ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART21)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARA PART21
…
..
.
Celia memasuki kamar
bercat biru muda di sisi kiri
koridor lantai dua rumahnya.
Jam dinding yang berdetak,
sudah menunjukkan angka 23.4
5, hampir tengah nmalam.
Kamar yang diperuntukkan
untuk anggota keluarga atau
temannya untuk menginapitu
memang jarang ditempati.
Dia langsung menuju ke
tempat tidur, lalu berbring
merngkuk di atasnya. Dia
masih menangis sesenggukan
meratapi nasibnya, terluka,
perih dan kecewa.
…
Empat tahun bersamanya
apakah semua itu sia-sia dan talk
berarti sama sekali bagi Mas
Bram? batinnya.
Apakah Mas Bram tak
pernah bersungguh-sungguh
mencintaiku? apa yang harus
kulakukan sekarang, menyerah
dan berpisah dengannya?
Padahal aku masih sangat
mencintainya, suara hatinya.
Bantal dengan sarung motif
floral warna kream itu sudah
basah oleh air matanya. Wanita
itu berusaha keras untuk tetap
tenang dan mencoba
menghentikan tangisnya.
Celia lalu bangun, duduk
bersandar di sandaran tempat
tidur dengan posisi sembari
memeluk menundukkan
kepalanya, memeluk tubuhnya.
Di saat seperti ini, dia butuh
seseorang untuk menjadi teman
curhatnya. Dia juga butuh
pelukan hangat dari seseorang
agar dia tenang. Dia butuh
seseorang yang
menyemangatinya dan
menguatkannya.
Satu-satunya yang terpikir
dibenaknya saat ini adalah
Dimas. Ya, hanya Dimas.
Tapi, dia ragu untuk
menghubungi Dimas, dia masih
menimbang -nimbang
keinginannya untuk menelpon
Dimas.
…
Apakah aku harus cerita
padanya tentang kondisi Mas
Bram yang sesungguhnya, yang
lemah, sehingga tak mampu
membuatku pus? Haruskan
Dinas tau tentang itu?
gumamnya
Tapi, kalau tidak cerita
padanya, pada siapa lagi aku
harus mengungkapkan
perasaanku yang sedang kacau
ini. Aku gak mungkin
menceritakan aib suamiku ini
pada temanku atau orang tua
dan keluargaku. Aku butuh
solusi dan pencerahan, biar
hatiku sedikit lega dan tenang,
katanya dalam hati.
Apa memang sebaiknya
aku hubungi saja Dimas, agar
aku bisa sedikit tenang setelah
cerita padanya? batinnya.
Setelah berpikir sejenak, dia
memutuskan untuk
menghubungi Dimas Celia lalu
mengambil handphonenya,
mencari nomor kontak adik
iparnya itu, lalu menelponnya.
Tak menunggu lama, hanya
beberapa detik, Dimas langsung
mengangkat telponnya.
Hallo Mbak,. Ada yang bisa
aku bantu? sapa Dimas.
Apa aku mengganggumu?
Kamu sedang dimana? Apa
sudah mnengantuk? tanya Celia
pelan.
….
Aku di kamar. Kamu gak
ganggu kok, aku justru senang
menerima telponmu. Tentu saja
aku belum mengantuk,
jawabnya.
Kamu telpon pasti karena
kangen sama aku kan?
tanyanya, tertawa menggoda
Celia.
Hiks..hiks. hiks. Bisakah
kita bicara serius, sahutnya
menangis kencang begitu
mendengar godaan dari pria
yang dia cumbuai selama dua
hari ini.
Bee…Bee! What happen?
are you ok? Bee! Kenapa kamu
menangis. Ada apa? teriak
Dimas memanggil Celia dengan
panggilan sayangnya.
Celia tak langsung
menjawab, dia berupaya
menguasai dirinya agar bisa
tenang.
Jawab aku, apa yang terjadi
denganmu. Kamu lagi dimana?
Kenapa menangis. Maafkan aku
Bee, kalau candaanku,
kata-kataku tadi membuatmu
sedih. Tolong jangan menangis,
katanya merasa bersalah.
Bisakah kita video call agar
aku bisa melihat kondisimu,
melihat wajahmu? Aku
khawatir dengan keadaanmu
saat ini. Sekali lagi aku minta
maaf. sambungnya lagi.
Suara tangisan Celia yang
tersedu sedu masih terdengar
jelas di telpon.
Aku gak sedang baik-baik
saja. Aku sangat terpukul dan
sedih Aku sedang sendirian di
kamar tamu. Aku hanya ingin
bicara di telpon denganmu, jadi
gak perlu dengan sambungan
video, sahutnya, dengan suara
serak karena sedang menangis.
Baiklah kalau kamu gak
mau melakukan sambungan
video. Tapi berhentilah
menangis, katanya.
….
Aku sedih dan menangis
bukan karena kamu. Tapi
karena Mas Branm, jelasnya,
sesenggukan.
Apa? Karena Mas Bram.
Apa yang telah dia lakukan
padamu? Apa dia menyakitimu,
dia melakukan kekerasan
padamu? Kalian bertengkar?
tanyanya cemas.
Bukan seperti itu. Mas
Bram gak melakukan kekerasan
padaku. Saat ini aku pikiranku
sedang kacau, sampai -sampai
aku susah bernafas, sebutnya.
Tolong tenangkan dirimu
dulu ya. Tarik napas
dalam-dalam agar kamu bisa
rileks sebelum kita lanjut bicara
sarannya.
Celia mnelakukan saran
Dimas, dia sudah agak bisa
menguasai diri dan mengontrol
perasaanya.
Gimana, kamu sudah agak
tenang dan rileks sekarang?
Sudah sanggup cerita apa yang
terjadi? katanya.
Rahasia yang Mas Bram
sembunyikan dan tutupi
semuanya dariku, alasan dia tak
menyentuhku, akhirnya
terkuak, kata Celia.
Ma..maksudmu gimana?
Apa kecurigaanmu tentang Mas
Bram benar, tentang dia
selingkuh dengan pramugari
atau perilakunya yang tak
normal? tanya Dimas.
Ini lebih dari yang aku
bayangkan, di luar ekspektasiku
selama ini, sebutnya.
Apa sebelumnya kamu tau
atau pernah mendengar tentang
kondisi Mas Bram, yang punya
masalah s3k5ual, gak bisa
tegang, gak bisa er3k5i? tanya
Celia.
Aku gakpernah tau jika
Mas Bram punya masalah
dengan kejananannya. Aku
baru tau sekarang. Apa Mas
Bram kasih tau kamu tentang
hal itu? tanyanya lagi.
…
Aku tau sendiri saat
menyntuhnya, dia seperti tak
merasakan apapun juga, pe
snya gak bisa tegang, gak berdiri,
lemas dan lembk. Dan Mas
Bram telah mengakui kalau dia
sudah lama seperti itu, ungkap
Celia.
Yang menyakitkan ku,
kalau dia tau kondisinya yang
serba kekurangan itu, kenapa
dia gak terus terang padaku,
agar bisa mencari cara agar dia
normal dan kejantnannya
berfungsi dengan baik berobat,
gak cari solusi. Bukan diam saja,
seolah sengaja mernyiksa
membuatku begitu terpukul
mengetahui fakta itu, sebut
Celia.
Jadi, apa yang akan kamu
lakukan sekarang? tanyanya.
Apa kamu akan
meninggalkannya atau akan
tetap mempertahankan
mahligai rumah tangga kalian,
tanya Dimas.
Jawab pertanyaanku, apa
kamu bahagia dengannya,
nyaman dengannya? tanyanya.
Celia diam beberapa lama,
memikirkan pertanyaan Dimas.
….
Pria itu lalu melanjutkan
pembicaraan mereka.
Jika kamu gak bahagia
dengannya, gak merasa nyaman
denganya, terus menerus sedih,
menangis kecewa, sakit hati dan
terluka saat bersamanya, maka
tinggalkan dia. Lebih baik
berpisah dengannya.
Menikahlah denganku. Biarkan
aku menggantikan dia. Aku
yakin aku bisa membuatmu
bahagia. Kamu akan nyaman
bersamaku, sebut Dimas.
Aku gak mau berpisah
dengannya, aku berusaha untuk
meperoleh kebahagian dan
kenyamanan dengannya.
Karena aku masih sangat
mencintainya, ungkapnya.
Kamu yakin masih ingin
tetap bersamanya setelah
mengetalhui tentang kondisinya
itu? tanya Dimas.
Aku gak tau harus
bagaimana. Aku hanya ingin
Mas Bram normal dan mencari
cara agar bisa mnengatasi
kondisinya, kata Celia.
Aku gak bisa memaksamu
meninggalkannya jika kamu
masih cinta dan tetap ingin
terus bersamanya. Jadi yang
harus kamu lakukan sekarang,
minta Mas Bram berobat atau
terapi. Kalau perlu temani dia,
saran Dimas.
…
Kamu benar, aku akan
membantunya, mendukungnya
untuk berobat. Aku mau yakin,
Mas Bram pasti bisa, normal
kembali, kata Celia.
Ya, aku harap begitu.
Semoga Mas Bram bisa sembuh.
tidak mengalami disfungsi er3 ks
latau lem4h sy4hw4t lagi.
Sehingga dia bisa melakukan
kewajibannya padamu, bisa
membuatmu bahagia, sebut
Dimas.
Dengar, kalau kamu
membutuhkan aku untuk memu
4skanmu seperti sebelumnya,
aku siap kapanpun, katanya.
Please, kenapa kamu
mengungkitnya lagi. Bisakah
kamu tidak membahas itu lagi.
Aku mohon untuk tak
menyinggungnya, pintanya.
Sorry! Setelah ini gak akan
menyinggung tentang itu lagi.
Maaf bila aku masih tak bisa
move on apa yang terjadi
diantara kita.
Aku janji, tak akan
mengungkitnya lagi. Apapun
yang kamu minta, akan
kulakukan dan kuturuti. Jangan
khawatir ya, kata Dimas
meyakinkan Celia.
Aku rasa, aku sudah tenang
setelah cerita padamu. Terima
kasih telah mendengarkan
curhatku, menguatkanku,
menyemangatiku, memberiku
saran dan mencarikan solusi
masalah yang terjadi, kata
Celia.
…
Apapun akan kulakukan
untukmu. Aku gak mau lihat
kamu sedih dan menangis. Aku
hanya ingin melihat kamu
tersenyum bahagia, meski
bukan denganku, katanya.
Aku mencintaimu. Sangat
mencintaimu, mencintaimu
tanpa syarat. Kapanpun kamu
butuh aku, aku akan selalu ada
untukmu, ungkapnya.
Sekali lagi, terima kasih
atas semua yang kamu lakukan
untukku. Semua itu sangat
berarti bagiku, ucapnya tulus.
Iya, sekarang kamu
istirahat ya, berhenti menangis
dan berpikir terlalu keras.
Tidulah. Nanti kamu drop lagi
seperti kemarin, sebut Dimas.
Kamu benar. Aku harus
istirahat. Baiklah kalau begitu
aku tutup telponnya ya,
katanya.
Selamat malam Bee.
Saatnya kamu istirahat, ucap
Dimas.
Selamat malam juga.
Selamat tidur. Bye, Celia
mengakhiri panggilan
telponnya.
..
Dia lalu menuju kamar
mandi, kemudian berdiri di
depan cermin, melihat
wajahnya, matanya yang
bengkang karena habis
menangis.
Wanita itu mencuci
mukanya, lalu mengelapnya
dengan handuk, setelah itu
kembali ke tempat tdur,
berbring di kasur, menarik
selimut, memejmkan matanya
dan tdur.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts