperti saat awal-awal dia

menikah dengan Bramantio.

Dimas merasa, ada lara, ada

gundah, kegelisahan yang

tengah Celia rasakan, entah

sesakit dan sepedih apa.

Tapi, Dimas yakin, memang

ada sesuatu yang Celia pendam

dalam hatinya. Dan dia

berusaha tetap kuat dan tegar,

meski mungkin sebenarnya dia

begitu rapuh saat ini.

Apa yang sebenarnya

terjadi denganmu. Apakah

kamu bahagia menikah dengan

Mas Bram? Sebesar apa beban

pikiran yang sedang kamu

tanggung saat ini, batinnya.

Lupakan saja. Jangan

pernah menyinggung hal itu

lagi. Berhenti mendesakku

untuk membahas itu, pintanya.

Andai saja kamu mau

berbagi beban itu denganku,

mungkin saja sedikit

mengurangi pikiranmu. Kenapa

gak mau cerita padaku apa yang

sedang kamu rasakan saat ini?

tanyanya dalam hati.

…

Ok. Baiklah aku gak akan

memaksamu, ujarnya. Celia

memegang kepalanya yang

kembali pusing karena berdebat

dengan Dimas.

Kenapa? Kepalamu

kembali sakit ya, kata Dimas

khawatir, lalu seketika dia

membopong Celia.

Aku masih bisa jalan

sendiri. Turunkan aku, protes

Celia. Dimas tak bergeming,

terus menggendongnya dan

membawa Celia ke tempat

tidurnya.

Istirahat aja lagi. Nanti aku

bangunin untuk makan malam

dan minum obat, sebut Dimas.

Aku gak ngantuk. Mau

tidur-tiduran aja, santai. Sudah

kamu mandi sana. Mulai bau

keringat tau gak? sebut Celia.

Iya, aku emang harus

mandi, mulai gerah dan bau

keringat juga nih, katanya.

Dia kemudian mandi,

setelah itu keluar kamar mandi,

hanya mengenakan dan

melilitkan handuk di

pinggangnya, sementara tubuh

bagian atasnya dibiarkan

terbuka tak tertutupi apapun.

Baju Mas Bram ada di

lemari kan? Mau bantu aku

cariin atau aku ambil sendiri

mana yang belum dia pakai ya?

tanya Dimas, membuat fokus

Celia teralihkan dari ponsel ke

Dimas.

Dia melihat dengan jelas

tubuh atletis dan gagah milik

Dimas, membuatnya menelan

ludah.

…

Hatinya tak bisa bohong, dia

terpana, tertegun menatap

tubuh Dimas yang bertelanjang

dada itu, yang begitu menarik.

Ya, ambil saja sendiri di

lemari. Cepat pakai baju, jangan

berdiri di situ cuma handukan

saja, sebut Celia, agak

gelagapan dan sedikit gugup.

Ekspresi gugup Celia itu

membuat Dimas tersenyum

simpul.

Ada beberapa t-shirt dan

celana pendek yang masih

punya label, yang baru dibeli

serta belum dipakai Dimas,

termasuk celana dalam juga.

Aku pakai baju dan celana

ini ya, pinta Dimas,

menunjukkan baju dan celana

yang mau dipakainya pada Celia.

Iya, pakai aja baju yang

senyamannya ingin jamu pakai,

sebut Celia, mberikan Dimas

izin memakai baju dan celana

suaminya.

Tak hanya itu, dia juga

memakai parfum, deodorant

milik Bram, lalu menyisir

rambutnya yang semakin

panjang itu.

Bagaimana penampilanku.

Tampan gak? tanya Dimas

percaya diri, berpose sambil

memutar tubuhnya di hadapan

Celia.

Biasa aja, jawab Celia

sekenanya.

….

Ha..ha.ha. biasa aja? Kalau

tampangku biasa saja, para gadis

di luar sana gak akan

mengejar-ngejar aku. Tentu saja

itu karena aku tampan dan

gagah, tapi kenapa kamu bilang

biasa saja? tanyanya.

Karena aku bukan salah

satu dari gadis gadis itu. Kalau

menurut pendapatku kamu

biasa saja, emang kenapa?

Marah? gak terima? sindir

Celia.

Siapa juga yang marah.

Aku gak peduli penilaianmu

terhadapku, katanya,

menyeringai.

Tiba-tiba, handphone

Dimas yang dia letakkan di atas

meja di samping tempat tidur

berbunyi, ada panggilan dari

Rena.

Dia tak langsung

mengangkatnya,

membiarkannya berdering

beberapa kali.

Kenapa gak kamu angkat?

tanya Celia.

Males, gak penting juga,

sahutnya.

Kembali handphone itu

berbunyi. Celia lalu mengambil

smartphone produksi negeri

Paman Sam itu, kemudian

menyerahkan pada Dimas.

Ini! Jawab saja, pinta

Celia.

Dengan terpaksa, Dimas

mengambil ponsel yang

disodorkan Celia, kemudian

menjawalb panggilan telpon

tersebut.

…

Seketika terdengar suara

seorang perempuan, yang

lumayan keras dan lantang,

membuat Dimas sedikit kaget

dan menjauhi ponselnya itu dari

telinganya.

Kenapa gak angkat dan

balas pesanku sih dari tadi siang

aku hubungi. Kamu sengaja kan

melakukannya?tanya Rena,

gadis yang sudah beberapa

bulan ini dekat dengan Dimas.

Bahkan Rena cukup percaya

diri mengklaim dia adalah

kekasih mahasiswa teknik itu,

meski Dimas tak pernah secara

gamblang memintanya untuk

jadi pacarnya.

Aku gak sempat pegang

ponsel dari tadi siang. Sibuk,

jawabnya, cuek, tanpa merasa

bersalah.

Kamu lagi dimana sih? Kok

tiba-tiba menghilang dari

kampus. Gak pamit dan

ngabarin aku juga, cecarnya.

Aku lagi ada hal yang harus

aku selesaikan di suatu tempat,

sahutnya, melirik Celia yang

sedang berberes meja.

Tapi nanti malam kita

tetap makan malam di restoran

kan? tanyanya lagi,

memastikan.

….

Aku gak bisa temani kamu

makan malam nanti. Ini masih

lama selesainya. Sudah dulu ya,

aku mau lanjutkan kerjaanku

dulu, katanya, memutuskan

sambungan telpon selulernya.

Selesai menerima telpon

tersebut, Dimas kembali

meletakkan gawainya di meja.

Kenapa kamu gak pulang

aja. Penuhi janjimu untuk

makan malam sama pacarmu

itu. Bisa gak sih, kamu jadi pria

sejati, gentleman. Tidak terus

menerus mempermainkan

perempuan, sindir Celia.

Dia bukan pacarku. Lagi

pula gak ada kewajiban aku

harus nmakan mnalam sama dia.

Terserah kamu menilaiku

bukan pria sejati, aku gak peduli

, katanya.

Karena, saat ini, yang aku

pedulikan hanya kamu.

Kondisimu saat ini lebih penting

dari apapun juga. Aku gak akan

pulang,ungkapnya.

Dengar! Jangan jadikan

kondisiku sebagai alasan untuk

bersikap begitu pada pacarmu

itu, tegas Celia.

Aku gak jadikan kondisimu

sebagai alasan. Aku memang

peduli padamu, sayang dan

cinta kamu, tuturnya,

menguntarakan isi hatinya

untuk kesekian kalinya.

Berhenti mengucapkan

kata-kata itu. Aku gak mau

dengar, katanya, marah.

Aku gak minta kamu untuk

peduli padaku. Gak minta kamu

untuk terus temani aku di sini.

…..

Aku sudah sehat, gak butuh.

Jadi pulanglah, kembali Celia

meminta Dimas pulang.

Kamu gak akan bisa

memaksaku pulang. Karena saat

ini kesempatanku bisa dekat

denganmu setelah beberapa

bulan. Aku kangen banget sama

kamu. Jadi jangan berpikir, aku

akan menyia-nyiakan

kesempatan berduaan dengan

kamu sampai lusa, sebut Dimas.

Terserah saja kalau kamu

gak mau pulang. Tapi sekaramg,

lepasin tanganku. Karena aku

mau turun untuk siapin makan

malam, katanya, keluar dari

kamar itu.

Kamu yakin kuat turun ke

bawah tanpa bantuan ku?

tanya Dimas memegang tangan

Celia.

Aku sanggup. Gak butuh

bantuanmu, jawabnya sewot,

mulai menuruni satu per satu

anak tangga, berpegangan i

Ppegangan pinggir tangga.

Dimas menyeimbangi

langkah Celia, berjalan di

sampingnya.

Begitu sampai di lantai satu

rumah itu, Celia langsung ke

dapur. Dia lalu mempersiapkan

bahan untuk membuatkan

spaghetti dan pasta.

Setelah selesai memasak,

dibantu Bik Laksmi dan Tini, dia

menyajikan di atas meja untuk

makan malam.

….

Usai menikmati makan

malam dan spaghetti, Celia

minum obat, setelah itu Celia

duduk santai di sofa di ruang

tamu, sembari mnemainkan

ponselnya, tapi hanya sekitar

sepuluh menit saja.

Dia kemudian naik ke lantai

dua, menuju ruang hiburan,

menghidupkan tivi, menonton

Chanel fashion.

Sementara, Dimas masih

duduk di ruang makan,

berbincang serius dengan kedua

pembantu di rumah itu.

Aku ingin tau kebiasaan

Mbak Celia setiap hari. Apa ada

yang aneh. Apa yang Mbak Celia

lakukan setiap harinya bila dia

di rumah bersama Mas Bram,

saat lagi gak bertugas maupun

ketika sedang terbang ? tanya

Dimas.

Seperti biasanya den, gak

ada yang aneh. Ibu suka

merawat taman kalau waktu

luang, menerima kedatangan

teman-temannya, kata Tini

Kalau bapak lagi di rumah,

ibu biasanya duduk santai di

balkon atau ruang keluarga.

Malam hari nonton tivi di lantai

atas, atau semalaman di ruang

kerjanya, tambah Bik Laksmi.

Jadi gak ada yang

mencurigakan dan aneh dari

aktivitas ibu ya? tanyanya lagi.

Iya, paling kalau bapak gak

ada, beberapa kali ibu tidur di

ruang kerjanya. Itu saja, jelas

Tini.

Apa mereka pernah

bertengkar? kembali Dimasbertanyabertanya.

Setau kami , dan yang kami

lihat dan dengar selama

beberapa bulan tinggal di sini,

Bapak dan Ibu tidak pernah

bertengkar. Mereka harmonis

dan baik-baik saja, tutur Bik

Laksmi.

Jadi begitu ya, katanya.

Iya den, begitu yang kami

tau, sahut Tini.

Baik lah, kalau gitu aku

mau bicara dengan Mbak Celia

dulu, katanya, mengakhiri

pembicaraan dengan kedua art

itu setelah lebih kurang satu jam

lebih ngobrol.

….

Dia lalu bersiap menuju ke

arah tangga untuk naik kembali

ke lantai dua.

Oh ya, kalau aku mau tidur,

kamarku di atas kan? tanyanya.

Iya den, di dekat koridor

sebelum ruang keluarga, kata

Tini

Waktu sudah menunjukkan

pukul sepuluh malam.

Sesampainya di ruangan

khusus untuk hiburan, dimana

bisa untuk karaoke, bermain

musik, menonton film dan tv,

dia melihat Celia sudah tertidur

di sofa, sementara televisi masih

menyala.

Perlahan, Dimas mendekati

Celia yang terbaring dengan

posisi terlentang, kepalanya

diatas bantal sofa.

Lelaki itu mematikan tv,

kemudian duduk sofa di

samping Celia, menatap sendu

wajah istri kakaknya itu.

Dia membiarkan Celia

terlelap beberapa saalagi,

sebelum dia mengangkatnya ke

kamar tidur.

Perlahan, tubuh harum

wanita itu dibaringkan ke

tempat tidur, lalu dia

menyelimutinya, mengecup

keningnya

Secara tiba-tiba tanpa

disangka, Celia membuka

matanya, lalu bangun dan

memeluk erat tubuh Dimas.

Biarkan aku memelukmu

sejenak, merasakan hangatnya

dekapanmu. Aku butuh kamu

disampingku malam ini. Jangan

pergi. Please, bisiknya serak,

mulai terisak.

…

Aku gak akan pergi dari

sisimu. Aku akan lakukan

apapun yang kamu inginkan,

sahut Dimas, mempererat

pelukannya.

Dia lalu mengusap pundak

Celia, kemudian mencium

rambut wanita itu beberapa kali.

Menangis lah, jika itu

membuat bebanmu sedikit

berkurang. Aku ada di sini

untukmnu, katanya.

NoteL..i..k.e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART14)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART12)

Related Posts

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART12) Kisah Menarik
Lihat saluran untuk info terkini! Kisah Menarik
TETANGGA MENGGODA (PART20) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART36) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART76) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART 37) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme