ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART22)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARA PART22
…
..
.
Celia sudah bangun dari
tempat tdur di kamar tdur
tamu itu.
Dia kemnudian masuk ke
kamarnya, mendapati Bram
masih terlelap dalam tdurnya.
Celia kemudian mndi dan
berganti baju, bersiap ke
butiknya.
Sayang, kamu sudah mau
pergi ya? tanya Bram, yang
baru saja terjaga.
Iya, aku mau ke butik,
sudah beberapa hari gak ke sana
, katanya.
Kamu sudah maafin aku
kan? Gakmarah lagi padaku?
sambungnya.
Aku masih kecewa pada
Mas Bram, sebutnya.
Tapi kamu gak akan pergi
ninggalin aku kan? tanya Bram,
masih duduk di ranjang mereka.
Sebelumnya, meski mas
gak pernah menyentuhku, tak
bisa melaksanakan kewajiban
mas, tapi tak terlintas niat
untuk berpisah dengan mas,
katanya.
…
Aku tetap bertahan dengan
segala konsekwensi karena aku
masih cinta sama Mas Bram.
Namun, kalau sikap mas masih
seperti ini terus, aku bisa saja
pergi, tak sanggup bertahan lagi.
Mungkin saja kita akan
berpisah, sebutnya.
Tapi, sampai detik ini, aku
masih belum mengambil
keputusan. Aku punya waktu
satu sampai dua hari untuk
memikirkan semuanya,
terangnya.
Tolong jangan pergi dariku.
Aku janji akan lakukan apapun
demi bisa tetap
mempertahankan rumah tangga
kita. Aku akan berobat serta
terapi hormon juga, katanya
berusaha meyakinkan Celia.
Akan aku pertimbangkan
semua aspeknya sebelum
memutuskan langkah
selanjutnya. Apakah hubungan
bersamamu akan membuat kita
berdua bahagia atau malah
sengsara dan menderita, sebut
Celia.
Aku harap, kamu
memikirkannya dengan kepala
dingin, tak terpengaruh dengan
situasi yang sedang kita hadapi,
sebut Bram.
Apa artinya aku bagimu
selama ini? Aku kok merasa
kamu gak sungguh-sungguh
mencintaiku, cerca Celia.
Aku mencintaimu. Kalau
tidak, aku gak akan
menikahimu. Aku sayang sama
kamu, ungkap Bram.
‘Selama delapan bulan kita
menikah, aku merasa waktu
untuk kita bersama sangat
sedikit. Kita nyaris tak punya
waktu keluar bersama,
jalan-jalan bersama, rekreasi, ke
tempat wisata, nonton, makan
di restoran, nongkrong di cafe,
belanja bersama. Semua itu
hampir tak pernah kita lakukan
bersama, jelasnya.
Iya, semua itu salahku, tak
memikirkan perasaanmu,
karena menganggap selama ini
kamu baik-baik saja tanpa kita
melakukan aktivitas seperti
yang kamu sebutkan tadi,
katanya.
…
Aku berusaha untuk
baik-baik saja, untuk tak terus
menerus memikirkan sikap dan
perilaku Mas Bram yang seolah
tak peduli denganku. Tak ada
upaya dan usaha dari mas untuk
membuatku bahagia. Mas
bahkan hanya dua kali
menjengukku ke butik,
tuturnya.
Selama ini aku bertahan
karena aku cinta sama Mas
Bram. Aku berusaha untuk
bahagia. Mencoba untuk tetap
sabar dan kuat, meski aku bukan
prioritas utama mas. Aku gak
penting dan tidak berarti
apa-apa bagi Mas Bram, tidak
berharga, katanya, menarik
nafas panjang.
Ada beban berat dan rasa
sesak di dada yang Celia pendam
dan rasakan selama ini.
Itu gak benar, kamu
penting bagiku, tetap prioritas
utamaku, bantahnya.
Mas bohong. Aku bukanlah
prioritas utama bagi mas,
karena teman-teman mas lebih
penting dari pada aku. Kita
jarang ngobrol, kecuali
perdebatan tentang masalah
hubungan inm, katanya.
Aku akui selama ini aku
lebih sering bersama temanku
sehingga waktuku untukmu
berkurang, katanya mengakui
kesalahannya.
Mas gak tau seberapa
perihnya hatiku setiap malam
utamaku, bantahnya.
Mas bohong. Aku bukanlah
prioritas utama bagi mas,
karena teman-teman mas lebih
penting dari pada aku. Kita
jarang ngobrol, kecuali
perdebatan tentang masalah
hubungan inm, katanya.
Aku akui selama ini aku
lebih sering bersama tenmanku
sehingga waktuku untukmu
berkurang, katanya mengakui
kesalahannya.
…
Mas gak tau seberapa
perihnya hatiku setiap malam
menunggui mas pulang. Mas gak
pernah tau, aku meratapi
nasibku di tengah kesunyian
malam, ungkapnya.
Apa mas bahagia
bersamaku? Apa mas menyesal
menikah denganku? tanyanya.
Aku gak pernah menyesal
menikah denganmu. Aku
bahagia bersamamu, katanya
meyakinkan Celia.
Aku ingin mas bertanya
pada hati mas, apakah aku
memang wanita yang mas
inginkan, katanya.
Tentu saja kamu wanita
yang kuinginkan. Bila memang
sikapku tak pantas dan kurang
baik, aku ingin kamu
mengingatkanku supaya aku
bersikap lebih baik dan
perhatian padamu, harapnya.
Aku mau, kita berdua
memikirkan semuanya dengan
pikiran yang jernih. Dalam 2-3
hari ini, aku dan mas Bram
harus memastikan apa yang hati
kita inginkan, memikirkan
kembali secara matang tentang
kelanjutan hubungan kita,
sebut Celia.
Jangan sampai kita
mengambil keputusan yang
salah, sehingga akhirnya
menyesal seumur hidup, sebut
Celia.
…
Baik lah, memang
seharusnya kita menenangkan
diri, membebaskan pikiran kita
dari persoalan ini, katanya.
Satu lagi yang penting,
sebaiknya kita tidur
sendiri-sendiri dulu selama tiga
hari, pinta wanita itu.
Baiklah kalau memang itu
yang kamu inginkan, kata
Bram pasrah.
Setelah selesai berbicara,
keduanya lalu turun ke bawah
untuk sarapan pagi, selanjutnya
melakukan aktifitasnya masing
masing.
Celia sedang sibuk
menggoreskan pensil ke atas
kertas, menggambar rancangan
gaun pengantin untuk
pelanggannya, Maria yang akan
menikabh tiga bulan lagi.
Celia fokus menggambar
gaun rancangannya di meja
ruang kerjanya di butik saat dua
temannya menemuinya.
Celia, pa kabar? Kita
ganggu kamu gak? kata Maya,
memeluk dan cipika cipiki
dengan Celia.
Aku baik. Kalian sama
sekali gak ganggu kok. Aku
senang kalian bikin kejutan,
datang tiba-tiba tanpa kabarin
aku, sahutnya.
Kangen kamu, sudah
hampir tiga bulan gak ketemu,
sambung Julia, tersenyum
sumringah.
Iya kangen kalian, sahut
Celia.
Dia lalu mempersilahkan
dua temannya itu duduk di sofa.
Sementara Julia masih
berdiri, mengelus perutnya.
Ladies, aku ada kabar
gembira. Lihat perutku gak?
Aku lagi hamil empat bulan,
pekiknya gembira.
Dia kemudian duduk di sofa
diantara dua temannya itu.
Benarkah? Congratulation
ya. Senang dengarnya, sahut
Celia.
….
Wah, suamimu itu perkasa
juga ya, tokcer langsung buat
kamu hamil, sebut Maya.
Iya dong, meski sudah
lewat hampir kepala lima,
tongkatnya masih berfungsi
baik dan luar biasa memuaskan,
bikin ketagihan, ungkap Julia
terus terang.
Jadi sekarang kamu harus
mengakui kalau keputusanmu
menikah dengannya bukan
takdir jelek, kata Maya, putri
seorang menteri.
Iya benar. Sekarang aku
merasakan kebahagiaan, punya
suami yang perhatian dan
sayang banget sama aku. Aku
beruntung sekali menikah
denganya. Dia
sungguh-sungguh suami yang
bertanggung jawab, puji Julia
Siapa sangka ya, duda dua
anak yang dijodohkan
denganmu itu justru bisa
membuatmu bahagia. Kami
turut bahagia untukmu, sebut
Celia.
…
Julia memang dijodohkan
dengan duda dua anak itu
setelah tunangannya, pria yang
sangat dia cintai membatalkan
pertunangan mereka demi
wanita lain.
Itu membuat Julia sangat
sedih, terpuruk dan nyaris
putus asa.
Karena itulah, dia pasrah
saat keluarganya
menjodohkannya dengan pria 48
tahun yang ditinggal meninggal
istrinya dua tahun lalu.
Suaminya Hendra punya
dua anak laki-laki, yang pertama
sudah kelas dua SMA dan satu
lagi kelas satu SMP. Mereka
berencana tinggal di Jerman.
Ternyata, tak selamanya
pria yang kita cintai bisa
membuat kita bahagia. Justru
pria yang tak kita suka, yang
hadir tiba-tiba malah mampu
membahagiakan ya. Lebih baik
dicintai dari pada mencintai,
katanya.
Oh ya, gimana denganmu,
belum ada tanda-tanda hamil ya.
Bram kurang perkasa dong
dibandingkan suamiku, kata
Julia, seolah menyindirnya.
…
Padahal, wanita itu sama
sekali gak tau kondisi Bram yang
sesungguhnya.
Belum, masih kosong. Tapi
kita akan terus berusaha, jawab
Celia berusaha tersenyum,
menyembunyikan apa yang
sebenarnya terjadi di rumah
tangga mereka
Gimana denganmu Maya,
apa gak pengen cepat- cepat
menikah? Betah amat tunangan
terus sudah setalhun. Sudah
saatnya kamu mikirin berumah
tangga, jangan kerja melulu dan
menunda pernikahanmu sama
Philip, ledek Julia.
Maya mnemang belum
menikah, tapi dia sudah
bertunangsn dengan Philip,
putra pemilik Bank. Maya saat
ini fokus pada kariernya sebagai
seorang konsultan perencanaan
acara dan kegiatan kementerian.
Sementara Julia yang
sebelumnya bekerja di bagian
pemasaran di perusahaan real
estate memutuskan berhenti
bekerja atas permintaan sang
suami, CEO perusahaan
kontruksi.
…
Maya dan Julia adalah
teman Celia sejak masih SMA.
Dua perempuan itu menemani
Celia sampai siang sebelum
mereka berpamitan.
Sore harinya, Celia
memutuskan untuk
meninggalkan butik lebih awal.
Dia menuju ke suatu tempat,
untuk merefres pikirannya.
Dia menuju sebuah taman
yang lumayan tersembunyi dan
tak banyak diketahui orang.
Taman yang punya kolam
buatan dan jembatan batu
melengkung diatasnya.
Dia duduk di bangku taman,
di bawah pohon mahoni,
melihat angsa yang sedang
berenang di kolam di
hadapannya.
Tempat yang pas untuk
menenangkan pikiran. Tapi
jangan ngelamun seperti itu.
Nanti kesambet hantu
penunggu taman, suara pria
bicara padanya.
Celia yang terpaku
mengarahkan pandanganya ke
arah kolam, menoleh ke sumber
Suara.
…
Dimas! Kamu kenapa ada di
sini? tanyanya kaget, menatap
lelaki yang duduk di
sampingnya itu.
Aku ikutin kamu sejak dari
butik. Aku cemas keadaanmu,
sahutnya.
Wanita cantik itu tak protes
dengan kehadiran Dimas yang
mengikutinya hingga ke tan
itu.
Celia hanya bisa menarik
napas panjang, kembali
menatap kolam dan tiga ekor
angsa di sana.
..
Dia lalu merebahkan
kepalanya di pundak Dimas,
karena dia saat ini benar-benar
membutuhkan bahu untuk
sandaran. Dan bahu yang selalu
tersedia adalah bahu Dimas.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts